Koefisien Korelasi DATA ANTROPOMETRI KECAMATAN JETIS

25 23 Lebar telapak kaki 9,39 0,53 8,52 9,39 10,25 24 Panjang telapak kaki 20,98 1,13 19,12 20,98 22,85 Duduk 25 Tinggi dudukan 41,94 3,12 36,81 41,94 47,07 26 Tinggi lutut 52,18 3,60 46,26 52,18 58,10 27 Tinggi pinggul 59,91 6,16 49,78 59,91 70,04 28 Tinggi bahu 93,76 6,03 83,83 93,76 103,68 29 Tinggi mata 109,26 5,64 99,98 109,26 118,53 30 Tinggi duduk 120,52 6,46 109,89 120,52 131,15 31 Tebal badan 22,92 3,13 17,77 22,92 28,07 32 Lebar pinggul 28,15 3,05 23,14 28,15 33,16 33 Panjang siku ke ujung jari 42,82 1,63 40,14 42,82 45,51 34 Panjang siku ke pergelangan tangan 26,22 2,24 22,54 26,22 29,90 35 Tinggi siku tangan 64,53 4,53 57,09 64,53 71,98 36 Panjang kedudukan hingga siku kaki 46,79 3,88 40,40 46,79 53,17 37 Panjang kedudukan hingga lutut 55,27 3,19 50,02 55,27 60,52 38 Panjang pergelangan tangan 16,99 1,69 14,21 16,99 19,76 39 Panjang telapak tangan 9,52 1,44 7,14 9,52 11,90 40 Lebar telapak tangan 4 jari 7,51 0,51 6,68 7,51 8,34 41 Lebar telapak tangan 5 jari 8,83 0,55 7,92 8,83 9,74 42 Keliling genggaman tangan 23,99 1,35 21,77 23,99 26,22 43 Diameter genggaman tangan antara ibu jari dan telunjuk 2,91 0,43 2,20 2,91 3,61 44 Diameter genggaman tangan antara12 ibu jari dan jari tengah 3,52 0,41 2,84 3,52 4,19 45 Panjang ibu jari 5,55 0,36 4,96 5,55 6,14 46 Panjang jari telunjuk 6,76 0,38 6,13 6,76 7,38 47 Panjang jari tengah 7,49 0,38 6,86 7,49 8,12 48 Panjang jari manis 6,85 0,39 6,21 6,85 7,49 49 Panjang jari kelingking 5,48 0,38 4,85 5,48 6,11 50 Panjang jengkal tangan 18,33 1,27 16,24 18,33 20,41

2. Koefisien Korelasi

Koefesien korelasi ialah pengukuran statistik kovarian atau asosiasi antara dua variabel. Suatu korelasi antarparameter yang nilainya lebih besar dari korelasi antarparameter lain berarti korelasi antarparameter tersebut memiliki hubungan yang lebih erat dari korelasi antarparameter lain. Besarnya koefesien korelasi berkisar antara +1 sd -1. Koefesien korelasi menunjukkan kekuatan strength hubungan linear dan arah hubungan dua variabel acak. Jika koefesien korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan searah. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi pula. Sebaliknya, jika koefesien korelasi negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan menjadi rendah dan sebaliknya. Untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel penulis memberikan kriteria sebagai berikut Sarwono, 2006: 26 1. 0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel 2. 0 – 0,25: Korelasi sangat lemah 3. 0,25 – 0,5: Korelasi cukup 4. 0,5 – 0,75: Korelasi kuat 5. 0,75 – 0,99: Korelasi sangat kuat 6. 1: Korelasi sempurna Ada tiga penafsiran hasil analisis korelasi meliputi: pertama, melihat kekuatan hubungan dua variabel; kedua, melihat signifikansi hubungan; dan ketiga, melihat arah hubungan. Untuk melakukan interpretasi kekuatan hubungan antara dua variabel dilakukan dengan melihat angka koefesien korelasi hasil perhitungan dengan menggunakan kriteria sbb: 1. Jika angka koefesien korelasi menunjukkan 0, maka kedua variabel tidak mempunyai hubungan 2. Jika angka koefesien korelasi mendekati 1, maka kedua variabel mempunyai hubungan semakin kuat 3. Jika angka koefesien korelasi mendekati 0, maka kedua variabel mempunyai hubungan semakin lemah 4. Jika angka koefesien korelasi sama dengan 1, maka kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna positif 5. Jika angka koefesien korelasi sama dengan -1, maka kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna negatif. Dari tabel korelasi Lampiran 3 dapat dilihat hubungan korelasi antar parameter terlihat bahwa: 1. Korelasi antara berat badan dengan lebar bahu, lebar pinggul, dan tebal badan menunjukkan nilai 0,67; 0,50; dan 0,69. Nilai ini menunjukkan korelasi yang kuat. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lebar bahu dan pinggul seseorang serta semakin tebal badan seseorang maka semakin berat pula berat badannya, begitu pula sebaliknya. 2. Korelasi antara tinggi badan dengan tinggi mata, tinggi dagu, dan tinggi siku tangan menunjukkan nilai 0,95; 0,90; dan 0,86. Nilai ini menunjukkan korelasi yang sangat kuat. Ini berarti bahwa semakin tinggi badan seseorang maka kedudukan mata, dagu, dan siku tangan juga akan semakin tinggi. 3. Korelasi antara tinggi siku tangan dengan tinggi telapak tangan, tinggi pergelangan tangan, dan tinggi genggaman tangan menunjukkan nilai 0,76; 0,73; dan 0,73. Nilai ini menunjukkan korelasi yang kuat. Hal ini menunjukkan bahwa elemen pada bagian lengan bawah menunjukkan rasio yang seragam. 4. Korelasi antara tinggi selangkang dengan tinggi pinggul menunjukkan nilai 0,71. Nilai ini menunjukkan korelasi yang kuat. Hal ini menunjukkan semakin tinggi pinggul seseorang maka semakin tinggi pula selangkangnya. 5. Korelasi antara panjang kedudukan hingga siku kaki dengan panjang kedudukan hingga lutut menunjukkan nilai 0,87. Nilai ini menunjukkan korelasi yang sangat kuat. Hal ini berarti panjang kaki memiliki keseragaman ukuran dan rasio panjang yang seragam. 6. Korelasi antara parameter diameter genggaman tangan antara ibu jari dan telunjuk berkorelasi kuat dengan parameter diameter genggaman tangan antara ibu jari dan jari tengah menunjukkan nilai 0,93. Nilai ini menunjukkan korelasi yang sangat kuat. Hal ini berarti panjang tangan memiliki keseragaman ukuran rasio dan panjang yang seragam. 27 Dalam tabel korelasi terdapat hubungan korelasi antar parameter yang menunjukkan nilai 0, hal ini berarti kedua variabel tidak mempunyai hubungan. Misalnya saja pada parameter antara tinggi tangan dan panjang siku ke pergelangan tangan. Selain itu juga terdapat hubungan korelasi antar perameter yang yang menunjukkan nilai minus, hal ini berarti kedua variabel tersebut mempunuai hubungan yang berbanding terbalik. Koefisien korelasi ini menyatakan keterkaitan antara parameter yang satu dengan parameter yang lain. Semakin tinggi nilai koefisien korelasi maka hubungan antara parameter tersebut akan semakin kuat. Keterkaitan hubungan anatar parameter ini akan menunjukkan apa saja parameter antropometri petani yang berhubungan dengan desain alat gebot.

B. APLIKASI ANTROPOMERTI PADA DESAIN ALAT GEBOT PAPAN