PENDAHULUAN Studi Antropometri Petani Dan Kesesuaiannya dengan Alat “Gebot” (Papan Perontok Padi) di Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur

1

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Penanganan pascapanen padi merupakan kegiatan sejak padi dipanen sampai menghasilkan produk antara intermediate product yang siap dipasarkan. Dengan demikian, kegiatan penanganan pascapanen padi meliputi beberapa tahap kegiatan yaitu proses pemanenan, penumpukan dan pengumpulan, perontokan, pembersihan, pengangkutan, pengeringan, pengemasan dan penyimpanan, serta penggilingan. Dalam setiap tahapan kegiatan pascapanen dapat dipastikan bahwa terjadi susut atau kehilangan. Besarnya nilai susut yang terjadi berubah-ubah menurut kebiasaan pascapanen yang sering dilakukan petani serta kebudayaan suatu daerah tertentu. Selain kedua hal tersebut, hal lainnya juga dapat mempengaruhi besarnya susut dalam kegiatan pascapanen. menurut Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 2010 adalah tingkat kehilangan pascapanen sangat ditentukan oleh varietas padi, kondisi iklim setempat dan kondisi pertanian di masing-masing negara. Perontokan padi merupakan tahapan pascapanen padi setelah pemotongan padi pemanenan. Tahapan kegiatan ini bertujuan untuk melepaskan gabah dari malainya. Perontokan padi dapat dilakukan secara manual atau dengan alat dan mesin perontok. Prinsip untuk melepaskan butir gabah dari malainya adalah dengan memberikan tekanan atau pukulan terhadap malai tersebut. Proses perontokan padi memberikan kontribusi cukup besar pada kehilangan hasil padi secara keseluruhan. Proses perontokan ini dapat dilakukan dengan berbagai alat. Berdasarkan alat perontok padi, cara perontokan dapat dikelompokkan menjadi beberapa cara, antara lain 1 ilesinjak-injak, 2 pukulgedig, 3 bantinggebot, 4 pedal thresher, 5 mesin perontok. Perontokan padi dengan cara dibanting dilakukan dengan cara membantingkan atau memukulkan segenggam potongan padi ke benda keras, misalnya kayu, bambu atau batu yang diletakkan pada alas penampung gabah disebut dengan cara menggebot. Gebot masih digunakan ditengah banyaknya inovasi baru pada alat pertanian modern. Alat ini umumnya digunakan oleh para petani dan buruh tani. Ketika cangkul identik dengan musim tanam, maka arit dan gebotan adalah identik dengan musim panen. Gebotan umumnya dibuat sendiri oleh petani dan buruh tani. Selain bentuk dan bahannya yang mudah didapat, bentuk dari gebotan sendiri tentunya akan disesuaikan dengan penggunanya. Maka dari itu ukuran dan bentuknya pun terkadang berbeda-beda. Gebotan merupakan alat yang bahannya terbuat dari kayu yang terkadang dicampur dibeberapa bagian dengan bambu. Alat ini merupakan alat untuk memisahkan padi atau gabah dari tangkai yang sudah diarit tersebut. Aktivitas menggunakan alat gebot ini disebut ngagebot. Pada penelitian ini akan digunakan pendekatan antropometri masyarakat petani yang akan dianalisis dengan kesesuaian alat gebot. Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan pengukuran antropometri petani pria dan wanita di Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan objek alat yang berbeda. Objek alat pada penelitian ini adalah alat gebot papan perontok padi. Subjek dalam penelitian ini adalah petani di Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur yang terdiri dari 60 orang pria dan 60 orang wanita. Pada penelitian ini akan diukur antropometri petani pengguna alat gebot di Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Data antropometri tersebut akan dianalisis dengan kesesuaian alat gebot yang digunakan oleh petani. Jika alat yang digunakan belum sesuai dengan antropometri petani maka akan didesain alat yang sesuai dengan antropometri tubuh petani pengguna alat gebot. Selama ini belum pernah ada data anlisis alat gebot secara ilmiah. Sehingga data pada penelitian ini akan dapat bermanfaat bagi petani khususnya petani pengguna alat gebot. 2

B. TUJUAN

1. Mengidentifikasi antropometri petani di Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. 2. Mengetahui tingkat kesesuaian alat gebot terhadap antropometri masyarakat petani pengguna di Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo. 3. Menentukan ukuran alat gebot yang sesuai dengan antropometri petani pengguna. 3

II. TINJAUAN PUSTAKA