Lokasi dan Waktu Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data

III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu

Penelitian teknik kultur jaringan ini dilaksanakan di Laboratorium Konservasi Tumbuhan, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dam Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, dengan rentang waktu lima bulan dimulai pada bulan November 2010 hingga Maret 2011.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Pada teknik kultur jaringan ini akan mempergunakan alat pada saat preparasi media yang terdiri dari: gelas piala, labu ukur, pipet, timbangan analitik, kompor, sudip, autoklaf, dan tabung kultur. Sedangkan alat pada waktu penanaman di ruang isolasi terdiri dari: Laminar Cabinet Air Flow, api bunsen, pinset, pisau scalpelpisau steril, dan cawan petri.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat media kultur antara lain: air mineral, agar-agar, gula, hormon BAP, dan larutan MS Murashige Skoog. Sedangkan bahan yang digunakan pada saat sterilisasi yaitu, alkohol 70, obat antiseptik, klorox, deterjen, dan aquades. Bahan tanaman yang digunakan adalah mata tunas hasil induksi tumbuhan kantung semar N. alata.

C. Prosedur Kerja

1. Sterilisasi

a. Sterilisasi Alat

Alat-alat yang digunakan perlu untuk disterilisasi terlebih dahulu untuk mencegah kontaminasi dari alat. Alat-alat tersebut dicuci dengan air bersih dan deterjen, kemudian disterilkan ke dalam autoklaf pada suhu 121 o C dengan tekanan 2 atm selama 30 menit dengan dibungkus kertas koran. Sebelum melakukan penanaman, alat-alat tanam pinset dan pisau scalpel disterilisasi dengan cara dicelupkan ke dalam alkohol 96 kemudian dibakar dengan api bunsen.

b. Sterilisasi Media Kultur

Media kultur disterilisasi di dalam autoklaf pada suhu 121 o C dengan tekanan 2 atm selama 20 menit. Sebelum digunakan untuk menanam, media disimpan terlebih dahulu selama 2-3 hari untuk mengetahui ada atau tidaknya perubahan atau kontaminasi yang terjadi.

c. Sterilisasi Lingkungan Kerja

Sterilisasi dilakukan terhadapa ruangan kerja, terutama pada ruangan kultur inisiasi dan ruangan inkubasi termostatik. Sterilisasi pada ruang inkubasi dilakukan dengan menggunakan disinfektan, sedangkan sterilisasi ruang kultur terutama pada laminar air flow cabinet dengan menggunakan alcohol 96 dan sinar ultra violet setiap selesai penggunaan.

2. Pembuatan Media

a. Pembuatan Larutan Stok

Pembuatan larutan stok berdasarkan pengelompokan yaitu larutan stok makro, stok mikro, stok Fe-EDTA, stok vitamin, dan stok hormon BAP. Pembuatan larutan stok bertujuan untuk menghemat pekerjaan menimbang bahan yang berulang-ulang setiap kali membuat media. Komposisi larutan stok yang digunakan disajikan pada lampiran 1. Unsur hara yang telah ditimbang sesuai berat yang telah ditentukan kemudian dilarutkan dengan aquades sebanyak 1 liter. Larutan stok kemudian disimpan di dalam lemari es.

b. Pembuatan Media MS

Media MS dibuat dengan mecampurkan bahan MS, gula pasir sebanyak 30 gram, agar-agar sebanyak 6-7 gram, air kelapa sebanyak 150 ml, kemudian dilarutkan dan di encerkan dengan air mineral hingga volume mencapai 1 liter.

c. Pembuatan Media Perlakuan

Pembuatan media perlakuan dilakukan dengan menambahkan ZPT pada larutan media MS. ZPT yang digunakan adalah BAP dari golongan sitokinin. ZPT tersebut diambil dari larutan stok hormon yang telah dibuat sebelumnya. Setelah larutan media MS ditambahkan ZPT, larutan tersebut kemudian diukur nilai keasamannya dengan kertas pH. Nilai pH media yang digunakan dalam kultur jaringan berkisar antara 5,6-5,8, bila larutan 5,8 ditambahkan HCl 0,1 N dan bila larutan 5,6 ditambahkan KOH 0,1 N, kemudian larutan ditambahkan agar-agar sebanyak 7 graml dan dimasak di atas kompor hingga mendidih. Larutan media yang telah mendidih dituang ke dalam setiap botol kultur sebanyak 10 ml, selanjutnya botol ditutup dan diberi label sesuai dengan perlakuan. Botol yang telah berisi media kemudian disterilkan kedalam autoklaf pada tekanan 17,5 psi 1,21 bar dan suhu 121 o C, 10 atm selama 20 menit. Setelah itu diamkan autoklaf dan tunggu suhu turun sampai 80 o C.

3. Penanaman

Eksplan yang digunakan berasal dari induksi tanaman nepenthes. Sebelum dilakukan sub kultur pada media multiplikasi, terlebih dahulu dilakukan sub kultur pada media MS 0 selama 4 minggu. Hal ini bertujuan untuk menetralkan pengaruh perlakuan pada tahap awal dan multiplikasi. Setelah itu eksplan ditanam pada media sesuai perlakuan, masing-masing 1- 2 eksplan per tabung. Bahan tanaman yang digunakan adalah pucuk eksplan dengan meninggalkan 3 daun paling atas.

D. Metode Pengumpulan Data

Parameter yang diamati meliputi parameter kuantitatif dan kualitatif yang dilakukan pada setiap pengamatan. Adapun parameter kuantitatif meliputi: 1. Tinggi plantlet Pengukuran dilakukan dengan cara mengukur dari pangkal batang sampai titik tumbuh tertinggi. 2. Jumlah buku Pengukuran dilakukan dengan menghitung buku tanaman. 3. Jumlah tunas baru Pengukuran dilakukan dengan menghitung pertambahan tunas atau anakan yang baru muncul aksilar atau adventif. 4. Jumlah daun Daun yang dihitung adalah daun yang baru tumbuh. Parameter kualitatif dilakukan dengan mendeskripsikan kondisi tanaman pada parameter kuantitatif yang meliputi: 1. Pengakaran berakartidak 2. Pengkalusan berkalustidak 3. Kontaminasi oleh jamur dan bakteri, browning, dan kematian. Pengamatan dilakukan selama 12 minggu dan pengambilan data dilakukan setiap satu minggu sekali. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan mistar dari luar tabung kultur.

E. Metode Analisis Data

Perhitungan parameter kualitatif meliputi presentase kontaminasi oleh jamur dan bakteri, browning pencoklatan, dan kematian pada eksplan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Tingkat kontaminasi = Σ eksplan terkontaminasi x 100 N Tingkat pencoklatan = Σ eksplan mengalami pencoklatan x 100 N Tingkat kematian = Σ eksplan mengalami kematian x 100 N Tingkat keberhasilan = Σ eksplan yang bertunas x 100 N Keterangan : N = jumlah total eksplan yang tersedia tiap perlakuan Rancangan percobaan yang digunakan dalam menganalisis hasil penelitian adalah Rancangan Faktorial dengan Acak Lengkap RAL-F dengan jumlah 16 perlakuan dengan masing-masing ulangan sebanyak 10 kali, sehingga total plantlet yang diamati sebanyak 160 satuan percobaan. Adapun faktor atau perlakuan yang digunakan adalah kombinasi BAP dan media MS dengan konsentrasi yang berbeda. Kombinasi perlakuan disajikan dalam bentuk table berikut ini: Tabel 1 Media perlakuan kombinasi BAP dan MS BAP mgl A MS mgl B 0 B0 15 B1 13 B2 1 B3 0.00 A0 A0B0 A0B1 A0B2 A0B3 0,10 A1 A1B0 A1B1 A1B2 A1B3 0,30 A2 A2B0 A2B1 A2B2 A2B3 0,50 A3 A3B0 A3B1 A3B2 A3B3 Model rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut: Y ijk = µ + A i + B j + AB ij + E ijk Keterangan: Y ijk = Nilai respon tanaman terhadap perlakuan BAP ke-i, MS ke-j, dan ulangan ke-k. µ = Nilai tengah populasi A i = Pengaruh perlakuan BAP ke-i B j = Pengaruh perlakuan MS ke-j AB ij = Pengaruh interaksi antara perlakuan BAP ke-i dan MS ke-j. E ijk = Nilai galat percobaan pada perlakuan BAP ke-i, MS ke-j, dan ulangan ke-k. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Daftar Sidik Ragam. Hipotesis dalam uji F: Ho = Perlakuan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi, jumlah ruas, jumlah tunas, dan jumlah daun. Hi = Perlakuan berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi, jumlah ruas, jumlah tunas, dan jumlah daun. Pengambilan keputusan uji F: F hitung F tabel maka tolak Ho. F hitung = F tabel F hitung F tabel maka terima Ho. Untuk mengetahui pengaruh yang diberikan pada percobaan tersebut, maka dilakukan uji F pada taraf 5. Apabila hasil sidik ragam memberikan hasil berpengaruh nyata maka dilakukan uji lanjutan wilayah Duncan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan. Pengolahan data menggunakan perangkat lunak SAS Statistical Analysis System 6.12.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pertumbuhan

Pertumbuhan tunas nepenthes secara in-vitro membutuhkan waktu rata-rata tiga minggu setelah tanam MST. Tunas yang tumbuh merupakan tunas lateral yaitu tunas yang muncul pada ketiak daun buku. Dari total 160 percobaan hanya sebanyak 66 eksplan yang hidup atau sebesar 40,63 Lampiran 7, hal ini dikarenakan eksplan banyak mengalami kematian yang disebabkan oleh pencoklatan browning dan kontaminasi oleh cendawan. Berikut merupakan hasil pengaruh dari penggunaan media MS dan pemberian hormon BAP serta interaksi keduanya terhadap pertumbuhan tanaman kantung semar.

1. Pengaruh Interaksi Media MS dan Hormon BAP terhadap Pertumbuhan

Tumbuhan N. alata Interaksi penggunaan media MS dan hormon BAP dengan konsentrasi yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda terhadap multiplikasi tunas, tinggi tunas, jumlah buku, dan jumlah daun tanaman kantung semar, akan tetapi interaksi media MS dan hormon BAP tidak memberikan pengaruh yang nyata. Jumlah tunas paling banyak dihasilkan pada perlakuan A3B2 0,5 mll BAP, 13 MS dengan jumlah tunas rata-rata sebanyak 5,50 buah. Pada perlakuan A2B2 0,3 mll BAP, 13 MS jumlah tunas yang tumbuh tidak berbeda banyak yaitu rata- rata sebanyak 5,25 buah, sedangkan pada perlakuan A1B2 0,1 mll BAP, 13 MS dan A0B2 0 BAP, 13 MS jumlah tunas yang tumbuh rata-rata sebanyak 4,33 dan 4,20 buah Tabel 2. Tabel 2 Pengaruh interaksi MS dan BAP terhadap jumlah tunas tumbuhan N. alata buah. Perlakuan B0 B1 B2 B3 A0 2,83 3,67 4,20 4,00 A1 4,20 4,83 4,33 5,00 A2 4,00 4,67 5,25 5,00 A3 3,50 5,20 5,50 4,00 Dari data tersebut diketahui bahwa media 13 MS B2 berinteraksi paling baik dengan konsentrasi BAP 0,5 mgl A3 terhadap multiplikasi tunas tumbuhan N.