Pengaruh Interaksi Media MS dan Hormon BAP terhadap Pertumbuhan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pertumbuhan

Pertumbuhan tunas nepenthes secara in-vitro membutuhkan waktu rata-rata tiga minggu setelah tanam MST. Tunas yang tumbuh merupakan tunas lateral yaitu tunas yang muncul pada ketiak daun buku. Dari total 160 percobaan hanya sebanyak 66 eksplan yang hidup atau sebesar 40,63 Lampiran 7, hal ini dikarenakan eksplan banyak mengalami kematian yang disebabkan oleh pencoklatan browning dan kontaminasi oleh cendawan. Berikut merupakan hasil pengaruh dari penggunaan media MS dan pemberian hormon BAP serta interaksi keduanya terhadap pertumbuhan tanaman kantung semar.

1. Pengaruh Interaksi Media MS dan Hormon BAP terhadap Pertumbuhan

Tumbuhan N. alata Interaksi penggunaan media MS dan hormon BAP dengan konsentrasi yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda terhadap multiplikasi tunas, tinggi tunas, jumlah buku, dan jumlah daun tanaman kantung semar, akan tetapi interaksi media MS dan hormon BAP tidak memberikan pengaruh yang nyata. Jumlah tunas paling banyak dihasilkan pada perlakuan A3B2 0,5 mll BAP, 13 MS dengan jumlah tunas rata-rata sebanyak 5,50 buah. Pada perlakuan A2B2 0,3 mll BAP, 13 MS jumlah tunas yang tumbuh tidak berbeda banyak yaitu rata- rata sebanyak 5,25 buah, sedangkan pada perlakuan A1B2 0,1 mll BAP, 13 MS dan A0B2 0 BAP, 13 MS jumlah tunas yang tumbuh rata-rata sebanyak 4,33 dan 4,20 buah Tabel 2. Tabel 2 Pengaruh interaksi MS dan BAP terhadap jumlah tunas tumbuhan N. alata buah. Perlakuan B0 B1 B2 B3 A0 2,83 3,67 4,20 4,00 A1 4,20 4,83 4,33 5,00 A2 4,00 4,67 5,25 5,00 A3 3,50 5,20 5,50 4,00 Dari data tersebut diketahui bahwa media 13 MS B2 berinteraksi paling baik dengan konsentrasi BAP 0,5 mgl A3 terhadap multiplikasi tunas tumbuhan N. alata. Hal ini sesuai dengan penelitian Harahap 2010 yang menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi BAP yang diberikan akan meningkatkan pertambahan jumlah tunas pada tanaman Nepenthes gracilis. Salisbury dan Ross 1995 menyatakan bahwa sitokinin meningkatkan sitokinesis maupun pembesaran sel, terutama pembelahan sel. Pada pertumbuhan tinggi tunas, paling tinggi ditunjukkan oleh media 15 MS tanpa hormon BAP A0B2 dengan rataan tinggi sebesar 0,94 cm, sedangkan yang terendah ditunjukkan oleh media tanpa MS dengan kandungan BAP 0,3 mgl A2B0 dengan rataan tinggi sebesar 0,50 cm Tabel 3. Salisbury dan Ross 1995 menyatakan bahwa sitokinin meningkatkan sitokinesis, tetapi sitokinesis yang terjadi tidak meningkatkan pertumbuhan organnya sendiri melainkan hanya merupakan proses pembelahan saja sehingga pemberian BAP tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi eksplan. Harahap 2010 menyebutkan bahwa pemberian BAP tidak berpengaruh nyata terhadap panjangtinggi tunas N. gracilis. Tabel 3 Pengaruh konsentrasi MS dan BAP terhadap tinggi tunas tumbuhan N. alata cm. Perlakuan B0 B1 B2 B3 A0 0,70 0,87 0,94 0,83 A1 0,68 0,65 0,87 0,65 A2 0,50 0,68 0,73 0,60 A3 0,55 0,84 0,67 0,55 Jumlah buku yang muncul pada eksplan setelah 12 MST paling banyak ditunjukkan pada perlakuan A3B3 0,5 mgl BAP, 1 MS dengan 3,00 buah, sedangkan yang terendah ditunjukkan pada perlakuan A3B0 0,5 mll BAP, 0 MS sebanyak 1,50 buah Tabel 4. Pertumbuhan jumlah daun paling banyak ditunjukkan oleh perlakuan A2B3 0,3 mgl BAP, 1 MS sebanyak 12,00 helai, sedangkan yang terendah ditunjukkan pada perlakuan A3B0 0,5 mll BAP, 0 MS sebanyak 2,50 helai Tabel 5. Harahap 2010 menyatakan, pemberian BAP tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang tunas dan jumlah buku N. gracilis. Tabel 4 Pengaruh konsentrasi MS dan BAP terhadap jumlah buku tumbuhan N. alata buah. Perlakuan B0 B1 B2 B3 A0 1,83 2,83 1,80 1,75 A1 3,00 2,00 2,00 2,00 A2 2,00 2,61 2,33 2,00 A3 1,50 2,20 2,50 3,00 Tabel 5 Pengaruh konsentrasi MS dan BAP terhadap jumlah daun tumbuhan N. alata helai. Perlakuan B0 B1 B2 B3 A0 4,67 9,67 8,40 7,75 A1 8,00 7,50 8,33 1100 A2 8,00 7,17 8,00 12,00 A3 2,50 8,50 9,17 8,50 Secara visual pertumbuhan eksplan yang terbaik ditunjukkan pada perlakuan A1B2. Hal ini dapat dilihat dari eksplan yang tumbuh sehat dengan menghasilkan banyak daun, berwarna hijau tua, kekar, dan membentuk banyak kantung Gambar 3, kemudian diikuti oleh pertumbuhan pada perlakuan A0B2 dengan jumlah kantung lebih sedikit. Pada perlakuan A2B2 eksplan tumbuh dengan ukuran kantung lebih kecil, sedangkan pada perlakuan A3B2 eksplan tumbuh dengan daun yang lebih pendek dan jumlah kantung sedikit Lampiran 11. Gambar 3 Pertumbuhan eksplan pada perlakuan A1B2 .

2. Pengaruh Media MS terhadap Pertumbuhan Tumbuhan N. alata