Kultur Jaringan TINJAUAN PUSTAKA

peralihan merupakan peralihan dari bentuk kantung atas dan kantung bawah, memiliki sayap tetapi tipe corong belum seperti kantung bawah, melainkan sudah lebih menyerupai corong pada kantung atas. d. Bunga Bunga kantung semar muncul sekali atau dua kali setahun, atau bahkan terus menerus. Satu tanaman menghasilkan bunga jantan atau betina yang muncul di dekat puncak batang utama. Bakal bunga jantan saat belum mekar berbentuk bulat tanpa ada belimbingan. Sedangkan bunga betina memiliki belimbingan lekukan seperti buah belimbing di bakal bunganya.

8. N. alata

Jenis kantung semar ini berasal dari Filipina dan tersebar di Kalimantan Barat, Semenanjung Malaysia, Malaysia, dan Sumatera. N. alata Gambar 2 memiliki ciri-ciri batang dan tulang daun berwarna gelap sampai hitam dan ujung daun lancip. Kantung bawah berbentuk corong, menyempit di bagian tengah, memiliki dua sayap, biasanya berwarna cemerlang, dan bisa mencapai diameter 20 cm. Kantung atas lubangnya lebih sempit dengan warna lebih pucat. N. alata ini merupakan jenis yang mudah dipelihara dan toleran terhadap perubahan suhu dan kelembaban, sangat adaptif, tumbuh dari dataran rendah sampai dataran tinggi sehingga menjadi jenis populer yang banyak dipelihara. Gambar 2 Nepenthes alata

B. Kultur Jaringan

Morgan 1901 dalam Yuwono 2008 mengemukakan bahwa tiap sel memiliki kemampuan untuk berkembang biak menjadi satu jasad hidup yang lengkap melalui proses regenerasi, yang kemudian lebih dikenal dengan kemampuan totipotensi. Konsep kultur in-vitro mengacu pada kemampuan totipotensi tersebut, yaitu menumbuhkan jasad multiselular dalam medium padat maupun cair dengan menggunakan jaringan atau sel yang diambil dari bagian tubuh spesies tersebut. Teknik kultur in-vitro menggunakan media bukan tanah, melainkan media buatan di dalam tabung. Teknik in-vitro yang menggunakan bahan awal perbanyakan biasanya berupa jaringan tubuh tumbuhan yang kemudian disebut dengan kultur jaringan. Wetherell 1982 mengelompokkan langkah-langkah kultur in-vitro menjadi tiga tahap. Tahap I merupakan tahap persiapan eksplan. Eksplan disuci-hamakan dan dibebaskan dari mikroorganisme untuk selanjutnya dapat ditanam secara aseptik dalam media kultur. Tahap II adalah inisiasi, yaitu untuk melipatgandakan hasil pertumbuhan propagul dari tahap I dengan meningkatkan jumlah cabang asiler atau pembentukan tunas-tunas baru. Hasil pertumbuhan pada tahap II ditanam kembali, sehingga diperoleh jumlah propagul yang lebih besar. Tahap III merupakan tahap penyesuaian atau tahap pra-tanam, dengan merangsang pembentukan akar agar menjadi tanaman yang lebih kuat. Menurut Yuwono 2008, teknik in-vitro terdapat beberapa tahapan utama yang harus dilakukan untuk mengembangkan bahan awal tanaman sampai menjadi tanaman yang lengkap dan siap dipindah ke medium tanah, yaitu: 1 pemilihan sumber tanaman yang akan digunakan sebagai bahan awal, 2 penanaman pada medium yang sesuai sampai terjadi perbanyakan, 3 pembentukan tunas dan akar sampai berbentuk plantlet, 4 aklimatisasi atau proses adaptasi pada lingkungan di luar sistem in-vitro, dan 5 penanaman pada medium tanah. Komponen utama yang dibutuhkan dalam kultur in-vitro tanaman, yaitu bahan awal starting materials, medium yang sesuai, dan tempat kultivasi. Bahan awal yang dapat digunakan dalam kultur in-vitro ini bermacam-macam, antara lain: batang, daun, akar, tunas apikal dan axilari, anther, pollen, dan lain-lain. Bagian tumbuhan tersebut yang digunakan sebagai bahan awal perbanyakan kultur in-vitro disebut dengan eksplan explants. Bahan yang digunakan sebagai eksplan sebaiknya berasal dari bagian tumbuhan yang masih muda dan sehat. Medium yang digunakan dalam teknik in-vitro dapat berupa medium padat atau cair. Medium padat digunakan untuk menghasilkan kalus yang kemudian diinduksi sehingga membentuk tumbuhan yang lengkap plantlet, sedangkan medium cair biasanya digunakan untuk kultur sel. Medium yang digunakan mengandung lima komponen utama, yaitu senyawa anorganik, sumber karbon biasanya sukrosa, vitamin, zat pengatur tumbuh auksin dan sitokinin, dan suplemen organik. Sub kultur adalah pemindahan tanaman in-vitro kedalam media baru sehingga kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan kalus, protokormus, organ-organ dapat terpenuhi Hendaryono dan Wijayanti, 1994. Kegiatan pemindahantransplan dilakukan dalam transport box dan dengan prosedur aseptik yang sama dengan penanaman. Kultur yang ingin ditumbuhkan menjadi tanaman lengkap sebaiknya dipindahkan ke media padat dengan komposisi dasar yang sama dengan dilakukan modifikasi media, penambahan zat pengatur tumbuh atau pesenyawaan organik. Pertumbuhan dan morfogenesis tanaman pada kultur in-vitro dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu: 1 genotip dari sumber bahan tanaman yang digunakan; 2 media yang digunakan, mencakup komponen penyusun media dan penggunaan zat pengatur tumbuh; 3 lingkungan tumbuh, yaitu keadaan fisik tempat kultur ditumbuhkan; dan 4 fisiologi jaringan yang digunakan sebagai eksplan Wattimena et al., 1992.

C. Zat Pengatur Tumbuh ZPT