Pengaruh Media MS terhadap Pertumbuhan Tumbuhan N. alata

Tabel 4 Pengaruh konsentrasi MS dan BAP terhadap jumlah buku tumbuhan N. alata buah. Perlakuan B0 B1 B2 B3 A0 1,83 2,83 1,80 1,75 A1 3,00 2,00 2,00 2,00 A2 2,00 2,61 2,33 2,00 A3 1,50 2,20 2,50 3,00 Tabel 5 Pengaruh konsentrasi MS dan BAP terhadap jumlah daun tumbuhan N. alata helai. Perlakuan B0 B1 B2 B3 A0 4,67 9,67 8,40 7,75 A1 8,00 7,50 8,33 1100 A2 8,00 7,17 8,00 12,00 A3 2,50 8,50 9,17 8,50 Secara visual pertumbuhan eksplan yang terbaik ditunjukkan pada perlakuan A1B2. Hal ini dapat dilihat dari eksplan yang tumbuh sehat dengan menghasilkan banyak daun, berwarna hijau tua, kekar, dan membentuk banyak kantung Gambar 3, kemudian diikuti oleh pertumbuhan pada perlakuan A0B2 dengan jumlah kantung lebih sedikit. Pada perlakuan A2B2 eksplan tumbuh dengan ukuran kantung lebih kecil, sedangkan pada perlakuan A3B2 eksplan tumbuh dengan daun yang lebih pendek dan jumlah kantung sedikit Lampiran 11. Gambar 3 Pertumbuhan eksplan pada perlakuan A1B2 .

2. Pengaruh Media MS terhadap Pertumbuhan Tumbuhan N. alata

Penggunaan media MS dengan komposisi yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan tumbuhan N. alata. Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa media dengan komposisi 13 MS B2 menghasilkan multiplikasi tunas paling banyak dengan jumlah rata-rata 4,20 buah, sedangkan yang paling sedikit ditunjukkan oleh media tanpa MS B0 dengan jumlah tunas rata-rata 2,80 buah. Tabel 6 Rekapitulasi pengaruh media MS terhadap jumlah tunas, tinggi tunas, jumlah buku dan daun N. alata. Perlakuan Jumlah Rata-rata Tunas buah Tinggi cm Buku buah Daun helai B0 2,83 0,70 1,83 4,67 B1 3,67 0,87 2,83 9,67 B2 4,20 0,94 1,80 8,40 B3 4,00 0,83 1,75 7,75 Pada pertumbuhan tinggi tunas N. alata, pertumbuhan paling tinggi ditunjukkan pada media 13 MS B2 dengan tinggi rata-rata 0,94 cm, diikuti pada media 15 MS B1 dengan 0,87 cm dan 1 MS B3 dengan 0,83 cm, sedangkan yang terendah ditunjukkan pada media tanpa MS B0 dengan tinggi 0,70 cm. Jumlah buku paling banyak ditunjukkan oleh media B1 dengan jumlah rata- rata 2,83 buah, kemudian secara berurutan diikuti oleh media B0 dengan jumlah rata- rata 1,83 buah, B2 dengan 1,80 buah, dan terendah ditunjukkan oleh media B3 dengan 1,75 buah; sedangkan pada pertumbuhan jumlah daun paling banyak ditunjukkan oleh media B1 sebanyak 9,67 helai, diikuti oleh media B2 dengan 8,40 helai, B3 dengan 7,75 helai, dan paling sedikit ditunjukkan oleh media B0 dengan 4,67 helai. Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukkan bahwa penggunaan media MS dengan komposisi yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata terhadap multipikasi tunas dan tinggi tunas tumbuhan N. alata. Tabel 7. Tabel 7 Rekapitulasi sidik ragam media MS terhadap jumlah tunas, tinggi tunas, jumlah buku dan daun N. alata. Perlakuan Tunas buah Tinggi cm Buku buah Daun helai MS Keterangan: : Berpengaruh nyata Hasil uji lanjut wilayah duncan menunjukkan bahwa beda yang nyata terjadi pada media B2 dan B1 terhadap media kontrol B0 dan media B3 Tabel 8. Tabel 8 Rekapitulasi hasil uji wilayah Duncan penggunaan media MS terhadap jumlah tunas dan tinggi tunas N. alata. Kelas Duncan Mean N f1 Jumlah Tunas Tinggi Tunas A 4.3750 0.72500 24 B1 A A 4.1667 0.70000 24 B2 B 2.0417 0.38333 24 B0 B B 1.6667 0.26250 24 B3 Keterangan: Kelas dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata. Dari data Tabel 8 dapat dilihat bahwa kecenderungan multiplikasi tunas dan pertumbuhan tinggi tunas tumbuhan N. alata terjadi pada media yang tidak terlalu kaya nutrisi tetapi juga tidak pada yang miskin nutrisi, akan tetapi antara keduanya yaitu pada media B2 13 MS. Pada media B1 15 MS dengan kandungan nutrisi lebih sederhana, jumlah dan tinggi tunas tumbuhan kantung semar mulai mengalami penurunan karena meskipun tumbuhan kantung semar sering ditemukan pada tanah yang miskin hara namun masih membutuhkan komposisi yang cukup untuk ditumbuhkan secara in-vitro Isnaini dan Handini, 2007. Sementara pada media yang kaya nutrisi 1 MS jumlah dan tinggi tunas tumbuhan N. alata juga mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan karakteristik tumbuhan N. alata yang tidak menyukai tempat tumbuh dengan unsur haranutrisi yang terlalu banyak, namun tanaman ini lebih sering ditemukan tumbuh pada tanah yang miskin unsur hara seperti hutan kerangas dan tanah gambut. Isnaini dan Handini 2007 menyebutkan bahwa perkecambahan biji nepenthes lebih baik terjadi pada media yang tidak terlalu kaya nutrisi. Mariska et al. 1998 dalam Isnaini dan Handini 2007 menyebutkan bahwa perkecambahan biji panili hasil persilangan terjadi pada media yang lebih sederhana. Pertambahan jumlah buku dan jumlah daun tumbhan N. alata paling banyak ditunjukkan pada media yang lebih sedikit unsur haranya yaitu 15 MS. Hasil analisis sidik ragam penggunaan media MS terhadap jumlah buku dan daun tumbuhan N. alata menunjukkan pengaruh dengan beda yang nyata Tabel 7, dimana berdasarkan hasil uji lanjut wilayah Duncan yang dilakukan pada pertambahan jumlah buku beda yang nyata ditunjukkan pada media B1 terhadap media lainnya Tabel 9, sedangkan pada pertambahan jumlah daun beda yang nyata ditunjukkan pada media B1 terhadap media B0 dan B3, tetapi tidak beda nyata terhadap media B2 Lampiran 6. Tabel 9 Hasil uji wilayah Duncan penggunaan media MS terhadap jumlah buku tumbuhan N. alata. Kelas Duncan Mean N f1 A 2.3333 24 B1 A B A 1.7917 24 B2 B B C 1.2917 24 B0 C C 0.7083 24 B3 Keterangan: Kelas dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata. Pertambahan jumlah buku dan daun tumbuhan N. alata paling banyak terjadi pada media yang lebih sederhana. Hal ini diduga karena pada media yang lebih sederhana dapat memicu pertumbuhan jumlah daun dan buku pada tumbuhan N. alata yang merupakan awal dari terbentuknya kantung yang berfungsi sebagai penangkap unsur hara tambahan. Pada penampakan secara visual, pertumbuhan tumbuhan N. alata paling baik terjadi pada media B2, dimana eksplan tampak tumbuh kekar, warna daun hijau segar, dan membentuk kantung pada ujung daunnya Gambar 4c. Sementara pertumbuhan kurang baik ditunjukkan pada media kontrol tanpa MS B0, dimana tumbuhan N. alata terlihat tumbuh dengan warna daun yang pucat, jumlah daun yang sedikit, namun membentuk kantung yang besar pada ujung daunnya Gambar 4a. Gambar 4 Pertumbuhan N. alata pada media a 0 MS B0, b 15 MS B1, c 13 MS B2, dan d 1 MS B3. Dari hasil deskripsi secara visual di atas, diketahui bahwa pertumbuhan terbaik terjadi pada media 13 MS B2. Hal ini semakin memperkuat dugaan bahwa tumbuhan N. alata tumbuh dengan baik pada media yang sederhana. Akan tetapi walau tumbuhan N. alata tumbuh baik pada tanah yang miskin hara tetapi masih tetap membutuhkan nutrisi untuk dapat tumbuh. Hal ini terbukti pada media 15 MS dengan unsur hara yang lebih sedikit dari 13 MS, tumbuhan N. alata mulai menunjukkan pertumbuhan yang kurang optimal seperti jumlah daun yang sedikit dan lebar daun yang menyempit. Latha dan Seeni 1994 dalam Isnaini dan Handini 2007 menyatakan bahwa Nepenthes khasiana tumbuh dengan lebih baik pada media dasar MS daripada media KC, karena komposisi media KC jauh lebih sederhana dibandingkan dengan media MS. Berdasarkan jumlah dan besarnya ukuran kantung, diketahui bahwa semakin sederhanamiskin kandungan hara pada media akan memicu kemungkinan pembentukan kantung yang lebih banyak serta ukuran yang lebih besar Gambar 4. Hal ini disebabkan karena kantung pada tanaman kantung semar merupakan modifikasi dari daun yang berfungsi untuk menangkap serangga kecil yang kemudian akan dicerna di dalam kantung dengan bantuan enzim protease dan merubahnya menjadi asam-asam amino lalu diserap untuk mendapatkan tambahan nutrisi pada tanah yang miskin akan hara. a b d c

3. Pengaruh Hormon BAP terhadap Pertumbuhan Tumbuhan N. alata