Zat Pengatur Tumbuh ZPT

medium cair biasanya digunakan untuk kultur sel. Medium yang digunakan mengandung lima komponen utama, yaitu senyawa anorganik, sumber karbon biasanya sukrosa, vitamin, zat pengatur tumbuh auksin dan sitokinin, dan suplemen organik. Sub kultur adalah pemindahan tanaman in-vitro kedalam media baru sehingga kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan kalus, protokormus, organ-organ dapat terpenuhi Hendaryono dan Wijayanti, 1994. Kegiatan pemindahantransplan dilakukan dalam transport box dan dengan prosedur aseptik yang sama dengan penanaman. Kultur yang ingin ditumbuhkan menjadi tanaman lengkap sebaiknya dipindahkan ke media padat dengan komposisi dasar yang sama dengan dilakukan modifikasi media, penambahan zat pengatur tumbuh atau pesenyawaan organik. Pertumbuhan dan morfogenesis tanaman pada kultur in-vitro dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu: 1 genotip dari sumber bahan tanaman yang digunakan; 2 media yang digunakan, mencakup komponen penyusun media dan penggunaan zat pengatur tumbuh; 3 lingkungan tumbuh, yaitu keadaan fisik tempat kultur ditumbuhkan; dan 4 fisiologi jaringan yang digunakan sebagai eksplan Wattimena et al., 1992.

C. Zat Pengatur Tumbuh ZPT

Zat pengatur tumbuh ZPT merupakan senyawa alami yang diproduksi oleh tumbuhan. Arteca 1996 dalam Harjadi 2009 menyebutkan bahwa zat pengatur tumbuh ZPT merupakan senyawa yang dikarakterisasi secara kimiawi yang menunjukkan aktivitas biologi spesifik walaupun dalam jumlah konsentrasi yang sangat rendah. Fungsi ZPT sangat bergantung pada dosis yang diberikan dan berdasarkan pada perubahan kepekaan jaringannya. Zat pengatur tumbuh mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis dalam kultur sel, jaringan dan organ. Interaksi dan perimbangan antara zat pengatur tumbuh yang diberikan dalam media dan yang diproduksi oleh sel secara endogen menentukan arah perkembangan suatu kultur. Terdapat beberapa jenis zat pengatur tumbuh yang telah dikenal penggunaannya dalam membantu pertumbuhan tanaman, diantaranya adalah auksin, giberelin, sitokinin, asam absisat, etilen, dan yang lainnya; namun dalam kultur in- vitro dua golongan zat pengatur tumbuh yang sangat penting dan sering digunakan adalah sitokinin dan auksin. Auksin merupakan suatu kelompok senyawa yang mampu merangsang pemanjangan sel pucuk di daerah sub apikal. Auksin biasanya merupakan asam dengan inti tidak jenuh atau derivatnya. Menurut Santoso dan Nursandi 2003, auksin juga mempunyai kemampuan untuk menginduksi terjadinya kalus, mendorong terjadinya proses morfogenesis kalus atau tunas, mendorong embriogenesis dan mempengaruhi kestabilan genetik sel tanaman. Sitokinin merupakan senyawa yang berfungsi untuk meningkatkan pembelahan sel dan pengaturan pertumbuhan. Sitokinin banyak ditemukan dalam tumbuhan, paling banyak ditemukan pada daerah meristem dan daerah dengan potensi tumbuh berkesinambungan termasuk akar, daun muda, buah yang berkembang, dan biji. Perannya dalam tumbuhan antara lain adalah untuk mengatur pembelahan sel, pembentukan organ, pembesaran sel dan organ, pencegahan kerusakan klorofil, pembentukan kloroplas, pembukaan dan penutupan stomata, dan perkembangan mata tunas dan pucuk Harjadi, 2009. Santoso dan Nursandi 2003 menyatakan bahwa peran zat pengatur tumbuh sitokinin dalam kegiatan kultur jaringan dapat menstimulir terjadinya pembelahan sel, poliferasi kalus, pembelahan tunas, mendorong poliferasi meristem ujung, menghambat pembentukan akar, dan mendorong pembentukan klorofil pada kalus. Diantara jenis hormon dari golongan sitokinin adalah kinetin 6- furfurylaminopurine dan BAP 6-benzylaminopurine yang merupakan jenis sitokinin sintetik. Dalam penggunaannya, hormon sintetik ini dipengaruhi oleh zat tumbuh lainnya.

III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu

Penelitian teknik kultur jaringan ini dilaksanakan di Laboratorium Konservasi Tumbuhan, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dam Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, dengan rentang waktu lima bulan dimulai pada bulan November 2010 hingga Maret 2011.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Pada teknik kultur jaringan ini akan mempergunakan alat pada saat preparasi media yang terdiri dari: gelas piala, labu ukur, pipet, timbangan analitik, kompor, sudip, autoklaf, dan tabung kultur. Sedangkan alat pada waktu penanaman di ruang isolasi terdiri dari: Laminar Cabinet Air Flow, api bunsen, pinset, pisau scalpelpisau steril, dan cawan petri.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat media kultur antara lain: air mineral, agar-agar, gula, hormon BAP, dan larutan MS Murashige Skoog. Sedangkan bahan yang digunakan pada saat sterilisasi yaitu, alkohol 70, obat antiseptik, klorox, deterjen, dan aquades. Bahan tanaman yang digunakan adalah mata tunas hasil induksi tumbuhan kantung semar N. alata.

C. Prosedur Kerja

1. Sterilisasi

a. Sterilisasi Alat

Alat-alat yang digunakan perlu untuk disterilisasi terlebih dahulu untuk mencegah kontaminasi dari alat. Alat-alat tersebut dicuci dengan air bersih dan deterjen, kemudian disterilkan ke dalam autoklaf pada suhu 121 o C dengan tekanan 2 atm selama 30 menit dengan dibungkus kertas koran. Sebelum melakukan penanaman, alat-alat tanam pinset dan pisau scalpel disterilisasi