Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

41 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menunjukkan bahwa data nilai persentase stabilitas membran sel darah merah terdistribusi normal dan homogen p≥0,05. Tabel 3. Nilai rata-rata persentase stabilitas membran sel darah merah ekstrak etanol 70 buah parijoto dengan beberapa seri konsentrasi dan natrium diklofenak pada konsentrasi 100 ppm Larutan Uji Rata-rata Persentase Stabilitas Uji 1 Ekstrak 50 ppm 10,63 Uji 2 Ekstrak 100 ppm 18,32 Uji 3 Ekstrak 500 ppm 33,08 Uji 4 Ekstrak 1000 ppm 60,78 Uji 5 Na Diklofenak 100 ppm 59,87 Hasil analisa statistik dengan menggunakan ANOVA menunjukkan bahwa persentase stabilitas pada masing-masing uji berbeda secara bermakna p0,05, kemudian dilanjutkan dengan uji LSD atau beda nyata terkecil terhadap persentase stabilitas kelompok. Hasil uji LSD menunjukkan ekstrak pada konsentrasi 1000 ppm berbeda secara bermakna dengan ekstrak pada konsentrasi 50, 100, dan 500 ppm, namun tidak berbeda secara bermakna atau identik dengan kontrol positif yaitu natrium diklofenak.

4.3 Pembahasan

4.2.1 Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

Metode ekstraksi yang digunakan pada buah parijoto adalah metode ekstraksi maserasi. Metode maserasi merupakan metode ekstraksi cara dingin yang memiliki keuntungan dalam proses ekstraksi total, yaitu memperkecil kemungkinan terjadinya kerusakan pada senyawa termolabil yang terdapat pada sampel Istiqomah, 2013. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan kamar. Maserasi bertujuan untuk menarik zat-zat berkhasiat yang tahan pemanasan maupun yang tidak tahan pemanasan. Secara teknologi, 42 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta maserasi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan Depkes RI, 2000. Dasar dari maserasi adalah melarutnya bahan kandungan simplisia dari sel yang rusak, yang terbentuk pada saat penghalusan, ekstraksi difusi bahan kandungan dari sel yang masih utuh. Setelah selesai waktu maserasi, artinya keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam sel dengan masuk kedalam cairan, telah tercapai maka proses difusi segera berakhir. Selama maserasi atau proses perendaman dilakukan pengocokan berulang-ulang. Upaya ini menjamin keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi yang lebih cepat didalam cairan. Sedangkan keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunannya perpindahan bahan aktif. Semakin besar perbandingan simplisia terhadap cairan pengekstraksi, akan semakin banyak hasil yang diperoleh Voigh, 1994. Hasil maserasi buah parijoto diperoleh ekstrak sebanyak 54,409 gram dengan nilai rendemen 2,79. Kecilnya nilai rendemen yang diperoleh kemungkinan karena sampel yang digunakan adalah sampel segar, jadi kandungan air yang terdapat dalam sampel masih banyak. Terdapat beberapa faktor juga yang mempengaruhi ekstraksi diantaranya adalah metode ekstraksi, ukuran partikel, kondisi dan waktu penyimpanan, lama ekstraksi, perbandingan jumlah sampel dan pelarut, serta jenis pelarut yang digunakan. Ekstrak buah parijoto yang telah diperoleh dilakukan uji penapisan fitokimia. Penapisan fitokimia dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui adanya kandungan metabolit sekunder yang terdapat dalam sampel, seperti flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, glikosida dan terpenoid. Hasil penapisan fitokimia menunjukkan bahwa buah parijoto mengandung saponin, glikosida, flavonoid dan tanin, namun tidak terdapat kandungan metabolit sekunder alkaloid dan terpenoid. Hasil penapisan fitokimia tersebut sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Wachidah, 2013. Uji positif tanin ditunjukkan dengan terbentuknya warna biru kehitaman tanin terhidrolisis atau biru kehijauan tanin terkondensasi 43 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta saat direaksikan dengan FeCl 3 . Berdasarkan hasil penapisan fitokimia kandungan tanin terdapat perubahan warna menjadi biru kehitaman pada ekstrak. Tanin yang terdapat pada buah ini adalah tanin terhidrolisis Ayoola et al, 2008. Uji saponin dalam ekstrak dapat digunakan uji Forth. Hasil penapisan fitokimia, diketahui bahwa buah parijoto memiliki kandungan saponin yang ditandai dengan terbentuknya busa apabila dikocok dan apabila didiamkan selama sepuluh menit busa tetap stabil Guevera, 1985 dalam Wachidah,2013. Uji selanjutnya adalah uji flavonoid, buah parijoto menunjukkan hasil yang positif ditandai dengan terbentuk warna kuning dan ketika ditambahkan larutan asam warna menjadi pudar. Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang banyak terdapat dalam tumbuh-tumbuhan Tiwari et al, 2011. Uji glikosida dilakukan berdasarkan gugus gulanya dengan metode Keller-Kiliani. Glikosida merupakan senyawa yang terbentuk dari gugus non-gula aglikon dan gugus gula glikon. Uji glikosida yang telah dilakukan, terjadi perubahan warna menjadi merah kecoklatan menunjukkan bahwa buah parijoto mengandung glikosida Guevera, 1985 dalam Wachidah,2013. Ekstrak yang telah didapatkan juga dilakukan uji kadar air. Uji kadar air penting untuk dilakukan karena jika kandungan air dalam ekstrak terlalu banyak maka kemungkinan mikroba untuk tumbuh akan besar sehingga akan mempengaruhi kualitas ekstrak. Hasil untuk uji kadar air menunjukkan bahwa ekstrak yang didapatkan mengandung 7,097 air, yang mana hasil tersebut tidak melebihi kadar yang diperbolehkan berdasarkan literatur yaitu tidak melebihi 10 Depkes RI, 2000 44 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.2.2 Stabilisasi Membran Sel Darah Merah