Kelembagaan Pertanian sesuai Persepsi Masyarakat

pada tahun 2008, sehingga sistem kelembagaan dan infrastruktur masih menginduk di desa utama induk. Desa Andalas Cermin, memiliki luas wilayah sebesar 2.526,97 hektar. Komoditas unggulan yang berpotensi dikembangkan di desa ini adalah jagung, dengan cakupan lahan seluas 2.526,97 hektar atau seluruhnya sesuai untuk ditanami jagung. Sementara itu, luas lahan yang direkomendasikan berdasarkan perhitungan potensi dikurangi dengan eksisting adalah seluas 670,85 hektar atau sebesar 28,84 dari luas desa. Kelembagaan sosial-ekonomi yang berkembang di desa ini tergolong sedang. Arahan dari instansi terkait sangat diperlukan, agar kelembagaan sosial-ekonomi desa dapat berjalan lebih aktif dan inovatif. Metode pelatihan oleh dinas terkait menjadi pilihan responden analisis penentuan model kelembagaan efektif yang diinginkan oleh masyarakat. Desa Duta Yoso Mulyo, memiliki luas wilayah sebesar 1.739,22 hektar. Komoditas unggulan di desa ini adalah jagung, sedangkan lahan yang berpotensi untuk diusahakan komoditas jagung adalah seluas 1.662,27 hektar. Namun demikian hanya seluas 99,25 hektar saja yang direkomendasikan untuk diusahakan tanaman jagung. Hal tersebut dikarenakan hanya tersisa lahan seluas 99,25 hektar yang sesuai untuk tanaman jagung, sedangkan lainnya sudah dimanfaatkan untuk penggunaan lahan lainnya, seperti pemukiman maupun perkebunan. Desa Duta Yoso Mulyo memiliki kelembagaan sosial-ekonomi yang tergolong sedang, sehingga perlu ditingkatkan agar lebih aktif. Luas lahan yang direkomendasikan tersebut 99,25 ha adalah sebesar 5,71 dari luas desa, sehingga luasannya masih sangat kecil sekali jika dibandingkan dengan rekomendasi lahan di desa-desa lainnya. Desa Gedung Jaya, memiliki luas wilayah sebesar 2.738,46 hektar. Komoditas unggulan desanya adalah padi sawah. Potensi pengembangan padi sawah di desa ini seluas 2.738,46 hektar atau 100 dari luas desa. Namun demikian, luas lahan yang direkomendasikan untuk padi sawah hanya seluas 489,32 hektar atau sekitar 17,75 dari luas desa. Kelembagaan sosial-ekonomi yang berkembang didesa ini tergolong dinamis, sehingga dapat mendukung pengembangan desa khususnya. Namun demikian, pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh dinas terkait masih tetap diperlukan sebagai sarana menambah ilmu, pengetahuan dan teknologi. Desa Rawa Ragil, memiliki luas wilayah sebesar 2.728,70 hektar. Berdasarkan hasil analisis penentuan komoditas diketahui tanaman padi sawah sebagai komoditas unggulan di desa ini. Potensi ekstensifikasi tanaman padi sawah di desa ini seluas 2.728,70 hektar atau 100 dari luas wilayah desa. Namun demikian, luas lahan yang direkomendasikan untuk diusahakan tanaman padi sawah adalah seluas 1.104,65 hektar atau sekitar 40 dari luas desa. Kelembagaan sosial-ekonomi di desa ini tergolong sedang. Kegiatan pelatihan- pelatihan yang dapat mendukung pengembangan desa oleh dinas terkait menjadi prioritas utama yang harus dilakukan, sehingga dapat berimbas kepada iklim investasi lokal di desa ini. Desa Bumi Sari, merupakan salah satu desa pemekaran selain Panggung Mulyo dan Mulyo Dadi. Luas wilayah desa adalah 2.041,19 hektar. Komoditas unnggulan di desa ini berdasarkan analisis adalah tanaman padi sawah. Potensi lahan yang dapat dikembangkan untuk komoditas ini seluas 2.041,19 hektar atau seluruhnya sesuai untuk komoditas ini. Namun luas lahan yang direkomendasikan untuk diusahakan komoditas padi sawah adalah seluas 838,46 hektar atau sekitar 41,08 dari luas desa. Sementara itu, kondisi kelembagaan sosial-ekonomi di desa ini masih tergolong kurang, hal ini disebabkan karena sistem kelembagaannya masih menginduk dengan desa utama induk. Kondisi ini memerlukan perhatian dari dinas terkait, pengembangan investasi lokal berbasis komoditas unggulan desa dapat tercapai. Metode pelatihan-pelatihan dari instansi terkait menjadi pilihan dalam mendukung tujuan tersebut. Desa Mulyo Dadi, memiliki luas wilayah sebesar 1.506,39 hektar. Komoditas unggulan desa ini adalah kelapa sawit. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang baru dikembangkan oleh masyarakat setempat. Namun demikian, hasilnya sedikit banyak sudah dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Potensi lahan yang dapat digunakan sebagai pengembangan komoditas kelapa sawit di desa ini seluas 839,26 hektar dan yang direkomendasikan untuk diusahakan tanaman kelapa sawit seluas 254,81 hektar atau hanya sekitar 17 dari luas desa. Kelembagaan sosial-ekonomi yang terdapat di desa ini tergolong kurang, sehingga memerlukan perhatian dari dinas terkait. Metode pelatihan menjadi salah satu referensi yang diinginkan oleh masyarakat. Dengan berkembangnya kelembagaan sosial-ekonomi di desa secara langsung diharapkan dapat mendorong investasi lokal. Berdasarkan sistesis pengembangan komoditas unggulan masing-masing desa seperti diurakan diatas, pengembangan kawasan transmigrasi Rawa Pitu diarahkan berdasarkan potensi lokal dengan memperhatikan aspek kondisi biofisik, ekonomi, sosial, dan kelembagaan masyarakat. Sinergitas beberapa komponen tersebut dapat meningkatkan iklim investasi lokal. Dengan majunya investasi lokal, secara tidak langsung dapat mendorong kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Rawa Pitu.

5.5.2. Model Pengembangan Kawasan Transmigrasi Rawa Pitu

Kecamatan Rawa Pitu merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang. Kecamatan ini sebagian besar dihuni oleh transmigran yang berasal dari masyarakat lokal maupun pendatang dari jawa. Hasil analisis yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sektor pertanian menjadi fokus kegiatan masyarakat. Hal ini juga tercermin dalam Rencana Tata Ruang Kabupaten RTRWK Tulang Bawang tahun 2009, yang menyatakan bahawa Kecamatan Rawa Pitu menjadi 1 dari 8 kecamatan yang akan masuk dalam rencana pengembangan permukiman pedesaan. Definisi rencana pengembangan sistem permukiman perdesaan dimaksud adalah dengan mengembangkan kegiatan permukiman yang memiliki keterkaitan erat dengan sistem permukiman perkotaan serta pengembangan kawasan produksi hasil-hasil pertanian, peternakan dan perikanan. Selain itu, disebutkan juga bahwa Kecamatan Rawa Pitu sebagai Pusat Pelayanan Kawasan PPK dan akan dikembangkan dengan konsep agropolitan. Kebijakan yang telah disusun dalam RTRWK Tulang Bawang telah sejalan dengan hasil penelitian ini yang mengindikasikan bahwa Kecamatan Rawa Pitu merupakan basis produksi pertanian di Kabupaten Tulang Bawang. Melihat hal tersebut, makadirekomendasikan kecamatan Rawa Pitu dikembangkan melalui konsep agropolitan seperti yang telah ditetapkan dalam RTRWK. Akan tetapi, karena sebagian besar penduduk di kecamatan Rawa Pitu adalah transmigran, maka instansi terkait yang berwenang dalam hal ini adalah dari Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, sehingga dapat direncanakan melalui konsep Kota Terpadu Mandiri KTM. Gambar 22. Konsep Struktur Ruang Kawasan Transmigrasi Rawa Pitu Konsep KTM sendiri merupakan suatu konsep yang mengintroduksi konsep agropolitan yang telah terlebih dahulu berkembang. Hanya saja perbedaannya adalah wewenang dan tanggung jawab wilayahnya saja. Misalkan agropolitan oleh Departemen Pertanian, Minapolitan oleh Departemen Perikanan dan Kelautan, KTM oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Konsep, teknis dan tahapan pelaksanaannya hampir sama antara satu dengan yang lainnya. Setiap KTM terdiri dari 9.000 sampai 10.000 kepala keluarga KK tapi bukan berarti seluruhnya KK yang baru sama sekali melainkan sebagian termasuk masyarakat yang telah ada di wilayah tersebut. Berdasarkan pembahasan sebelumnya, setelah diketahui konsep pengembangan kawasan berupa KTM, maka dapat dibuat konsep struktur ruang kawasan transmigrasi Rawa Pitu yang dapat mengakomodir rekomendasi- rekomendasi yang telah dibuat sebelumnya. Konsep struktur ruang tersebut seperti disajikan pada Gambar 22. Tabel 27. Sintesis Pengembangan Komoditas Unggulan Berbasis Desa No Desa Komoditas Unggulan Ketersediaan Lahan berdasar Tutupan Lahan Citra Kelembagaan A ha B ha C ha D Sosial-Ekonomi jumlah Perspektif Masyarakat 1 Sumber Agung Kelapa Sawit 4.084,59 2.885,99 791,28 19,37 Dinamis Model Kelembagaan berupa pelatihan yang bertujuan untuk memandirikan petani, dilakukan oleh PEMDA melalui penguatan kelembagaan investasi lokal. 2 Batanghari Jagung 2.130,73 2.095,74 1191,74 55,93 Dinamis 3 Panggung Mulyo Jagung 1.365,73 1.365,73 428,30 31,36 Kurang Dinamis 4 Andalas Cermin Jagung 2.526,97 2.526,97 670,85 28,84 Sedang 5 Duta Yoso Mulyo Jagung 1.739,22 1.662,27 99,25 5,71 Sedang 6 Gedung Jaya Padi Sawah 2.738,46 2.738,46 489,32 17,75 Dinamis 7 Rawa Ragil Padi Sawah 2.728,70 2.728,70 1104,65 39,86 Sedang 8 Bumi Sari Padi Sawah 2.041,19 2.041,19 838,46 41,08 Kurang Dinamis 9 Mulyo Dadi Kelapa Sawit 1.506,39 839,26 254,81 16,92 Kurang Dinamis Sumber : Hasil-hasil analisis, 2011 Keterangan : A = Luas desa - ha B = Potensi luas kesesuaian lahan S1, S2, S3 untuk komoditas unggulan per desa - ha C = Lahan saat ini eksisting yang direkomendasikan untuk komoditas unggulan setelah di-overlay dengan tutupan lahan - ha D = Persentase perbandingan lahan saat ini yang direkomendasikan dengan potensi lahannya CA x 100 - ha 88