komoditas padi, jagung, kelapa sawit dan karet di masing-masing desa di
Kecamatan Rawa Pitu disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Nilai Indeks LQ Berdasarkan Luas Tanam dan Produksi Nilai
Pendapatan di Masing-masing Desa
No Desa LQ Luas Tanam
LQ Produksi Nilai Pendapatan Padi Jagung Sawit Karet Padi Jagung Sawit Karet
1 Sumber Agung
1,01 0,49 0,98 1,72 1,00 0,46 0,87 1,52 2 Batanghari
0,25 4,50 3,25 3,88 0,34 13,22 9,08 10,82 3 Panggung
Mulyo 0,97 0,85 1,47 0,97 0,99 1,06 1,74 1,15 4 Andalas
Cermin 1,03 1,18 0,74 0,56 1,01 1,06 0,84 0,64
5 Duta Yoso
Mulyo 1,19 0,00 0,56 0,31 1,05 -
0,50 0,28 6 Gedung
Jaya 1,26 0,00 0,03 0,04 1,06
- 0,03 0,03
7 Rawa Ragil
1,22 0,35 0,09 0,05 1,05 0,29 0,07 0,04 8 Bumi
Sari 1,25 0,00 0,13 0,00 1,06
- 0,10
- 9 Mulyo
Dadi 1,1
1,47 0,11 1,05 -
1,42 0,11 Sumber : Hasil Analisis, 2010
Selanjutnya hasil analisis shift share dilakukan berdasarkan data luas panen Kecamatan Rawa Pitu dan Kabupaten Tulang Bawang. Seharusnya data
luas panen diperoleh data per desa, sehingga sama dengan hasil analisis yang lainnya. Namun demikian, karena keterbatasan data dengan dua titik tahun, maka
dalam analisis data digunakan data per komoditas bukan per desa. Hasil analisis
SSA selengkapnya disajikan pada Tabel 15. Tabel 15. Nilai Dekomposisi Pergeseran Pertumbuhan
No Komoditas Komponen
SSA Regional Share
Proporsional Differensial
1 Padi -0,27
-0,26 1,640 1,11
2 Jagung -0,27
0,37 -0,097 0,00
3 Kelapa Sawit
-0,27 0,28
-0,088 -0,08 4 Karet
-0,27 0,26
0,003 -0,01
Sumber : Hasil Analisis, 2010
Berdasarkan analisis SSA, diperoleh hasil laju pertumbuhan luas panen di Kabupaten Tulang Bawang adalah sebesar -0,27. Selain itu, diketahui juga bahwa
komoditas padi di Kecamatan Rawa Pitu mempunyai laju pertumbuhan luas panen lebih rendah dibandingkan dengan laju pertumbuhan total di Kabupaten Tulang
Bawang. Laju pertumbuhan luas panen 0,26 lebih rendah dibandingkan dengan laju pertumbuhan di Kabupaten Tulang Bawang. Komoditas-komoditas seperti
jagung, kelapa sawit, dan karet mempunyai laju pertumbuhan luas panen lebih besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan total di Kabupaten Tulang Bawang.
Laju pertumbuhan luas panen jagung dan kelapa sawit di Kecamatan Rawa Pitu mempunyai tingkat competitiveness lebih rendah dibandingkan dengan
komoditas padi dan karet. Oleh karena itu pengembangan sektor tersebut di Kecamatan Rawa Pitu akan tidak menguntungkan. Tingkat pertumbuhan luas
panen kelapa sawit 0,088 lebih kecil dibandingkan tingkat pertumbuhan sektor pertanian secara umum di Kabupaten Tulang Bawang. Sebaliknya komoditas padi
dan karet mempunyai keunggulan kompetitif yang relatif besar dalam arti preferensi
usahatani yang ditunjukkan oleh pertumbuhan luas panen di Kecamatan Rawa Pitu semakin meluas di kalangan petani.
5.1.2 Kesesuaian Lahan di Kecamatan Rawa Pitu
Jenis komoditas yang dianalisis adalah jagung, padi sawah, karet dan kelapa sawit. Pemilihan komoditas yang dievaluasi tersebut didasarkan pada fakta
di lapangan yang menunjukkan bahwa masyarakat di lokasi penelitian banyak mengusahakan komoditas tersebut. Selain itu, berdasarkan data monografi desa
tahun 2009, menunjukkan bahwa hanya terdapat data 4 komoditas ini yang memiliki kelengkapan data yang cukup, sehingga diputuskan komoditas yang
dianalisis adalah keempat komoditas yang disebutkan diawal paragraf ini. Rekapitulasi hasil analisis kesesuaian lahan di lokasi penelitian disajikan pada
Tabel 16 dan Gambar 13 sampai Gambar 15.
5.1.2.1. Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Jagung
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan untuk tanaman jagung, kelas kesesuaian lahan di lokasi penelitian adalah S3 sesuai marginal, dan N tidak
sesuai. Lahan yang memiliki kelas kesesuaian lahan S3 sesuai marginal berada di bagian tengah lokasi penelitian. Lokasi yang memiliki kelas kesesuaian lahan N
tidak sesuai terdapat di sepanjang sungai Pidada dan Tulang Bawang. Faktor pembatas lahan yang dominan adalah retensi hara nr. Hal ini disebabkan karena
tanah di lokasi penelitian umumnya memiliki pH 5, dengan sifat kimia tanah yang relatif buruk, sehingga kondisi ini kurang sesuai untuk pertumbuhan
tanaman jagung. Sesuai kriteria dari PPT 2003 dan Widiatmaka et al. 2007, pertumbuhan jagung akan baik pada kondisi tanah dengan pH 5,8-7,8. Perbaikan
atau tindakan yang harus dilakukan terhadap lahan yang memiliki pembatas retensi hara ini diantaranya adalah dengan melakukan pengapuran dan
penambahan bahan organik untuk memperbaiki struktur tanah. Peta kesesuaian
lahan untuk tanaman jagung di lokasi penelitian disajikan pada Gambar 13. Tabel 16. Tingkat Kesesuaian Lahan di Lokasi Penelitian
No Nama Tanah Jagung Singkong
Padi Sawah
Kelapa sawit
Karet Luas ha
1 Assosiasi
Kanhapludults, Dystropepts, Tropaquepts
S3-nr S3-nr S3-nr S2-nr S2-nr 315,93
2 Assosiasi
Humaquepts, Sulfihemists
N-nr N-nr S3-rc S3-nr S3-nr
1.207,43 3
Assosiasi Tropaquepts,
Hydraquents, Tropohemists, Sulfaquents
N-oa S3-nrrc S3-nrrc
N-oa N-oa 2.517,20
4 Assosiasi
Hydraquents, Fluvaquents, Tropohemists,
Sulfaquents S3-nrrc S3-nrrc
S3-nrrc S3-nrrc S3-nrrc
1.609,27 5
Assosiasi Hydraquents,
Sulfihemists, Sulfaquents, Tropaquents
S3-nroa S3-nrrc S3-nr S3-nroa
S3-nroa 2.049,48
6 Assosiasi
Hydraquents, Tropohemists, Sulfaquents
S3-rc S3-rc S3-rc S3-rc S3-rc
1.798,12 7
Assosiasi Hydraquents,
Tropaquents, Tropohemists, Sulfaquents
S3-nr S3-nr S3-nr S2-nroa S2-nroa
11.213,19 Jumlah 20.710,62
Keterangan : S1 = sesuai, S2 = cukup sesuai, S3 = sesuai marginal, N = tidak sesuai; rc = media perakaran, tc = temperatur,
wa = ketersediaan air, eh = bahaya erosi, oh =ketersediaan oksigen
5.1.2.2. Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Padi Sawah
Berdasarkan hasil analisis kelas kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah menunjukkan bahwa kelas kesesuaian lahan di lokasi penelitian seluruhnya
adalah S3 sesuai marginal. Sementara itu, faktor pembatas lahan yang dominan adalah retensi hara nr dan media perakaran rc. Dari hasil analisis tanah yang
dilakukan, diperoleh data bahwa di beberapa tempat, tanah-tanahnya memiliki pH tanah berkisar dari 3 sampai 5. Peta kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah
di seluruh lokasi penelitian disajikan pada Gambar 14.
5.1.2.3. Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Karet dan Kelapa Sawit
Selain untuk tanaman semusim, evaluasi kesesuaian lahan juga dilakukan untuk tanaman tahunan, yaitu tanaman karet dan kelapa sawit. Kedua komoditas
ini memiliki hasil kelas kesesuaian lahan yang sama. Hal ini disebabkan karena kedua komoditas ini memiliki karakteristik tumbuh tanaman yang membutuhkan
persyaratan tumbuh tanaman yang hampir sama. Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman karet dan kelapa sawit di lokasi penelitian cukup bervariasi, mulai dari
kelas kesesuaian lahan S2 cukup sesuai, S3 sesuai marginal sampai N tidak sesuai. Karakteristik lahan yang menjadi faktor pembatas adalah ketersediaan
oksigen oa, retensi hara nr dan media perakaran rc. Lahan-lahan dengan kelas kesesuaian lahan S2 cukup sesuai untuk budidaya tanaman karet dan kelapa
sawit berada memanjang dari sebelah timur ke selatan lokasi penelitian. Lahan- lahan dengan kelas kesesuaian lahan S3 sesuai marginal berada di bagian
tengah. Lahan-lahan dengan kelas kesesuaian lahan N tidak sesuai berada di bagian timur-utara lokasi penelitian. Peta kesesuaian lahan untuk tanaman karet
dan kelapa sawit di lokasi penelitian disajikan pada Gambar 15
Gambar 13. Peta Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Jagung 5.1.2.4.
. Analisis Ekonomi Berdasarkan Kesesuaian Lahan
Analisis ekonomi atau disebut analisis kuantitatif lahan yang dilakukan pada penelitian ini adalah untuk tanaman potensial untuk dijadikan komoditas
unggulan desa. Tanaman yang dianalisis tersebut dibagi menjadi 2 dua, yaitu: tanaman semusim padi dan jagung dan tanaman tahunan kelapa sawit dan
karet. Untuk tanaman semusim dihitung nilai Gross Margin GM dan ratio BC. Pada tanaman tahunan kelapa sawit dan karet dilakukan penilaian ekonomi yang
lebih lengkap, yaitu menghitung nilai Gross Margin GM, ratio BC, Internal Rate of Return IRR
, dan Net Present Value NPV.
Gambar 14. Peta Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Padi Sawah
Berdasarkan analisis ekonomi, diketahui bahwa berdasarkan kesesuaian lahannya nilai Gross Margin GM terbesar adalah kelapa sawit pada lahan S2,
yaitu Rp. 7.288.733,33,-hatahun dan selanjutnya adalah karet pada lahan S2 Rp. 6.751.000,00hatahun.
Selanjutnya parameter ekonomi lainnya yang dilakukan perhitungan adalah nilai Ratio BC. Nilai Ratio BC semakin besar, maka kelayakan komoditas
tersebut diusahakan di lokasi penelitian semakin tinggi. Ratio BC terbesar adalah 3,42 pada komoditas kelapa sawit pada kelas kesesuaian S2. Nilai ratio BC
sebesar 3,42 berarti bahwa setiap penanaman modal satu satuan akan memperoleh penerimaan sebesar 3,42 kali dari modal awal.