Development Analysis on Gillnet Fisheries in Karangantu Waters, Serang District - Banten Province

(1)

1

ANALISIS PENGEMBANGAN PERIKANAN

GILLNET

DI PERAIRAN PANTAI KARANGANTU

KABUPATEN SERANG - PROVINSI BANTEN

M O H A M A D

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

D an tiada (antara) dua laut, yang lain tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit. D an dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya, dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal berlayar membelah laut supaya kamu dapat mencari karuniaN ya (keuntungan) dan supaya kamu dapat bersyukur

“.

(Q. S. Fathir [35] : 12).

Karya tulisan ini kupersembahkan untuk orang-orang yang kucintai dan yang mencintaiku. Semoga bermanfaat.


(3)

3 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul :

“ANALISIS PENGEMBANGAN PERIKANAN GILLNET DI PERAIRAN PANTAI KARANGANTU, KABUPATEN SERANG - PROVINSI BANTEN”

merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya sendiri, dengan pembimbingan para Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi manapun.

Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, September 2006

Mohamad C 55 10 40 274


(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Malang, Jawa Timur pada tanggal 08 Juni 1968, sebagai anak kedua dari sembilan bersaudara dari pasangan Alwi Hamid dan Su’ud Husein. Pendidikan dasar hingga sekolah menengah atas ditempuh di daerah kelahiran. Gelar Sarjana Teknologi Pertanian diraih pada tahun 1991 di Jurusan Keteknikan Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian IPB.

Seusai menempuh pendidikan S-1 penulis bekerja di PT. Limaheksa Perkasa, Jakarta hingga tahun 1996. Setelah itu penulis bekerja di PT. Abawaen Pwerkasa, Jakarta hingga tahun 2002. Pada tahun akhir 2002 penulis bekerja di PT. Trabaut Indonesia, Jakarta dan selanjutnya pada tahun 2005 penulis berwiraswasta di bidang agribisnis hingga saat ini. Tahun 2004 penulis diterima sebagai mahasiswa Sekolah Pascasarjana (SPs-IPB) pada Program Studi Teknologi Kelautan (TKL), Sub Program Studi Perencanaan dan Pembangunan Kelautan dan Perikanan (PPKP) dengan biaya sendiri.

Penulis dinyatakan lulus dalam sidang ujian tesis yang diselenggarakan oleh Sekolah Pascasarjana IPB pada tanggal 30 September 2006 dengan judul tesis “Analisis Pengembangan Perikanan Gillnet di Perairan Pantai Karangantu, Kabupaten Serang-Provinsi Banten”.


(5)

5

ANALISIS PENGEMBANGAN PERIKANAN

GILLNET

DI PERAIRAN PANTAI KARANGANTU

KABUPATEN SERANG - PROVINSI BANTEN

M O H A M A D

TESIS

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(6)

MOHAMAD. 2006. Development Analysis on Gillnet Fisheries in Karangantu Waters, Serang District - Banten Province. Under Supervision : Mulyono S.

Baskoro and Daniel R. Monintja.

ABSTRACT

Research on gillnet fisheries in Karangantu waters of Serang District has been conducted from November 2005 to April 2006. This research was aimed to : 1) Identifying factors influencing the gillnet productivity, 2) Analysing economic performance of the gillnet fisheries and 3) Formulating alternative policies on gillnet fisheries development in the area. Data collecting was carried out trought purposive sampling of respondents, interviewing by using prepared questionnares, with using descriptive and survey method. Cobb-Douglas ( Soekartawi, 1999) method was used

to determine the factors influencing the gillnet productivity. SWOT analysis ( Mulyono, 1996) and Analytical Hierarchy Process, AHP ( Saaty, 1993) were used

for the formulation of the policies.

Result of the research shows that from seven independent factors, the net size was indicated to be the most factors influencing the gillnet fisheries productivity. The production model of Cobb-Douglas was Y=0,31-0,041X1+0,78X2+0173X3-0,0453+0,057X5+0,83X6-0,472X7 with its accuracy data 95% and determinant factor 83,3%. Gillnet fisheries in Karangantu is most dominantly used and show profitable performance (BEP Rp.10.915.000,-/year at the production volume of 4.461 kg/year, net B/C value 1,54, NPV Rp. 54.738.293,- and IRR 74,49%). The earnings of gillnet fishers is above Serang District regional minimum wage rate (2005). The following development strategies were recommended: 1) Controlling the number of fishing gear and fishing effort, 2) Arrangement and controlling the fishing ground (DPI) based on fishing gear and increasing the security assurance, 3) Skill improvement for the gillnet fishers, providing capital investment and marketing, 4) Increasing the size of fishing boat and gillnet size, accurate and timely statistic data are desperately needed. Key Words : Fisheries Development, Production Factors, Gillnet Fisheries


(7)

7 MOHAMAD. 2006. Analisis Pengembangan Perikanan Gillnet di Perairan Pantai Karangantu Kabupaten Serang – Provinsi Banten. Dibimbing oleh :

Mulyono S. Baskoro dan Daniel R. Monintja.

ABSTRAK

Penelitian tentang perikanan gillnet di Perairan Karangantu, Kabupaten Serang-Provinsi Banten telah dilakukan pada Bulan November 2005 hingga Bulan April 2006. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Menentukan faktor-faktor yang nempengaruhi pengembangan perikanan gillnet di lokasi penelitian, 2) Menganalisis kinerja ekonomi perikanan gillnet saat ini dan 3) Merumuskan alternatif kebijakan pengembangan perikanan gillnet selanjutnya. Pengumpulan data dilakukan secara purposive sampling dengan pengisian kuesioner dan wawancara, dengan menggunakan metode deskriptif dan survei. Jenis data yang digunakan terdiri dari dari data primer dan sekunder. Penentuan faktor produksi gillnet yang berpengaruh dianalisis dengan menggunakan metode Cobb-Douglas (Soekartawi, 1999), sedangkan untuk perumusan kebijakan digunakan analisis SWOT (Mulyono, 1996) dan Analytical Hierarchy Process , AHP (Saaty, 1993).

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari tujuh faktor yang mempengaruhi produksi perikanan gillnet, yang paling berpengaruh adalah ukuran luas jaring dengan model Cobb-Douglas : Y = 0.31-0.041X1+0.783X2+0.0173X3- 0.453X4+0.057X5+0.83X6-0.472X7. Perikanan gillnet di Perairan Karangantu termasuk usaha perikanan tangkap yang dominan digunakan dan menguntungkan (selisih diatas BEP sebesar Rp.4.244.500,-/tahun dan volume produksinya diatas 1.164 kg/tahun), nilai net B/C adalah 1.54, NPV dan IRR masing- masing Rp.54.736.293,- dan 74.49%. Tingkat pendapatannya nelayan gillnet melebihi tingkat upah minimum regional Kabupaten Serang (2005). Direkomendasikan strategi pengembangan perikanan gillnet di lokasi penelitian sebagai berikut : 1) Pengendalian dan pembatasan jumlah unit alat tangkap dan upaya penangkapannya (effort), 2) Pembagian dan pengawasan daerah penangkapan ikan (DPI) sesuai dengan jenis alat tangkap yang digunakan dan peningkatan faktor keamanan, 3) Peningkatan keterampilan nelayan gillnet, permodalan dan pemasaran serta 4) Peningkatan ukuran kapal dan alat tangkap gillnet. Pengadaan data statistik yang akurat dan tepat waktu sangat diperlukan.


(8)

ANALISIS PENGEMBANGAN PERIKANAN

GILLNET

DI PERAIRAN PANTAI KARANGANTU

KABUPATEN SERANG - PROVINSI BANTEN

M O H A M A D

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(9)

9 @ Hak Cipta Milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2006

Hak Cipta Dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruh dalam bentuk apapun, baik cetak, fotocopi, mikro film


(10)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Analisis Pengembangan Perikanan Gillnet di Perairan Pantai Karangantu, Kabupaten Serang - Provinsi Banten.

Nama Mahasiswa : Mohamad Nomor Pokok : C551040274 Program Studi : Teknologi Kelautan

Disetujui, Komisi Pembimbing :

Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M. Sc. Prof. Dr. Ir. Daniel R. Monintja Ketua Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana, Teknologi Kelautan,

Prof. Dr. Ir. John Haluan, M. Sc. Prof. Dr. Ir. Khairil A, Notodiputro, MS .


(11)

1

ANALISIS PENGEMBANGAN PERIKANAN

GILLNET

DI PERAIRAN PANTAI KARANGANTU

KABUPATEN SERANG - PROVINSI BANTEN

M O H A M A D

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

D an tiada (antara) dua laut, yang lain tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit. D an dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya, dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal berlayar membelah laut supaya kamu dapat mencari karuniaN ya (keuntungan) dan supaya kamu dapat bersyukur

“.

(Q. S. Fathir [35] : 12).

Karya tulisan ini kupersembahkan untuk orang-orang yang kucintai dan yang mencintaiku. Semoga bermanfaat.


(13)

3 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul :

“ANALISIS PENGEMBANGAN PERIKANAN GILLNET DI PERAIRAN PANTAI KARANGANTU, KABUPATEN SERANG - PROVINSI BANTEN”

merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya sendiri, dengan pembimbingan para Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi manapun.

Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, September 2006

Mohamad C 55 10 40 274


(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Malang, Jawa Timur pada tanggal 08 Juni 1968, sebagai anak kedua dari sembilan bersaudara dari pasangan Alwi Hamid dan Su’ud Husein. Pendidikan dasar hingga sekolah menengah atas ditempuh di daerah kelahiran. Gelar Sarjana Teknologi Pertanian diraih pada tahun 1991 di Jurusan Keteknikan Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian IPB.

Seusai menempuh pendidikan S-1 penulis bekerja di PT. Limaheksa Perkasa, Jakarta hingga tahun 1996. Setelah itu penulis bekerja di PT. Abawaen Pwerkasa, Jakarta hingga tahun 2002. Pada tahun akhir 2002 penulis bekerja di PT. Trabaut Indonesia, Jakarta dan selanjutnya pada tahun 2005 penulis berwiraswasta di bidang agribisnis hingga saat ini. Tahun 2004 penulis diterima sebagai mahasiswa Sekolah Pascasarjana (SPs-IPB) pada Program Studi Teknologi Kelautan (TKL), Sub Program Studi Perencanaan dan Pembangunan Kelautan dan Perikanan (PPKP) dengan biaya sendiri.

Penulis dinyatakan lulus dalam sidang ujian tesis yang diselenggarakan oleh Sekolah Pascasarjana IPB pada tanggal 30 September 2006 dengan judul tesis “Analisis Pengembangan Perikanan Gillnet di Perairan Pantai Karangantu, Kabupaten Serang-Provinsi Banten”.


(15)

5

ANALISIS PENGEMBANGAN PERIKANAN

GILLNET

DI PERAIRAN PANTAI KARANGANTU

KABUPATEN SERANG - PROVINSI BANTEN

M O H A M A D

TESIS

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(16)

MOHAMAD. 2006. Development Analysis on Gillnet Fisheries in Karangantu Waters, Serang District - Banten Province. Under Supervision : Mulyono S.

Baskoro and Daniel R. Monintja.

ABSTRACT

Research on gillnet fisheries in Karangantu waters of Serang District has been conducted from November 2005 to April 2006. This research was aimed to : 1) Identifying factors influencing the gillnet productivity, 2) Analysing economic performance of the gillnet fisheries and 3) Formulating alternative policies on gillnet fisheries development in the area. Data collecting was carried out trought purposive sampling of respondents, interviewing by using prepared questionnares, with using descriptive and survey method. Cobb-Douglas ( Soekartawi, 1999) method was used

to determine the factors influencing the gillnet productivity. SWOT analysis ( Mulyono, 1996) and Analytical Hierarchy Process, AHP ( Saaty, 1993) were used

for the formulation of the policies.

Result of the research shows that from seven independent factors, the net size was indicated to be the most factors influencing the gillnet fisheries productivity. The production model of Cobb-Douglas was Y=0,31-0,041X1+0,78X2+0173X3-0,0453+0,057X5+0,83X6-0,472X7 with its accuracy data 95% and determinant factor 83,3%. Gillnet fisheries in Karangantu is most dominantly used and show profitable performance (BEP Rp.10.915.000,-/year at the production volume of 4.461 kg/year, net B/C value 1,54, NPV Rp. 54.738.293,- and IRR 74,49%). The earnings of gillnet fishers is above Serang District regional minimum wage rate (2005). The following development strategies were recommended: 1) Controlling the number of fishing gear and fishing effort, 2) Arrangement and controlling the fishing ground (DPI) based on fishing gear and increasing the security assurance, 3) Skill improvement for the gillnet fishers, providing capital investment and marketing, 4) Increasing the size of fishing boat and gillnet size, accurate and timely statistic data are desperately needed. Key Words : Fisheries Development, Production Factors, Gillnet Fisheries


(17)

7 MOHAMAD. 2006. Analisis Pengembangan Perikanan Gillnet di Perairan Pantai Karangantu Kabupaten Serang – Provinsi Banten. Dibimbing oleh :

Mulyono S. Baskoro dan Daniel R. Monintja.

ABSTRAK

Penelitian tentang perikanan gillnet di Perairan Karangantu, Kabupaten Serang-Provinsi Banten telah dilakukan pada Bulan November 2005 hingga Bulan April 2006. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Menentukan faktor-faktor yang nempengaruhi pengembangan perikanan gillnet di lokasi penelitian, 2) Menganalisis kinerja ekonomi perikanan gillnet saat ini dan 3) Merumuskan alternatif kebijakan pengembangan perikanan gillnet selanjutnya. Pengumpulan data dilakukan secara purposive sampling dengan pengisian kuesioner dan wawancara, dengan menggunakan metode deskriptif dan survei. Jenis data yang digunakan terdiri dari dari data primer dan sekunder. Penentuan faktor produksi gillnet yang berpengaruh dianalisis dengan menggunakan metode Cobb-Douglas (Soekartawi, 1999), sedangkan untuk perumusan kebijakan digunakan analisis SWOT (Mulyono, 1996) dan Analytical Hierarchy Process , AHP (Saaty, 1993).

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari tujuh faktor yang mempengaruhi produksi perikanan gillnet, yang paling berpengaruh adalah ukuran luas jaring dengan model Cobb-Douglas : Y = 0.31-0.041X1+0.783X2+0.0173X3- 0.453X4+0.057X5+0.83X6-0.472X7. Perikanan gillnet di Perairan Karangantu termasuk usaha perikanan tangkap yang dominan digunakan dan menguntungkan (selisih diatas BEP sebesar Rp.4.244.500,-/tahun dan volume produksinya diatas 1.164 kg/tahun), nilai net B/C adalah 1.54, NPV dan IRR masing- masing Rp.54.736.293,- dan 74.49%. Tingkat pendapatannya nelayan gillnet melebihi tingkat upah minimum regional Kabupaten Serang (2005). Direkomendasikan strategi pengembangan perikanan gillnet di lokasi penelitian sebagai berikut : 1) Pengendalian dan pembatasan jumlah unit alat tangkap dan upaya penangkapannya (effort), 2) Pembagian dan pengawasan daerah penangkapan ikan (DPI) sesuai dengan jenis alat tangkap yang digunakan dan peningkatan faktor keamanan, 3) Peningkatan keterampilan nelayan gillnet, permodalan dan pemasaran serta 4) Peningkatan ukuran kapal dan alat tangkap gillnet. Pengadaan data statistik yang akurat dan tepat waktu sangat diperlukan.


(18)

ANALISIS PENGEMBANGAN PERIKANAN

GILLNET

DI PERAIRAN PANTAI KARANGANTU

KABUPATEN SERANG - PROVINSI BANTEN

M O H A M A D

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(19)

9 @ Hak Cipta Milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2006

Hak Cipta Dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruh dalam bentuk apapun, baik cetak, fotocopi, mikro film


(20)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Analisis Pengembangan Perikanan Gillnet di Perairan Pantai Karangantu, Kabupaten Serang - Provinsi Banten.

Nama Mahasiswa : Mohamad Nomor Pokok : C551040274 Program Studi : Teknologi Kelautan

Disetujui, Komisi Pembimbing :

Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M. Sc. Prof. Dr. Ir. Daniel R. Monintja Ketua Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana, Teknologi Kelautan,

Prof. Dr. Ir. John Haluan, M. Sc. Prof. Dr. Ir. Khairil A, Notodiputro, MS .


(21)

11 PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga usulan rencana penelitian ini dapat diseleseikan dengan baik dan tepat waktu.

Laporan hasil penelitian (tesis) ini merupakan tugas yang disyaratkan untuk mendapatkan gelar Magister Sains (M.Si) yang berjudul “Analisis Pengembangan Perikanan Gillnet di Perairan Karangantu, Kabupaten Serang - Provinsi Banten”. Penulis mengucapkan terima kasih kepada komisi pembimbing yaitu Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, MSc. (ketua) dan Prof. Dr. Ir. Daniel R. Monintja (anggota). Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. John Haluan MSc. selaku Ketua Program Studi, Dr. Sulaeman Martasuganda, MSc. Selaku dosen penguji, dosen-dosen dan rekan-rekan mahasiswa Program Studi Teknologi Kelautan (TKL) SPs IPB serta semua pihak atas bantuan moril dan materil sehingga tesis ini dapat dirampungkan.

Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk perbaikan dan penyempurnaan tesis ini selanjutnya. Semoga bermanfaat dan berhasil. Terima kasih.

Bogor, September 2006

Penulis


(22)

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN... i PRAKATA... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vi 1 PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masala h... 3 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian... 4 1.4 Ruang Lingkup Penelitian... 4 1.5 Kerangka Pemikiran ... 5 1.6 Hipotesis ... 5

2 TINJAUAN PUSTAKA... 6 2.1 Kondisi Perairan dan Perikanan di Tempat Penelitian... 6 2.2 Potensi Sumberdaya Perikanan (SdP) dan Tingkat Pemanfaatan... 6 2.3 Daerah Penangkapan Ikan (DPI)... 7 2.4 Intensitas dan Musim Penangkapan Ikan... 8 2.5 Perikanan Gillnet... 8 2.5.1 Kapal perikanan... 9 2.5.2 Nelayan... 9 2.5.3 Alat tangkap dan selektivitas gillnet ... 10 2.6 Fungsi Produksi Cobb-Douglas... 13 2.7 Penanganan dan Pengolahan... 16 2.8 Pemasaran... 17 2.9 Ekonomi dan Finansial... 17 2.10 Komponen Penunjang Perikanan Gillnet... 18 2.11 Pengembangan Perikanan Gillnet ... 18 2.12 Metode SWOT (Strengths Weaknesses Opportunities Threats)... 19 2.13 Analytical Hierachy Process (AHP)...23 3 METODOLOGI... 25 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian... 25 3.2 Metode Penelitian... 25 3.3 Jenis dan Sumber Data... 25 3.4 Metode Analisis Data... 26 3.4.1 Analisis perikanan gillnet ... 27 3.4.2 Analisis fungsi produksi Cobb-Douglas... 27 3.4.3 Analisis produktivitas gillnet...30 3.4.4 Analisis penanganan dan pengolahan...30


(23)

13 Halaman 3.4.5 Analisis pemasaran... 30 3.4.6 Analisis ekonomi dan finansial... 30 3.4.7 Analisis komponen penunjang perikanan gillnet... 31 3.4.8 Analisis kebijakan dan kelembagaan (pengembangan)... 31

4 HASIL DAN PEMBAHASAN... 33 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian... 33 4.1.1 Kondisi geofisik, wilayah dan kependudukan... 33 4.1.2 Kondisi dan potensi ekonomi... 33 4.1.3 Kondisi sarana dan prasarana... ... 34 4.2 Keadaan Umum Perairan dan Perikanan Tangkap Daerah Penelitian... 35 4.3 Potensi Sumberdaya Perikanan (SdP) dan Tingkat Pemanfaatan... 36 4.4 Daerah Penangkapan Ikan (DPI)... 37 4.5 Intensitas dan Musim Penangkapan... 38 4.6 Perikanan Gillnet... 38 4.6.1 Kapal/perahu perikanan... 38 4.6.2 Alat tangkap gillnet... 39 4.6.3 Nelayan... 45 4.6.4 Volume dan nilai produksi hasil tangkapan... 46 4.7 Analisis Fungsi Produksi Cobb-Douglas... 47 4.8 Analisis Perikanan Gillnet.... 48 4.9 Analisis Produktivitas gillnet... 55 4.10 Analisis Penanganan dan Pengolahan... 57 4.11 Analisis Ekonomi dan Finansial... 58 4.12 Analisis Pemasaran... 61 4.12.1 Langgan dan sistem bagi hasil... 63 4.12.2 Bakul dan pemasaran hasil tangkapan... 63 4.13 Analisis Komponen Penunjang Perikanan Gillnet... 64 4.13.1 Tempat pelelangan ikan (TPI)... 64 4.13.2 Perusahaan perikanan... 66 4.13.3 Lembaga keuangan... 66 4.13.4 Koperasi unit desa (KUD)... 67 4.13.5 Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Serang... 67 4.13.6 Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serang... 69 4.13.7 Kebijakan perikanan tangkap Kabupaten Serang... 70 4.13.8 Masalah komponen penunjang perikanan gillnet... 71 4.14 Analisis Kebijakan dan Kelembagaan... 74 4.15 Analisis Kebijakan Pengembangan Perikanan Gillnet... 75 5 KESIMPULAN DAN SARAN... 82 5.1 Kesimpulan... 82 5.2 Saran... 84 DAFTAR PUSTAKA... 85 LAMPIRAN... 87


(24)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Diagram matriks SWOT dan kemungkinan strategi yang sesuai... 22 2. Rekapitulasi data yang dicantumkan dalam penelitian... 29

3. Jumlah armada penangkapan ikan gillnet di Perairan Karangantu Serang,

Tahun 1999-2004... 39 4. Jumlah nelayan dan alat tangkap gillnet Karangantu, Tahun1999-2004... 40 5. Jenis-jenis nama jaring gillnet (data terbanyak) yang digunakan

di Karangantu ... 41 6. Perincian jumlah nelayan di Karangantu Serang, Tahun 1999-2004... 45 7. Volume dan nilai produksi hasil tangkapan gillnet di

Karangantu, Tahun 1999-2004... 46 8. Hasil tangkapan per unit upaya penangkapan gillnet di PPP Karangantu,

Tahun 2000-2005... 54 9. Jumlah trip menurut jumlah dan jenis armada penangkapan

di PPP Karangantu, Tahun 2000-2004... 56

10.Volume produksi dan jenis olahan perikanan gillnet di Pelabuhan

Perikanan Pantai Karangantu, Tahun 2000-2004... 56 11.Jenis ikan yang dominan tertangkap dengan alat tangkap gillnet,

di Perairan Karangantu... 56 12.Daftar peraturan perikanan yang dikeluarkan Pemerintah Daerah

Kabupaten Serang diera otonomi daerah... 68 13. Komponen perikanan gillnet Kabupaten Serang... 73


(25)

15 DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Kerangka pemikiran... 5

2. Posisi perikanan gillnet pada berbagai kondisi... 20 3. Skema analisis pengembangan perikanan gillnet dengan metode AHP... 32 4. Gillnet multifillament yang digunakan di Karangantu... 44 5. Gillnet monofillament yang digunakan di Karangantu... 44 6. Perkembangan unit perikanan gillnet di Karangantu... 49 7. Kecenderungan perkembangan unit perikanan gillnet

di Karangantu dan persamaan regresinya... 49 8. Perkembangan produksi hasil tangkapan, harga dan nilai produksi

Hasil Tangkapan Perikanan Gillnet di Karangantu... 50 9. Kecenderungan perkembangan produksi hasil hangkapan,

harga dan Nilai Produksi Hasil Tangkapan Perikanan Gillnet

di Karangantu dan Persamaan Regresinya……….. 51 10. Perkembangan jumlah upaya tangkapan (effort),

produktivitas (CPUE) dan nilai produtivitas (CPUE)

perikanan gillnet Karangantu... 52 11. Kecenderungan perkembangan jumlah upaya

tangkapan (effort), produktivitas (CPUE) dan nilai produtivitas (CPUE) perikanan gillnet

di Karangantu dan persamaan regresinya………... 52 12. Hubungan antara produktivitas (CPUE) dengan upaya

tangkapannya (effort) perikanan gillnet di Karangantu... 54 13. Hubungan antara hasil tangkapan (produksi/ catch)

dengan upaya tangkapannya (effort) perikanan gillnet di Karangantu... 54 14. Skema pemasaran hasil tangkapan di Karangantu... 62 15. Diagram alir pengembangan perikanan gillnet di Perairan Karangantu... 76


(26)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1. Peta daerah Kabupaten Serang, Provinsi Banten... 87 2. Peta daerah penangkapan ikan (DPI) Karangantu, Serang... 88 3. Dokumentasi kapal/perahu perikanan Karangantu... 89 4. Dokumentasi alat tangkap gillnet Karangantu... 89 5. Dokumentasi Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Karangantu...90 6. Dokumentasi Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Karangantu... 90 7. Hasil pengolahan data (statistik dengan minitab)... 91 8. Perhitungan analisis ekonomi dan finansial... 93 9. Analisis pengembangan kebijakan dengan metode SWOT.... 96 10. Argumen nilai skala banding berpasangan antar saran-

saran implikasi pengembangan perikanan gillnet

di Perairan Karangantu... 97 11. Perhitungan penentuan bobot pada penilaian

perbandingan berpasangan... 99 12. Prioritas kebijakan pengembangan perikanan gillnet di Karangantu... 101


(27)

17 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia terdiri dari 17.000 pulau dengan panjang pantai sekitar 81.000 km, yang berarti Indonesia mempunyai daerah continental shelf yang luas sehingga mempunyai peluang yang besar untuk menggali dan mengembangkan sumberdaya perikanan laut terutama perikanan pantai. Besar potensi sumberdaya ikan di perairan Indonesia diperkirakan 6,4 juta ton/tahun (Dahuri, 2002).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan menyatakan bahwa dalam pengelolaan sumberdaya ikan, pemerintah menetapkan ketentuan-ketentuan mengenai jumlah dan jenis ikan yang boleh ditangkap, oleh karena itu setiap wilayah perairan yang dimanfaatkan untuk usaha penangkapan ikan perlu diketahui jumlah potensi dan tingkat pemanfaatannya, jumlah perikanan tangkapnya dan upaya-upaya penangkapannya (Dahuri, 2002).

Daerah penangkapan ikan (DPI) perikanan pantai Karangantu, Kabupaten Serang - Provinsi Banten adalah di daerah Perairan Teluk Banten. Teluk Banten terletak 90 km di sebelah barat Ibukota Jakarta dan memiliki panjang pantai sekitar 55,62 km. Kawasan pantainya meliputi di bagian barat sepanjang 16,62 km dialokasikan untuk kegiatan industri, sementara sisanya sepanjang 39 km dialokasikan untuk kegiatan perikanan (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serang, 2004). Teluk ini mempunyai ekosistem yang sangat penting yaitu hamparan padang lamun, terumbu karang serta adanya kawasan lindung untuk satwa burung di Pulau Dua. Teluk Banten dikelilingi oleh empat kecamatan yang berada di pesisir dengan batas-batasnya adalah Kecamatan Tirtayasa, sebelah barat adalah Kecamatan Bojonegara, sebelah barat daya adalah Kecamatan Kramatwatu dan sebelah selatan adala h Kecamatan Kasemen. Di Kecamatan Kasemen terdapat pelabuhan pantai bernama Pelabuhan Pantai Karangantu. Alat tangkap yang digunakan di Perairan Karangantu ini paling banyak adalah jaring insang (gillnet), payang, pancing (pancing ulur dan pancing panjang/rawai) dan bagan (tancap dan perahu). Diketahui bahwa alat tangkap gillnet adalah alat tangkap ikan yang selektif, efisien menguntungkan


(28)

dan berwawasan lingkungan (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serang, 2004).

Jaring insang (gillnet) adalah ala t tangkap ikan yang terbuat dari jaring satu lapis yang berbentuk persegi panjang, agar dapat terentang pada tepi atas lembaran jaring diberi pelampung, sedangkan ditepi bawah diberi pemberat. Ada beberapa

gillnet yaitu gillnet dasar, permukaan, hanyut dan gillnet lingkar. Di Perairan Karangantu gillnet yang banyak digunakan adalah jenis gillnet dasar.

Kabupaten Serang merupakan salah satu daerah yang terletak di Provinsi Banten yang memiliki potensi perikanan cukup besar. Berdasarkan data statistik Dinas Perikanan Kabupaten Serang tahun 1999, produksi perikanan Kabupaten Serang sebesar 22.143,6 ton yang berasal dari penangkapan di laut sebesar 9.469 ton, penangkapan di perairan umum sebesar 878,0 ton dan budidaya di tambak sebesar 11.151,8 ton, kola m sebesar 433,8 ton serta sawah sebesar 210,0 ton (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serang, 2004).

Perikanan pantai di Perairan Karangantu, Kabupaten Serang umumnya tergolong nelayan kecil, menggunakan kapal/perahu perikanan kecil, berinvestasi kecil serta berpendidikan rendah dan kebanyakan menggunakan alat tangkap gillnet

dan perkembangannya pada waktu yang lalu menunjukkan perkembangan yang cukup baik, selektif serta cukup menguntungkan (Dinas Perikanan dan Kalautan Kabupaten Serang, 2004).

Menurut Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serang (2004) umumnya permasalahan yang dihadapi oleh nelayan gillnet di Perairan Karangantu adalah upaya penangkapan yang besar, tetapi produksi hasil tangkapannya semakin menurun, kondisi dan jenis gillnet yang digunakan beragam serta daerah penangkapan ikan yang semakin terbatas dengan semakin bertambahnya alat tangkap yang digunakan.

Pengembangan perikanan dan kelautan saat ini menjadi andalan bagi Bangsa Indonesia untuk melakukan pemulihan ekonomi akibat krisis ekonomi sejak tahun 1997. Sesuai dengan desentralisasi sebagaimana tertuang dalam Undang- undang No. 22 tahun 1999 mengenai Otonomi Daerah. Maka pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan lebih banyak didelegasikan kepada Pemerintah daerah. Hal ini tentu


(29)

19 saja akan memberikan peluang yang lebih besar bagi daerah untuk mengelola dan memanfaatkan potensi kelautan yang dimiliki. Namun disisi lain juga menciptakan kemungkinan eksploitasi sumberdaya hanya untuk memacu pendapatan daerah tanpa memperhatikan aspek lain. Dengan demikaian Pemerintah Daerah Serang dihadapkan pada tantangan sekaligus peluang untuk memanfaatkan wilayahnya secara optimal dan berkelanjutan sehingga menjadikan daerah yang maju, makmur dan berkeadilan khususnya dibidang perikanan dan kelautannya.

Keberhasilan pengembangan perikanan tangkap tidak hanya ditentukan tiga sub-sistem utamanya, yakni : 1) Produksi, 2) Penanganan hasil dan pengolahan, serta 3) Pemasaran, tetapi juga oleh sub -sistem penunjangnya yang meliputi prasarana dan sarana, finansial (keuangan), sumberdaya manusia dan IPTEK, kebijakan serta hukum dan kelembagaan.

1.2 Perumusan Masalah

Adapun permasalahan-permasalahan yang dikemukakan disini mengacu kepada beberapa penelitian sebelumnya pada daerah Kabupaten Serang dan daerah lainnya dan juga berdasarkan kepada pengamatan awal di tempat penelitian.

Penelitian mengenai unit penangkapan gillnet dan prospek pengembangannya di Indramayu mendapatkan hasil bahwa dari 5 unit alat tangkap yang umum digunakan di daerah ini maka gillnet merupakan alat tangkap yang paling dominan digunakan dengan upaya penangkapan yang dilakukan nelayan gillnet saat ini yaitu sebesar 11.209,1 trip/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa dengan jumlah alat tangkap

gillnet yang ada masih dapat melakukan operasi penangkapan ikan. Berdasarkan hasil analisis kelayakan usaha, perikanan gillnet di Indramayu layak secara finansial untuk dikembangkan. Hal ini terlihat dari nilai NPV, net B/C dan IRR yang diperoleh semuanya memenuhi kriteria kelayakan, dengan NPV = 0, net B/C= 1 dan IRR = tingkat suku bunga (Novela, 2004).

Pada pengamatan awal permasalahan yang dihadapi nelayan gillnet di Perairan Pantai Karangantu, Kabupaten Serang-Provinsi Banten kaitannya dengan pengembangan perikanan gillnet adalah menurunnya sumberdaya perikanan akibat besarnya eksploitasi ikan di daerah ini, kondisi kapal, kinerja kru kapal, kondisi alat


(30)

tangkap gillnet (terdiri dari empat jenis gillnet: gillnet gilnet, gillnet silir, gillnet

rampus dan gillnet ciker, perbedaan tersebut terletak pada mesh perimeter dan ukuran luas jaring gillnet, ukuran mesin (PK), ukuran kapal (GT), jumlah ABK nelayan, jumlah biaya operasi per trip dan konsumsi BBM) daerah operasi penangkapan ikan, menurunnya produksi hasil tangkapan dan tidak berfungsinya KUD di daerah tersebut, serta pemasaran hasil produksi yang terbatas. Belum dimanfaatkannnya fasilitas tempat pelelengan ikan dan pelabuhan perikanan dan faktor keamanan di perairan yang belum memadai serta semakin terbatasnya daerah penangkapan ikan (DPI). Di Karangantu, Kabupaten Serang digunakan 4 (empat ) jenis jaring gillnet

yaitu gilnet, silir, rampus dan ciler. Perbedaan tersebut terketak pada ukuran luas dan mesh perimeter jaring, ukuran mesin dan besar kapal, jumlah konsumsi bahan bakar minyak (BBM) dalam hal perbedaannya terletak pada jarak daerah penangkapannya, jumlah nelayan (ABK), serta biaya per operasi /trip, perbedaan tersebut dapat berpengaruh pada jumlah produksinya (Suganda, 2003).

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :

(1) Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas perikanan gillnet

di Perairan Karangantu, Kabupaten Serang - Provinsi Banten.

(2) Menganalisis kinerja ekonomi perikanan gillnet di Perairan Pantai Karangantu, Kabupaten Serang – Provinsi Banten saat ini.

(3) Merumuskan alternatif kebijakan pengembangan perikanan gillnet di Perairan Pantai Karangantu, Kabupaten Serang – Provinsi Banten.

Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumber informasi dan bahan pertimbangan bagi Pemerintah Kabupaten Serang dalam merencanakan dan melaksanakan pengembangan perikanan gillnet, khususnya di Perairan Pantai Karangantu.

1.4Ruang Lingkup Penelitian

Ruang Lingkup dari penelitian ini meliputi analisis potensi dan produktivitas, analisis teknis, analisis ekonomi dan finansial, analisis tingkat pemanfaatan meliputi


(31)

21 unit penangkapan dan hasil tangkapan secara keseluruhan yang akan diterapkan dalam pengembangan perikanan gillnet di Perairan Pantai Karangantu, Kabupaten Serang – Provinsi Banten.

1.5Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini didasari pada potensi sumberdaya perikanan yang ada di perairan pantai Karangantu, Kabupaten Serang-Provinsi Banten diperlihatkan seperti pada Gambar 1, sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka pemikiran.

1.6Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah : Perikanan gillnet di Perairan Pantai Karangantu, Kabupaten Serang - Provinsi Banten masih dapat dikembangkan.

Kondisi Perikanan gillnet

Faktor-faktor yang berpengaruh pada produksi perikanan gillnet Permasalahan :

• Upaya penangkapan besar, produksi menurun

• Kondisi, jenis dan ukuran Kapal dan alat tangkap

gillnet serta jumlah ABK nelayan yang beragam • Daerah Penangkapan yang

semakin terbatas.

Faktor internal

Faktor eksternal

Metode SWOT dan AHP

• Unit Perikanan gillnet

• Produktivitas gillnet

• Penanganan dan Pengolahan • Ekonomi dan Finansial • Pemasaran

• Kebijakan dan Kelembagaan yang ada (Pengembangan). Faktor-faktor yang paling berpengaruh

pada produksi perikanan gillnet Fungsi produksi Cobb-Douglas

Analisis

Pertimbangan Kebijakan Pengembangan Perikanan gillnet


(32)

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Perairan dan Perikanan di Tempat Penelitian

Perairan Karangantu terletak di Pantai Utara Jawa Barat, cakupan wilayah dibatasi 5?49’45” LS sampai dengan 6?02’00” LS dan 106?03’20” BT sampai dengan 106?16’00”BT. Kedalaman perairan antara 2 sampai dengan 13 meter, tetapi dibagian mulut teluk dapat mencapai 20 meter. Dasar perairan pasir berlumpur terutama dibagian dekat pantai yang landai. Di perairan ini mengalir beberapa sungai yaitu Sungai Wadas, Domas, Soge, Kemayungan, Baros, Banten dan Sungai Pelabuhan, terutama sungai pelabuhan telah lama tersumbat yang menyebabkan pendangkalan semakin tinggi di bagian muaranya. Di peraiaran juga banyak ditemukan padang lamun yang tumbuh pada perairan yang dangkal dengan dasar berpasir (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serang, 2004).

Dalam Undang-Undang No. 31 tahun 2004 mengenai perikanan, definisi dari perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan, sedangkan yang dimaksud dengan usaha perikanan adalah semua usaha perorangan/badan hukum untuk menangkap atau membudidayakan ikan, termasuk kegiatan menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan ikan untuk tujuan komersial. Adapun penangkapan ikan adalah kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat/cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal atau memuat, menyimpan, mendinginkan, mengolah atau mengawetkan.

2.2 Potensi Sumberdaya Perikanan (SdP) dan Tingkat Pemanfaatan

Potensi sumberdaya ikan merupakan modal dasar pembangunan dan pengembangan perikanan dan kelautan. Potensi perikanan dan kelautan di Kabupaten Serang yaitu ikan pelagis kecil dan sedang antara lain teri, lemuru, tongkol, kembung, tembang, layang, selar, pepetek dan lain- lain, dengan potensi lestari sebesar 1319 ton per tahun dan tingkat pemanfaatannya yang tinggi dan pernah mencapai 124% pada tahun 1993 termasuk upaya tangkap lebih (over fishing). Upaya penangkapan dikatakan over fishing jika upaya tangkapannya menghasilkan tangkapan ikan melebihi potensi yang diperbolehkan. Potensi yang diperbolehkan adalah 80 % dari


(33)

23 potensi lestari, sedangkan potensi lestari adalah 50% dari potensi biomassa ikan yang ada pada suatu perairan (Dahuri, 2002).

Potensi sumberdaya perikanan dalam suatu wilayah perairan perlu diketahui untuk optimalisasi pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya. Jika sumberdaya yang dieksploitasi melebihi dari potensi lestarinya maka dikhawatirkan akan terjadi penurunan biomassa yang dapat mengakibatkan hilangnya sumberdaya tersebut. Setiap bentuk pamanfaatan yang bersifat eksploitatif terhadap sumberdaya hayati ikan akan mempengaruhi sistem keseimbangan dari suatu ekosistem. Pemanfaatan yang hanya menekankan pada kepentingan ekonomis saja dapat menyebabkan pergeseran keseimbangan dari tipe “K” (ekosistem yang aliran energi dan siklus materinya seimbang dan efisien) ke tipe “r” (ekosistem yang aliran energi dan siklus materinya seimbang dan boros), sehingga produktivitas dan daya dukungnya berkurang (Tuwo, 2001).

Penentuan potensi lestari (MSY) dan upaya optimum hanya dapat dilakukan jika parameter b pada persamaan Z = a + bX bernilai negatif, yang artinya penambahan effort akan menyebabkan penurunan produktivitas (CPUE). Jika diperoleh slope b bernilai positif maka tidak dapat ditentukan besarnya pendugaan stok maupun effort optimum, tetapi dapat disimpulkan bahwa jumlah effort masih dapat ditingkatkan untuk memperbesar produksi hasil tangkapan (Sparre and Venema, 1992).

2.3 Daerah Penangkapan Ikan (DPI)

Daerah penangkapan ikan (fishing ground) adalah suatu wilayah perairan yang merupakan tempat ikan biasa berkumpul dan tempat inilah nelayan menangkap ikan. Daerah penangkapan ikan dapat dikatakan menguntungkan jika sumberdaya perikanan yang ada didalamnya tersedia cukup tinggi, stoknya mudah tumbuh dan berkembang serta dapat diketahui musim dan daerah penyebaran/pergerakannya. Pengetahuan tentang lokasi sumberdaya ikan memegang peranan yang penting dalam menangkap ikan dan hendaknya memiliki kekhususan dan keistimewaan tersendiri yang memungkinkan berbagai kemudahan bagi pengoperasian alat tangkap, kemudahan bagi para nelayan untuk bekerja serta kemudahan lainnya, dengan


(34)

mengetahui daerah penangkapan ikan maka nelayan tidak pergi mencari ikan (berburu) dengan tidak pasti tapi mengambil ikan (Gunarso, 1996 yang diacu dalam Sasmita, 1997). Nelayan di tempat penelitian dalam penentuan daerah penangkapan ikan biasanya hanya mengandalkan pengetahuan tradisional (sederhana) dan berpedoman pada faktor- faktor alam secara turun-menurun, yaitu seperti adanya burung-burung yang terbang diatas perairan atau riak di air yang menandakan adanya ikan di kolom perairan laut serta tingkah laku ikan yang sudah diketahui yaitu dimana ikan memijah dan dimana ikan biasa berkelompok mencari makan, untuk ikan- ikan pelagis kecil dan sedang banyak terdapat di Selat Sunda dan di sekitar bagian luar Teluk Banten.

2.4 Intensitas dan Musim Penangkapan Ikan

Intensitas penangkapan ikan oleh nelayan sangat dipengaruhi oleh keadaan musim angin. Pada saat bertiup angin barat (musim barat), angin dan gelombang belum begitu besar sehingga masih ada nelayan yang melaut. Hal ini

terjadi pada bulan September hingga Desember. Sedangkan pada saat angin bertiup dari arah timur (musim timur) yang terjadi pada bulan April sampai

Agustus, hasil tangkapan oleh nelayan meningkat. Musim timur ini oleh nelayan setempat biasa disebut sebagai musim ikan. Angin Utara terjadi antara

bulan Januari hingga bulan Maret dan dikenal dengan musim utara. Nelayan setempat biasa menyebut musim utara ini dengan musim paceklik karena hasil

tangkapan rata-rata sedikit bahkan tidak jarang pulang dengan tanpa membawa hasil tangkapan serta pada musim ini disertai angin dan gelombang

tinggi yang dapat membahayakan nelayan. Waktu penangkapan ikan dilakukan setiap hari dan sepanjang waktu dari pagi hingga malam hari, kecuali Hari Jum’at dilakukan hanya dimalam hari (Syamsuddin, 1995).

2.5 Perikanan Gillnet

Kegiatan perikanan gillnet di Perairan Karangantu, Kabupaten Serang - Provinsi Banten adalah kegiatan perikanan rakyat yang belum mengarah kepada industri perikanan. Alat tangkap yang digunakan tergolong sederhana dan relatif berukuran kecil seperti rampus (gillnet), jaring kejer dan jaring klitik, bagan (liftnet) dan macam- macam pancing tangan (hand line) (Novela, 2004).


(35)

25 2.5.1 Kapal perikanan

Kapal perikanan gillnet yang digunakan untuk usaha penangkapan di lokasi penelitian umumnya adalah perahu motor tempel yang berukuran kecil dengan panjang 6 hingga 8 meter, lebar 1,5 sampai 2 meter dan memiliki kedalaman 0,6 hingga 1,2 meter, sedangkan kapal motor (in board) mulai digunakan sebaga i pengganti kapal motor tempel karena alasan keselamatan (bersenggolan) dan keamanan. Alat penggerak yang digunakan berkekuatan rata-rata berkisar antara 8-20 PK dari berbagai merek mesin, tetapi yang paling umum digunakan adalah merek Dongfeng. Armada penangkapan ikan umumnya hanya berukuran 2 hingga 4 GT

(Gross Tonnage) (Suganda, 2003).

2.5.2 Nelayan

Nelayan adalah masyarakat yang bermata pencaharian sehari- hari mengeksploitasi sumberdaya hayati laut seperti ikan/binatang lair lain/tumbuhan air. Berdasarkan pemilikan alat tangkap yang digunakan untuk usaha penagkapan, nelayan dapat dibagi menjadi nelayan pemilik dan nelayan buruh, nelayan pemilik adalah nelayan yang memiliki unit penangkapan ikan yang biasa disebut juragan, sedangkan nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja menangkap ikan dengan menggunakan alat penangkapan ikan yang bukan miliknya sendiri, sedangkan nelayan penuh adalah nelayan yang menggantungkan hidupnya hanya dari kegiatan penangkapan ikan, adapun nelayan sambilan didefinisikan sebagai nelayan yang hanya sebagian hidupnya saja bermata pencaharian menjadi nelayan tetapi di lain waktu beralih profesi. Nelayan di Karangantu, umumnya nelayan buruh, satu alat tangkap yang dimiliki oleh nelayan pemilik biasanya terdiri dari 2-3 orang nelayan buruh. Umumnya nelayan perikanan gillnet melakukan pendaratan ikannya di Pelabuhan Perikanan Pantai Karangantu. Adapun jenis ikan yang dominan tertangkap dengan alat tangkap gillnet adalah ikan kembung, tongkol, layang, tembang, peperek, selar dan ekor kuning (Suganda, 2003).


(36)

Jaring Insang satu lembar atau disebut juga dengan gillnet adalah jaring yang konstruksinya terdiri dari satu lapis jaring yang berbentuk empat persegi panjang, jumlah mata jaring ke arah horisontal dan ke arah vertikal disesuaikan dengan ikan yang akan dijadikan target tangkapan, daerah penangkapan, metode pengoperasian dan kebiasaan nelayan yang mengoperasikannya. Pengoperasian dari jenis jaring ini, ada yang dioperasikan di permukaan, kolom dan dasar perairan dengan cara diset menetap atau dihanyutkan. Pada bagian atasnya tali ris dilengkapi dengan pelampung dan pada bagian bawahnya dilengkapi dengan pemberat, sehingga dengan adanya dua gaya yang berlainan memungkinkan jaring insang dapat dipasang dalam keadaan tegak menghadang biota laut. Metode pengoperasian gillnet biasanya dilakukan secara pasif meskipun ada juga yang dilakukan secara semi aktif dan aktif. Untuk yang aktif biasanya dilakukan pada malam hari baik itu dioperasikan dengan memakai atau tanpa alat bantu cahaya (Martasuganda, 2005).

Ikan yang tertangkap pada mata jaring (mesh size) jaring insang, adalah ikan yang keliling bagian belakang penutup insangnya (operculum girth) lebih kecil, dan keliling badan maksimalnya (maximum body girth) lebih besar dari keliling mata jaring (mesh perimeter) dan kemungkinan jaring susah terlihat, adanya study action,

imitation action, dalam keadaan panik mengikuti pergerakan alat tangkap dan kemungkinan faktor lainnya. Karena adanya pengaruh internal dan eksternal dari ikan pengarug konstruksi jaring, pengaruh kondisis perairan ikan yang seharusnya bisa tertangkap menjadi menghindari jaring atau tidak tertangkap (Martasuganda, 2005).

Menurut Novela (2004) perikana n gillnet di Perairan Kabupaten Indramayu, Jawa Barat menunjukkan paling efektif, efisisen dan selektif daripada alat tangkap yang lain sehingga cocok untuk perikanan berinvestasi kecil serta memliki keuntungan Rp. 252.259,-/hari, nilai BEP mencapai Rp.10.641.500,-.

Menurut Martasuganda (2005), agar usaha penangkapan ikan berwawasan lingkungan dapat berjalan secara berkesinambungan, setiap orang yang sedang atau akan menjalankan usaha dibidang penangkapan dengan alat apapun yang bisa dipakai untuk menangkap ikan, wajib atau seharusnya mengelola lingkungan secara terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan,


(37)

27 dan pengembangan lingkungan hidup dengan cara mengikuti, melaksanakan undang dan peraturan nasional maupun peraturan internasional yang berlaku. Sedangkan untuk pengawasan sepenuhnya harus dilakukan oleh pemerintah dan pihak terkait secara teratur dan apabila perlu merevisi undang-undang dan peratutan yang sedang berjalan atau membuat peraturan dan perundangan baru agar usaha penangkapan bisa dipertanggung jawabkan.

Untuk terselenggaranya usaha penangkapan yang berwawasan lingkungan berjalan secara berkesinambungan, sebaiknya pemerintah atau pihak pembuat kebijakan dalam usaha perikanan memberlakukan aturan-aturan : 1) mengadakan penutupan daerah penangkapan yang tercemar sampai

daerah penagkapan terbebas dari pencemaran, 2) mengadakan penutupan daerah penangkapan pada waktu suatu jenis ikan, hewan air atau biota perairan yang dilindungi mengadakan reproduksi, 3) memberlakukan batasan

waktu penangkapan sampai potensi yang ada dapat pulih kembali, dan 4) mengadakan restocking dengan cara membudidayakan atau penangkaran

(Martasuganda, 2005).

Pengembangan teknologi penangkapan yang berwawasan lingkungan merupakan upaya untuk mewujudkan pemanfaatan sumberdaya perikanan yang berkesinambungan, yaitu pemanfaatan yang memperhatikan kelestarian sumberdaya sehingga menjamin kelestarian pemanfaatannya. Dengan tingkat pemanfaatan lebih dikembangkan dengan pro ses pengkajian terhadap berbagai

jenis alat tangkap yang ada. Salah satu cara penentuan ukuran mata jaring merupakan salah satu langkah utama untuk memperoleh jenis hasil tangkapan

yang optimal sekaligus menjaga kelestarian sumberdaya perikanan. Alat tangkap gillnet mempunyai keunggulan selektivitas kemampuannya untuk menangkap ikan ukuran tertentu yang berkaitan erat dengan ukuran mata jaring tertentu. Tertangkapnya ikan oleh gillnet ditentukan oleh “body-girth” atau ukuran lingkar penampang ikan dan mesh perimeter atau ukuran keliling dalam mata jaring, karena ukuran “body-girth” berbanding lurus dengan ukuran panjang ikan, selektivitas alat tangkap gillnet dapat ditentukan dengan mengamati struktur panjang ikan yang tertangkap. Beberapa faktor teknis yang menentukan selektivitas gillnet

antara lain kelenturan dan kemuluran benang jaring, dan rancang bangun gillnet. Beberapa faktor biologis yang menentukan selektivitas gillnet antara lain morfologi ikan, tingkat alat reproduksi yang berkaitan dengan musim dan tingkah laku ikan ( Sparre and Venema, 1992).

Upaya menurunkan kuantitas by catch, merupakan topik penelitian yang ditujukan untuk mendukung implementasi konsep responsible fishing. Meloloskan


(38)

ikan yang tidak diinginkan merupakan salah satu strategi yang dipakai untuk mengurangi by catch. Strategi pengurangan jumlah by catch dari alat tangkap yang terbuat dari jaring, seperti gillnet, adalah dengan penggunaan mata jaring yang ukuran kelilingnya lebih besar dari girth maksimum ikan. Pengkajian selektivitas alat tangkap gillnet dilakukan dengan mengamati ciri-ciri hasil tangkapan, yaitu jenis dan ukuran ikan/udang, pembuatan kurva selektivitas yang menunjukkan peluang tertangkapnya berbagai ukuran ikan/udang spesies-spesies tertentu. Perhitungan peluang ini didasarkan pada komposisi ukuran panjang ikan yang tertangkap oleh ukuran mata jaring sesuai dengan metode Sparre and Venema, 1992.

Selektivitas alat tangkap menentukan keseragaman hasil tangkapan, semakin seragam hasil tangkapan berarti semakin selektif alat tangkap tersebut. Gillnet

mempunyai selektivitas yang lebih baik, yaitu ukuran ikan yang tetangkap lebih seragam. Oleh karena itu, ukuran ikan yang tertangkap dapat diperoleh. Kajian selektivitas suatu alat tangkap harus didasarkan pada proses tertangkapnya ikan, secara umum kurva selektivitas dibuat berdasarkan komposisi ukuran ikan yang tertangkap gilled dan wedged, dimana tubuh ikan bergerak maju menerobos sebuah mata jaring sehingga ikan terjerat pada bagian pangkal tutup insang atau terjerat pada bagian lingkaran tubuh yang lebih kecil dari lingkaran tubuh maksimum. Proporsi jumlah ikan tertangkap secara entangled dan snagged mempengaruhi total selektivitas jaring terhadap ukuran ikan yang tertangkap. Tersangkutnya ikan dimata jaring akibat morfologi tertentu bagian kepala didepan mata (misalnya bentuk moncong dan susunan gigi-gerigi pada ikan cendro, ikan layur dan ikan alu-alu). Memperoleh kisaran ukuran ikan yang tertangkap, demikian juga proporsi ikan yang terjerat oleh lebih dari dua mata jaring akibat kekuatan ikan dalam upayanya melepaskan diri dari jeratan jaring.

Suatu operasi penangkapan ikan di perairan dimana sumberdaya bersifat multi spesies tidak selalu menghasilkan jenis ikan yang menjadi target, hasil tangkapan diluar target penagkapan disebut hasil tangkapan sampingan (HTS, atau by catch). Secara umum, ikan yang tertangkap dalam eksperimen gillnet mempunyai nilai ekonomi per ekor yang tinggi, termasuk jenis ikan yang bukan sasaran utamanya


(39)

29 kecil. Terutama di negara berkembang seperti Indonesia, persoalan by catch untuk perikanan gillnet adalah rendah (Novela, 2004).

Kecenderungan perubahan jumlah kapal perikanan, nelayan dan alat tangkap

gillnet yang digunakan, proyeksi trend (kecenderungan) dengan persamaan regresi Y

= a + bX, dengan menggunakan program komputer (MS. Exel). Dengan melihat nilai slope b dapat ditentukan perkiraan arah perkembangannya pada masa yang akan datang dan berapa besarnya perkembangan tersebut (Syamsuddin, 1995).

2.6 Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Fungsi produksi adalah hubungan teknis antara input dan output, yang ditandai jumlah output maksimal yang dapat diproduksi dengan suatu set kombinasi input tertentu. Fungsi produksi memberikan output maksimum dalam pengertian fisik dari tiap-tiap tingkat input dalam pengertian fisik (Soekartawi,1990).

Fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input). Input atau faktor produksi sering pula disebut dengan “korban produksi”, karena faktor produksi tersebut ”dikorbankan” untuk menghasilkan produksi. Analisis fungsi produksi sering dilakukan oleh peneliti, karena untuk mendapatkan informasi bagaimana sumberdaya yang terbatas seperti perairan, lahan, tenaga kerja dan modal dapat dikelola dengan baik agar produksi maksimum dapat diperoleh (Soekartawi,1990). Secara matematis hubungan tersebut dapat dijelaskan sebagai hubungan X dan Y sebagai berikut :

Y = f (X1,X2,X3,X4,………Xn)

Berdasarkan persamaan di atas maka dapat dilihat bahwa besar kecilnya produksi sangat tergantung dari peranan X1 sampai dengan Xn dan faktor lainnya yang tidak

terdapat dalam persamaan di atas (Soekartawi, 1990).

Model adalah ”gambaran” dari tujuan yang ingin dicapai. Bentuk atau model fungsi produksi yang sering digunakan oleh para peneliti adalah model fungsi Cobb-Douglas (Soekartawi, 1990), dengan asumsi bahwa data tersebar normal dan faktor produksi yang digunakan mewakili variabel-variabel yang mempunyai hasil produksi. Fungsi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan yang melibatkan dua variabel, dimana variabel yang satu disebut variabel dependen, yang dijelaskan (Y) dan yang lain disebut


(40)

antara X dan Y biasanya dengan cara regresi dimana variasi dari Y akan dipengaruhi oleh variasi dari X, dengan demikian kaidah-kaidah pada garis

regresi juga berlaku dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas. Secara matematik fungsi Cobb-Douglas dituliskan sebagai berikut (Soekartawi, 1990) :

u bn n b b e X X aX

Y = 11 2 2... Dengan

Y = Variabel yang dijelaskan (hasil produksi) X = Variabel yang menjelaskan (jumlah faktor produksi atau input)

a,b = Besaran yang akan diduga

e = Logaritma natural, e = 2,718

u/U = Kesalahan (distribusi term)

Persamaan diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan. Bentuk logaritma dari persamaan tersebut adalah :

e U X b X b X b a Y

Log =log + 1log 1+ 2log 2+... nlog n + log Model Cobb-Douglas mempunyai kelebihan dari fungsi produksi yang lain karena pangkat dari fungsi menunjukkan besarnya elastisitas produksi.

Penyelesaian fungsi Cobb-Douglas (Soekartawi, 1990), yaitu

(1) Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol sebab logaritma dari nol adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite).

(2) Dalam suatu produksi, perlu asumsi tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan (non neutral difference in the respectivete chnologies), artinya juga fungsi Cobb-Douglas yang dipakai sebagai model dalam suatu pengamatan, dan bila diperlukan analisis yang memerlukan lebih dari suatu model maka perbedaan model tersebut terletak pada intercept dan bukan pada kemiringan garis (slope) model tersebut.

(3) Tiap variabel X adalah perfect competitions.

(4) Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim adalah sudah tercakup pada faktor kesalahan, u/U.

Menurut Soekartawi (1990) ada 3 alasan pokok mengapa fungsi Cobb-Douglas lebih banyak dipakai para peneliti, yaitu :


(41)

31 Penyelesaian fungsi Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan dengan fungsi yang lain, seperti fungsi kuadratik dan fungsi Cobb-Douglas dapat dengan mudah ditransfer ke dalam bentuk linear.

Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga menentukan besaran elastisitas.

Besaran elastisitas tersebut juga menunjukkan tingkat returns to scale. Jika koefisien regresi yang akan diuji adalah b1 dan b2, maka :

(1) Decreasing return to scale, jika (b1 + b2) < 1, dalam keadaan demikian dapat diartikan bahwa proporsi penambahan faktor produksi melebihi proporsi penambahan produksi.

(2) Constant return to scale, jika (b1 + b2) = 1, dalam keadaan demikian penambahan faktor produksi akan proporsional dengan penambahan produksi yang diperoleh.

(3) Increasing return to scale, jika (b1 + b2) > 1, dalam keadaan demikian dapat diartikan bahwa penambahan faktor produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar.

Model fungsi produksi Cobb-Douglas didasari oleh asumsi bahwa jumlah elastisitas sama dengan satu ( ? bi = 1) mengikuti kaidah constant return to scale.

Seorang pengusaha (produsen) yang melakukan suatu kegiatan usaha pada umumnya melakukan suatu tinjauan terhadap kegiatan usaha yang dilaksanakan. Cara yang biasa dilakukan adalah dengan menganalisis berapa biaya yang dikeluarkan untuk melakukan usaha dan keuntungan maksimum yang akan diperoleh dan juga melakukan pendugaan terhadap fungsi produksi dari kegiatan usaha tersebut. Faktor-faktor produksi ini ada yang dapat dikendalikan ada juga yang tidak dapat dikendalikan seperti kondisi perairan, suhu dan faktor-faktor lainnya.

Pemahaman hubungan antara input dan output yang merupakan fungsi dari usaha perikanan sangat diperlukan. Sebagai contoh misalnya penambahan upaya penangkapan pada suatu area perairan mungkin akan sangat menguntungkan dalam segi produksi namun pada jangka panjang akan menurunkan produksi itu sendiri demikian juga dengan penambahan faktor-faktor input lainnya. Untuk memperoleh keuntungan yang maksimum maka produsen selalu berusaha untuk mengalokasikan


(42)

faktor input yang dimiliki secara optimal dan menjaga ketersediaan faktor-faktor input tersebut.

Penelitian yang dilakasanakan ini, menganalisis mengenai faktor- faktor input yang berpengaruh terhadap produksi perikanan gillnet dan usaha mengoptimalkan penggunaan faktor- faktor produksi dalam suatu usaha perikanan. Faktor- faktor produksi yang diduga mempengaruhi produksi perikanan gillnet adalah ukuran mesin, ukuran kapal, jumlah nelayan, meshperimeter dan ukuran luas jaring, biaya operasi. Harga dari masing- masing faktor produksi setiap saat dapat mengalami perubahan sehingga nelayan gillnet berusaha mengubah alokasi faktor produksinya menjadi lebih optimal.

Analisis optimalisasi produksi dilakukan dengan menggunakan pendekatan fungsi produksi Cobb-Douglas untuk memperoleh alokasi faktor produksi yang optimal, sehingga tercapai keuntungan yang maksimum. Skema

kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

2.7 Pena nganan dan Pengolahan

Penanganan dan pengolahan hasil perikanan bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu hasil tangkapan. Mutu adalah suatu yang mencirikan tingkat dimana suatu produk mampu memenuhi keinginan atau harapan konsumen. Konsep mutu lebih berkaitan dengan evaluasi subyektif dari konsumen, yaitu bahwa konsumen yang menilai sejauh mana tingkat mutu suatu produk yang dikonsumsi (Gasperzs, 1992).

Analisis penanganan dan pengolahan dilakukan untuk mengetahui kondisi atau mutu hasil tangkapan dengan cara pengamatan secara fisik langsung. Penanganan dan pengolahan hasil perikanan di tempat penelitian masih dilakukan secara sederhana dan masih belum ditangani secara baik dan benar (Syamsuddin, 1995).

2.8 Pemasaran

Menurut Kotler (1993) pemasaran merupakan proses manajerial dimana individu atau kelompok mandapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan melalui penciptaan, penawaran dan pertukaran produk yang bernilai, batasan pemasaran mempunyai arti yang begitu luas mencakup berbagai konsep inti seperti penentuan


(43)

33 kebutuhan, keinginan pasar dan efisien daripada para pesaing, secara umum pemasaran adalah suatu kegiatan yang bertalian dengan penciptaan atau penambahan kegunaan barang dan jasa. Hasil tangkapan di Karangantu umumnya dipasarkan secara tradisional dan kadang-kadang tidak melalui pelelangan dan dipasarkan untuk pasar lokal kecuali beberapa komiditi seperti udang dan rajungan dipasarkan ke Jakarta (Suganda, 2003).

2.9 Ekonomi dan Finansial

Berdasarkan konsep ekonomi suatu usaha dikatakan mempunyai keuntungan (profit) apabila penerimaan total lebih besar daripada biaya total. Analisa finansial dalam kerangka evaluasi proyek lebih bersifat analisis tentang arus dana. Sebagai alat untuk mempelajari arus dana, dikenal dua jenis perkiraan yaitu : 1) perhitungan rugi- laba dan 2) neraca. Untuk mengetahui keuntungan usaha dapat dipergunakan analisis break event point (BEP), net B/C, NPV dan IRR. BEP menggambarkan pada volume dan nilai berapa harus diperoleh untuk mencapai titik impas usaha, artinya suatu usaha tidak untung dan tidak rugi, net B/C adalah perbandingan jumlah penerimaan dan jumlah biaya (net B/C >=1, usaha dikatakan layak), NPV (Net Present Value) adalah perbedaan nilai sekarang dari manfaat dan biaya (usaha dikatakan layak, jika NPV >= 0) dan IRR (Internal Rate Return) adalah suatu tingkat pengembalian modal yang digunakan dan merupakan nilai tingkat biaya (IRR<= tingkat bunga (discount rate,i) maka usaha tersebut dikatakan layak (Pramudya, 2001) : penjualan nilai tetap tidak iabel biaya tetap Biaya rupiah BEP var [ 1 ) ( − = penjualan volume tetap tidak iabel biaya penjualan unit tetap Biaya volume BEP var [ ) ( − =


(44)

t i t biaya t Penerimaan NPV )^ 1 ( + −

=

t : tahun ke

; 1 ) ' ' ' ( ) ' '' ( ' ' = − − + = c b PV PV NPV NPV i i NPV i IRR

2.10 Komponen Penunjang Perikanan Gillnet

Komponen penunjang perikanan gillnet dan masalahnya terdiri dari tempat pelelangan ikan (TPI), perusahaan perikanan, lembaga keuangan, koperasi unit desa (KUD), Pemerintah daerah Kabupaten (Pemda) Serang, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serang serta kebijakan perikanan tangkap Kabupaten Serang.

2.11 Pengembangan Perikanan Gillnet

Menurut Kesteven (1973). pengembangan usaha perikanan haruslah ditinjau secara bio-technico-socio-economic-approach, oleh karena itu ada empat aspek yang harus dipenuhi oleh suatu jenis alat tangkap ikan untuk dapat dikembangkan, yaitu : 1) Bila ditinjau dari segi biologi, alat tangkap tidak merusak atau mengganggu kelestarian sumberdaya, 2) Secara teknis alat tangkap yang digunakan efektif untuk dioperasikan, 3) Dari segi sosial dapat diterima oleh masyarakat nelayan dan 4) Secara ekonomi usaha tersebut bersifat menguntungkan. Menurut Monintja (2000), perlu adanya pertimbangan dalam pemilihan suatu teknologi yang tepat untuk diterapkan di dalam pengembangan perikanan. Pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam pemilihan teknologi, dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu 1) Teknologi penangkapan ikan berwawasan lingkungan, 2) Teknologi penangkapan ikan yang secara teknis, ekonomis, mutu dan pemasarannnya menguntungkan, serta 3) Kegiatan penangkapan ikan yang optimal dan berkelanjutan.

Menurut Wahyono (1991), pengembangan usaha perikanan dibagi dalam tiga daerah yaitu daerah padat tangkap, daerah potensial, dan daerah lepas pantai. Untuk daerah yang masih potensial, pengembangannya dilakukan dengan cara :1) Peningkatan unit penangkapan, 2) Intensifikasi usaha, 3) Modernisasi alat tangkap dan mangganti alat yang tidak produktif serta 4) Mendatangkan transmigrasi.


(45)

35 pengembangannya dengan cara : 1) Memperluas daerah operasi penangkapan dengan meningkatkan kemampuan kapal yang dioperasikan (modernisasi), 2) Mengatur daerah dan atau musim penangkapan sesuai dengan alat tangkapnya, 3) Mentransmigrasikan nelayan, 4) Pembatasan dan pengendalian jumlah alat tangkapnya, 5) Diversivikasi dan mengkonversi usaha penangkapan ke budidaya laut. Sedangkan untuk daerah lepas pantai pantai, pengembangannya dengan cara : 1) Penambahan unit penangkapan ikan, 2) Modernisasi alat dan kapal penangkapan ikan, 3) Mendatangkan transmigrasi, 4) Perluasan daerah operasi penangkapan ikan dan 5) Penanaman modal.

2.11 Analisis SWOT (Strengths Weaknesses Opportunities Threats)

Analisis SWOT merupakan identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan atau pembangkit strategi pengembangan. Analisis ini didasarkan pada logika dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weknesses) dan ancaman (Threats) (Rangkuti, 1998 yang diacu dalam Marimin, 2004). Analisis SWOT

mempertimbangkan faktor internal (Internal Factor Evaluation/IFE) yaitu strengths

dan weaknesses serta faktor eksternal (External Factor Evaluation/EFE) yaitu

opportunities dan threats yang dihadapi dunia usaha, sehingga dari analisis tersebut dapat diambil suatu keputusan strategi pengembangan (Marimin, 2004).

Analisis SWOT didahului dengan identifikasi posisi usaha melalui IFE dan

EFE, selanjutnya tahapan analisis matriks SWOT. Membuat keputusan untuk memilih alternatif strategi sebaiknya dilakukan setelah diketahui terlebih dahulu posisi suatu usaha untuk kondisi sekarang berada pada kuadran sebelah mana sehingga strategi yang dipilih merupakan strategi yang paling tepat karena sesuai dengan kondisi internal dan eksternal yang dimiliki oleh perikanan gillnet saat ini.


(46)

Kuadran III Kuadran I

(mendukung stategi turn-around) (mendukung strategi agresif)

Kuadran IV Kuadran II

(mendukung strategi defensif) (mendukung strategi diversifikasi)

Gambar 2. Posisi perikanan gillnet pada berbagai kondisi.

Dengan mengetahui posisi perikanan gillnet pada kuadran yang tepat maka perusahaan dapat mengambil keputusan dengan lebih tepat, yaitu :

(1) Jika posisi periakanan gillnet berada pada kuadran I, maka menandakan bahwa situasi ini sangat menguntungkan, perikanan gillnet tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan untuk perusahaan yang berada pada posisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.

(2) Perikanan gillnet yang berada pada kuadran II berarti perusahaan menghadapi berbagai ancaman, perusahaan masih memiliki kekuatan internal. Strategi yang harus dilakukan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi.

(3) Perikanan gillnet yang berada pada kuadran III menunjukkan bahwa perikanan

gillnet mempunyai peluang yang sangat besar, tetapi dilain pihak memiliki kelemahan internal. Fokus yang harus diambil oleh perikanan gillnet adalah meminimalkan masalah- masalah internal sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

Berbagai Peluang

Berbagai Ancaman


(47)

37 (4) Posisi perikanan gillnet pada kuadran IV menunjukkan bahwa perikanan gillnet

menghadapi situasi yang sangat tidak menguntungkan, dimana selain perikanan

gillnet menghadapi berbagai ancaman juga menghadapi kelemahan internal. Proses yang harus dilakukan dalam pembuatan analisis SWOT agar keputusan yang diperoleh lebih tepat perlu melalui berbagai tahapan sebagai berikut : (1) Tahapan pengambilan data yaitu evaluasi faktor eksternal dan internal. (2) Tahap analisis yaitu pembuatan matriks internal-eksternal (matriks SWOT). (3) Tahapan pengambilan keputusan.

Tahap pengambilan data ini digunakan untuk mengetahui faktor- faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan dan ancaman bagi perusahaan dapat dilakukan dengan wawancara terhadap ahli perusahaan yang bersangkutan ataupun analisis secara kuantitatif misalkan neraca, laba-rugi dan lain- lain. Setelah mengetahui berbagai faktor dalam perusahaan maka tahap selanjutnya adalah membuat matriks SWOT.

Matriks SWOT menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Dari matriks ini akan terbentuk 4 (empat) kemungkinan alternatif strategi. Tabel 1 adalah diagram matriks SWOT dan kemungkinan strategi yang sesuai.

Tabel 1. Diagram matriks SWOT dan kemungkinan strategi yang sesuai IFE/EFE Strengths (S) Weaknesses (W)

Opportunities (O)

Strategi SO

Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Digunakan jika perusahaan berada pada posisi kuadran I.

Srtategi WO

Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang. Digunakan jika perusahaan berada pada kuadran III.

Threats (T) Strategi ST

Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman. Digunakan jika perusahaan berada pada kuadran II.

Strategi WT

Menciptakan strategi meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.

Digunakan jika perusahaan berada pada kuadran IV.


(48)

Tahap evaluasi data internal dan eksternal perusahaan dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya dengan wawancara, kuesioner maupun pengambilan data kuantitatif perusahaan secara langsung. Tahap pembuatan

matriks IFE dan EFE adalah sebagai berikut :

(1) Pada kolom 1 dilakukan penyusunan terhadap semua faktor-faktor yang dimiliki oleh perusahaan dengan menjadu dua bagian yaitu faktor internal dan eksternal

(2) Pemberian bobot faktor kolom dua mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai 0,0 (tidak penting).

(3) Pada kolom 3 diisi perhitungan rating terhadap faktor-faktor tersebut berdasarkan pengaruhnya terhadap perusahaan yang bersangkutan. Rentang nilai rating 1 berarti kurang berpengaruh sampai 5 berarti sangat berpengaruh. (4) Kolom 4 diisi dengan cara mengalikan bobot pada kolom 2 dengan kolom 3.

(5) Penjumlahan total skor pembobotan untuk masing- masing faktor internal (kekuatan-kelemahan) dan eksternal (peluang-ancaman). Untuk memperoleh strategi yang tepat bagi perusahaan yang bersangkutan maka nilai tersebut diletakkan pada kuadran yang sesuai untuk kemudian dilakukan pembuatan matriks SWOT yang akan menjelaskan aternatif strategi ya ng dilakukan. Setelah matriks IFE dan EFE terbentuk kemudian dibuat matriks SWOT yang menjelaskan berbagai alternatif yang mungkin untuk strategi perusahaan.

Tahap selanjutnya adalah pengambian keputusan. Dalam tahap ini perlu merujuk kembali matriks IFE dan EFE yang menghasilkan posisi perusahaan

saat ini, sehingga dapat diketahui kombinasi strategi yang paling tepat (Marimin, 2004).

2.13 Analytical Hierarchy Process (AHP)

Anaiytical Hierarchy Process (AHP) digunakan untuk pengambilan keputusan atau pemilihan alternatif kebijakan. AHP merupakan suatu teori umum tentang pengukuran. AHP digunakan untuk menemukan skala rasio baik perbandingan pasangan yang diskrit maupun kontinyu (Mulyono, 1996).

Menurut Saaty (1993), AHP memberikan kerangka yang memungkinkan untuk mangambil keputusan yang efektif untuk persoalan yang kompleks dengan jalan menyederhanakan dan mempecepat pengambilan keputusan, pada dasarnya metode AHP ini memecah suatu situasi yang kompleks dan tak berstruktur kedalam


(49)

39 bagian komponennya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi pertimbangan numerik pada pertimbangan subyektif tentang relatif pentingnya setiap variebel dan mensistensis berbagai pertimbangan untuk menetapkan variebel yang memiliki prioritas relatif yang lebih tinggi. Kekuatan AHP

terletak pada struktur hirarki yang memungkinkan dimasukkannya semua faktor penting dan mengaturnya sampai ke tingkat alternatif, setiap masalah dapat dirumuskan sebagai masalah keputusan berbentuk hirarki, kadang-kadang dengan ketergantungan untuk menunjukkan bahwa beberapa elemen bergantung pada yang lain dan pada saat yang sama elemen yang lain bergantung padanya. Elemen pada setiap tingkat digunakan sebagai sifat bersama untuk membandingkan elemen-elemen yang berada setingkat dibawahnya.

Selain itu Mulyono (1996), menyatakan bahwa penetapan prioritas berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada satu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya. Langkah pertama untuk menyusun prioritas adalah membandingkan kepentingan relatif dari masing- masing unsur dan menduga prioritas untuk sub faktornya. Sintesis prioritas dilakukan untuk mendapatkan prioritas menyeluruh sub faktor. Langkah berikutnya adalah melakukan perhitungan menyeluruh untuk masing- masing faktor. Analisis perbandingan menggunakan sistem perbandingan berganda dengan analisis matrik, sistem pembobotan pada skala perbandingan analisis antar kreteria menggunakan tabel panduan skala perbandingan dan dibandingkan dengan kreteria lainnya.


(1)

Lampiran 9. Analisis pengembangan kebijakan dengan metode

SWOT

I. Evaluasi

IFE

dan

EFE

Uraian Faktor-faktor Internal dan Eksternal

Bobot

Rating

Skor

1. Kekuatan

- Potensi Sumberdaya Perikanan

-

Adanya Unit Perikanan

gillnet

-

Harga Ikan yang Cukup Baik

-

Adanya program Pemerintah (bantunan,

perkreditan dan PEMP)

2. Kelemahan

-

Kondisi Unit Perikanan

Gillnet

-

Ketrampilan Nelayan (Khususnya

Penentuan Daerah Penangkapan DPI)

-

Data Statistik yang Tidak Akurat dan Valid

-

Permodalan dan Pemasaran (sistem

Langgan/

patron Klien

)

0,81

0.91

0,92

0,65

0,72

0,56

0,68

0,47

4

3

4

2

4

3

3

2

3,24

2,70

3,68

1,30

2,88

1,68

1,36

0.94

Total Skor (Selisih)

4,06

3. Peluang

-

Jumlah Permintaan Ikan Meningkat

-

Ketrampilan Nelayan

Gillnet

-

Kesempatan Kerja

-

Pendapatan Nelayan

Gillnet

yang cukup

4. Ancaman

-

Persaingan Antar Nelayan

-

Produksi Menurun (Merugi)

-

Keamanan yang Mengkhawatirkan

-

Buruh Nelayan Semakin Berkurang

0,58

0,76

0,78

0,51

0,86

0,42

0,54

0,68

2

3

4

3

4

1

2

3

1,16

2,28

3,16

1,53

3,44

0,42

1,08

1,94

Total Skor (Selisih)

1,35

II. Matriks

SWOT

EFE

\

IFE

Kekuatan (

S

)

Kelemahan (

W

)

Peluang (

O

)

Strategi

SO

- Meningkatkan Ketrampilan Nelayan

- Permodalan dan Pemasaran

Strategi

WO

- Meningkatkan Ukuran Mesin

Kapal

-

Perlu Adanya Data Statistik yang

Akurat dan Valid

Ancaman (

T

)

Strategi

ST

- Menuntukan Upaya Penangkapan

Optimum

- Pengaturan/Pengendalian Jumlah

Strategi

WT

- Pengaturan Daerah Penangk apan

Ikan DPI Sesuai dengan Alat

Tangkap yang Digunakan


(2)

Lampiran 10. Argumen nilai skala banding berpasangan antar saran-saran implikasi

pengembangan perikanan

gillnet

di PPP Karangantu

NB Argumen

Unsur Nilai A

Kategori

Aspek Biologi

Aspek Teknologi

Aspek Sosial

Aspek Ekonomi

1 2 3 4 5 6 7 8

B 7 1/7 JLP B Perlu

segera ditata karena Effort melebihi optimum, A tidak berpengaruh

B

berhubungan langsung, A tidak langsung

A dan B sama penting untuk kehidupan masyarakat nelayan

B

berpengaruh langsung pada pendapatan, A tidak langsung

C 5 1/5 LP D

mendukung langsung keadaan effort dan stok, A tidak berpengaruh

A dan C sama perlu dan saling menunjang

C lebih mudah dilaksanakan dibanding A

D lebih berpengaruh nyata hasilnya dari A

D 1/3 3 SLP Unsur A

dan D berpengaruh tidak langsung pada stok

A dan D merupakan kegiatan yang saling menunjang

A lebih memberikan efek baik dari D

Keduanya berpengaruh pada pendapatan


(3)

NB Argumen Unsur Nilai B

Kategori

Aspek Biologi

Aspek Teknologi

Aspek Sosial Aspek Ekonomi

1 2 3 4 5 6 7 8

C 1 1 SP Keduanya

saling menunjang

Keduanya sama perlu

Keduanya sama mengalami hambatan karena kebiasaan turun-temurun

Kedunya meningkatkan pendapatan masyaratkat

D 1/3 3 SLP B

berpengaruh langsung E tidak langsung

D

memerlukan tambahan teknologi, B tidak

Keduanya sulit dilakukan karena kebiasaan yang telah berlangsung

Keduanya dapat meningkatkan pendapatan

Lanjutan,

NB Argumen

Unsur Nilai C

Kategori

Aspek Biologi

Aspek Teknologi

Aspek Sosial

Aspek Ekonomi

1 2 3 4 5 6 7 8

D 1/3 3 SLP C

berpengaruh langsung pada stok sedang, D tidak

C dan D sama-sama diperlukan

Keduanya berpengaruh pada kebiasaan nelayan

C lebih mudah dilaksanakan dari D

Keterangan :

A : Meningkatkan keterampilan nelayan

gillnet

, permodalan dan pemasaran.

B

: Pembatasan dan pengendalian jumlah alat tangkap yang digunakan dan upaya

penangkapannya (

effort

).

C

: Pengaturan dan pembagian daerah penangkapan (DPI) sesuai dengan alat tangkap

yang digunakan dan peningkatan faktor keamanan

D : Mengganti kapal perikanan menjadi lebih besar dan baik dan pengadaan data statistik yang

akurat dan valid.


(4)

Intensitas :

1

= Kedua unsur sama pentingnya (SP)

3

= Unsur yang satu sedikit lebih penting dari unsur lainya (SLP)

5

= Unsur yang satu lebih penting dari unsur lainya (JLP)

7

= Unsur yang satu jelas lebih penting dari unsur lainya (JLP)

9

= Unsur yang satu mutlak lebih penting dari unsur lainya (MLP)

1/3, 1/5, 1/7, 1/9 = Skala banding berpasangan untuk intensitas 3,5,7,9.

Lampian 11. Perhitugan penentuan bobot pada penilaian perbandingan berpasangan

I. Prioritas tingkat I kebijakan pengembangan

Kebijakan

pengembangan

Nela-yan

Pengo-lah Ikan

Peda-gang

Pemda Dinas

Perikanan Matriks Dinormalisasi

Vector Priori-tas

Nelayan 1 1/3 1/3 1/5 1/5 0,06 0,03 0,03 0,11 0,03 0,05

Pengolah Ikan 3 1 2 1/5 1/3 0,18 0,10 0,18 0,11 0,06 0,13

Pedagang 3 1/2 1 1/5 1/3 0,18 0,05 0,09 0,11 0,06 0,10

Pemda 5 5 5 1 4 0,29 0,51 0,44 0,54 0,68 0,49

Dinas perikanan 5 3 3 1/4 1 0,29 0,31 0,26 0,14 0,17 0,23

Total 17 9,83 11,33 1,85 5,58 1,00

Hasil :

Kebijakan

Pengembangan

Pemda

Dinas

Perikanan

Pengolah

Pedagang

Nelayan

Urutan

1

2

3

4

5

II. Prioritas tingkat II pelaku

Nelayan Biologi Teknik Ekonomi Mutu Pemasaran Matriks Dinormalisasi Vector

Prioritas

Biologi 1 2 1/3 1/3 1/5 0,13 0,31 0,15 0,05 0,03 0,13

Teknik 1/2 1 1/3 1/5 1/5 0,06 0,16 0,15 0,03 0,03 0,09

Ekonomi 3 3 1 4 3 0,39 0,47 0,45 0,66 0,47 0,49

Mutu 3 1/5 1/4 1 2 0,39 0,03 0,11 0,17 0,31 0,20

Pemasaran 1/5 1/5 1/3 ½ 1 0,03 0,03 0,15 0,08 0,16 0,09


(5)

Pengolah Ikan

Ekonomi Mutu Pemasaran

Matrik Dinormalisasi Vector

Prioritas

Ekonomi 1 5 3 0,65 0,56 0,69 0,63

Mutu 1/5 1 1/3 0,13 0,11 0,08 0,11

Pemasaran 1/3 3 1 0,22 0,33 0,23 0,26

Total 1,53 9 4,33 1,00

Pedagang Ekonomi Mutu Pemasaran

Matrik Dinormalisasi Vector

Prioritas

Ekonomi 1 3 4 0,63 0,43 0,75 0,60

Mutu 1/3 1 1/3 0,21 0,14 0,06 0,14

Pemasaran ¼ 3 1 0,16 0,43 0,19 0,26

Total 1,58 7 5,33 1,00

Lanjutan.

Pemda Biologi Teknik Ekonomi Mutu Pemasaran

Matriks Dinormalisasi Vector

Prioritas

Biologi 1 1/3 1/3 1/3 1/3 0,08 0,02 0,14 0,05 0,06 0,07

Teknik 3 1 1/3 1/5 1/5 0,23 0,07 0,14 0,03 0,04 0,10

Ekonomi 3 3 1 4 2 0,23 0,21 0,41 0,67 0,36 0,38

Mutu 3 5 ¼ 1 2 0,23 0,35 0,10 0,17 0,36 0,24

Pemasaran 3 5 ½ ½ 1 0,23 0,35 0,21 0,08 0,18 0,21

Total 13 14,33 2,41 6,03 5,53 1,00

Dinas Perikanan

Biologi Teknik Ekonomi Mutu Pemasaran

Matriks Dinormalisasi Vector

Prioritas

Biologi 1 1/3 1/5 1/3 1/3 0,07 0,07 0,09 0,04 0,04 0,06

Teknik 3 1 1/3 3 3 0,20 0,20 0,14 0,34 0,36 0,25

Ekonomi 5 3 1 4 2 0,33 0,60 0,44 0,45 0,24 0,41

Mutu 3 1/3 1/4 1 2 0,20 0,07 0,11 0,11 0,24 0,15

Pemasaran 3 1/3 1/2 1/2 1 0,20 0,07 0,22 0,06 0,12 0,13

Total 15 4,99 2,28 8,83 8,83 1,00

Hasil :

Kebijakan

Pengembangan

Ekonomi

Teknik

Pemasaran

Mutu

Biologi


(6)

III. Prioritas tingkat III pelaku.

Sub kriteria

Biologi Stok Sumberdaya

Ikan Jenis Ikan Matriks Dinormalisasi Vector Prioritas

Stok Sumberdaya Ikan

1 3 0,75 0,75 0,75

Jenis Ikan 1/3 1 0,25 0,25 0,25

Total 1,33 4 1,00

* Stok sumberdaya lebih penting untuk di kembangkan daripada jenis ikan.

Lampiran 12. Prioritas kebijakan pengembangan perikanan

gillnet

di Perairan

Karangantu

Unsur A B C D Vektor Prioritas % Prioritas

A 1 1/7 5 1/5 0,11 11 3

B 7 1 7 1 0,42 42 1

C 1/5 1/7 1 1/3 0,40 40 2

D 5 1 3 1 0,07 7 4

Jumlah 1,00 100

Hasil sesuai urutan :

1. B : Pembatasan dan pengendalian jumlah alat tangkap yang digunakan dan upaya

penangkapannya (

effort

)

2. C : Pengaturan dan pembagian daerah penangkapan ikan (DPI) sesuai dengan alat

tangkap yang digunakan serta dan peningkatan faktor kaeamanan

3. A

: Meningkatkan keterampilan nelayan

gillnet

, permodalan dan pemasaran

4. D : Mengganti kapal dengan kemampuan lebih besar dan baik serta adanya data