2.3. Beras
Padi merupakan tanaman yang tumbuh di areal sawah, beras yang dihasilkan dari tanaman padi Orzya sativa Sp merupakan tanaman pangan yang
dikonsumsi 90 persen penduduk Indonesia. Beras memiliki nilai gizi yang tinggi dan merupakan sumber energi dan protein bagi tubuh. Nilai gizi yang terkandung
pada beras sangat di butuhkan karena tubuh memerlukan energi dan protein. Pengembangan komoditi beras merupakan sektor strategis yang sangat
penting untuk kelangsungan rumah tangga petani dan tingkat nasional. Sebagian besar penduduk Indonesia adalah petani yang mengusahakan sawah untuk
ditanami padi. Program diversifikasi pangan sudah dilakukan untuk penggantian alternatif konsumsi beras ke tanaman pangan lainnya, tetapi tingkat konsumsi
beras rumah tangga tiap tahun meningkat. Ketahanan pangan di sektor ini harus segera diwujudkan untuk menciptakan tingkat stabilitas nasional dan mengatasi
krisis pangan yang bisa terjadi setiap saat.
2.5. Tinjauan Penelitian
Terdahulu
Penelitian mengenai usahatani padi ramah lingkungan merupakan penelitian lanjutan mengenai komoditas padi. Penelitian mengenai komoditas ini
telah banyak dilakukan, antara lain penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani, analisis tataniaga padi, namun penelitian mengenai padi sehat masih
terbatas. Berikut ini akan dikemukakan beberapa penelitian terdahulu mengenai komoditas padi.
2.5.1. Analisis Usahatani Padi
Rohmani 2000 menganalisis sistem usahatani padi organik. Perhitungan produktivitas menunjukkan bahwa produktivitas usahatani padi yang dilaksanakan
secara organik lebih rendah bila dibandingkan padi yang dibudidayakan secara anorganik. Produktivitas padi yang diperoleh petani organik pemilik penggarap
untuk Masa Tanam 19992000 adalah 4,79 ton per hektar dan penyakap sebesar 4,75 ton per hektar. Sedangkan produktivitas padi yang dibudidayakan secara
anorganikkonvensional oleh petani lebih besar, untuk pemilik penggarap adalah 5,74 ton per hektar dan penyakap 5,71 ton per hektar.
Hasil pendapatan usahatani organik menunjukkan bahwa pendapatan yang diperoleh petani organik lebih besar daripada pendapatan yang diperoleh petani
anorganikkonvensional pada masa tanam sama untuk karakteristik petani yang sama. Analisis kepekaan sensitivity analysis menunjukkan bahwa usahatani padi
yang dilaksanakan secara organik tetap layak nilai RC lebih besar dari satu bila harga pupuk kandang naik dari Rp 7500 per sak menjadi Rp 14000 per sak;
demikian pula bila harga jual beras organik turun dari Rp 2400 per kg menjadi Rp 1500kg. Bila harga pupuk kandang naik dan harga jual beras turun secara
bersamaan seperti di atas, usahatani padi organik pemilik penggarap masih layak, tetapi tidak untuk penyakap.
Nainggolan 2001 melakukan penelitian analisis usahatani padi organik dan anorganik di Kabupaten Karawang. Berdasarkan analisis pendapatan kotor
dan pendapatan bersih petani organik lebih besar dibandingkan dengan petani anorganik. Jumlah produksi padi yang dihasilkan petani organik lebih besar
daripada petani anorganik. Rata-rata produksi padi yang dihasilkan petani organik sebesar 4,9 ton per hektar, petani organik penggarap 5,1 ton per hektar.
Sedangkan rata-rata produksi padi anorganik pada petani pemilik 4,4 ton per hektar dan penggarap 4,7 ton per hektar. Penggunaan pestisida kimia tidak
mempengaruhi produksi padi, bahkan produksi padi dengan pestidia botanis lebih tinggi. Nilai RC rasio dapat dilihat bahwa nilai RC rasio usahatani padi organik
lebih tinggi daripada nilai RC rasio usahatani padi anorganik, maka penerimaan setiap satu rupiah yang dikeluarkan petani organik lebih besar daripada
penerimaan yang diperoleh petani anorganik.
2.5.2. Analisis Adopsi Sistem Usahatani