produksi gabah kering panen tanpa ada pengurangan dari iuran - iuran seperti iuran pengairan, zakat produksi, dan yang dikonsumsi oleh rumah tangga petani.
Berdasarkan data yang diperoleh dari kegiatan usahatani padi, petani padi sehat memperoleh penerimaan total sebesar Rp 13.861.140,74 dari hasil penjualan
GKP sebanyak 5725,63 kg dengan harga rata – rata per satuannya sebesar Rp 2.420,00,. Sedangkan GKP yang dijual petani penyewa pada usahatani padi
konvensional sebanyak 6083,33 kg dengan harga rata – rata per satuannya yaitu Rp 2.020,00 menghasilkan penerimaan sebesar Rp 12.275.000,00. Sehingga dapat
dikatakan jumlah yang relatif lebih besar bagi penerimaan petani padi sehat bila dibandingkan dengan penerimaan petani padi konvensional. Adapun rincian
penerimaan padi dari kedua usahatani tersebut dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Penerimaan Petani Padi Sehat dan Petani Padi Konvensional pada
Musim Tanam I Tahun 2009 hektar
Usahatani Satuan Volume
GKP Harga Rata-rata
Rpsatuan Nilai Rp
Padi Sehat Kg
5725,63 2.420,00
13.861.140,74 Konvensional Kg
5609,26 2.020,00
11.307.592,59
7.3.2. Analisis Total Biaya Usahatani
Pada sisi pengeluaran, biaya total yang dikeluarkan oleh petani padi konvensional untuk membiayai usahataninya lebih kecil dibandingkan dengan
biaya yang dikeluarkan petani padi sehat. Masing-masing biaya total untuk padi sehat adalah sebesar Rp. 7.828.918,52 per hektar dalam satu musim tanam dan
untuk padi konvensional Rp. 6.265.250,06 per hektar dalam satu musim tanam. Total biaya usahatani ialah keseluruhan biaya – biaya yang dikeluarkan oleh
petani setiap musim tanam. Total biaya tersebut merupakan hasil penjumlahan dari total biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Perincian dari biaya tunai dan
biaya diperhitungkan pada kegiatan usahatani padi sehat di Desa Ciburuy diuraikan lagi menjadi masing – masing biaya tersebut terdiri dari biaya variabel
dan biaya tetap. Adapun perincian biaya usahatani yang dikeluarkan oleh petani padi sehat dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Biaya Usahatani Padi Sehat pada Musim Tanam MT Periode I Tahun
2009 Hektar
No Jenis Pengeluaran
Biaya Rp Persentase
1 Biaya Tunai
Biaya Variabel
- Benih
155.633,33 1,99
- Tenaga Kerja Luar Keluarga TKLK 4.646.720,00
59,35 -
Urea 129.374,07
1,65 -
NPK 112.433,33
1,44 -
TSP 475.92,59
0,61 - Pupuk Organik Kompos
749.333,33 9,57
- Pestisida
Nabati 76.272,22
0,97 Sub
Total 5.917.358,89
Biaya Tetap
- Sewa
traktor 358.820,00
4,58 Sub
Total 358.820,00
Total Biaya
Tunai 6.276.178,89
2 Biaya Diperhitungkan
Biaya Variabel
- Tenaga Kerja Dalam Keluarga TKDK 758.667,41
9,69 Sub
Total 758.667,41
Biaya Tetap
- Penyusutan Alat
70.072,22 0,89
- Sewa lahan
724.000,00 9,25
Sub Total
794.072,22 Total
Biaya Diperhitungkan
1.552.739,63 Total
Biaya 7.828.918,52
100,00
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa biaya total yang dikeluarkan petani padi sehat pada musim tanam diperoleh rata – rata sebesar Rp
7.828.918,16 per hektar. Pada Tabel 13 menunjukan bahwa biaya tunai dan biaya diperhitungkan pada usahatani padi sehat memiliki proporsi yang berbeda dalam
struktur biaya total. Biaya tunai yang dikeluarkan petani lebih besar dibandingkan jumlah biaya diperhitungkan, biaya tunai yang dikeluarkan sebesar Rp
6.276.178,89 per hektar atau sekitar 80,17 persen dari total biaya yang dikeluarkan dalam satu musim tanam, sisanya merupakan biaya yang
diperhitungkan yaitu sebesar Rp 1.552.739,63 per hektar atau sekitar 19,83 persen dari total biaya yang digunakan dalam satu musim tanam.
Informasi lain yang dapat diperoleh yaitu penggunaan biaya dalam usahatani padi sehat sebagian besar dialokasikan untuk biaya pengadaan kompos
dan membayar upah tenaga kerja. Biaya tenaga kerja merupakan proporsi terbesar pada struktur biaya usahatani padi sehat. Biaya ini termasuk biaya tenaga kerja
luar keluarga dan tenaga kerja dalam keluarga, hal ini dikarenakan banyak
kegiatan dalam usahatani yang dilakukan oleh petani padi sehat. Komponen biaya terbesar ini baik dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga memiliki proporsi
yang berbeda dalam struktur biaya total, biaya yang dikeluarkan untuk membayar
TKLK cenderung lebih besar yaitu Rp 4.646.720,00 atau sekitar 59,35 persen
dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar TKDK sebesar Rp 758.667,41 atau sekitar 9,69 persen. Hal ini membuktikan bahwa dalam usahatani
padi sehat penggunaaan tenaga kerja tidak dapat dilakukan sepenuhnya oleh tenaga kerja keluarga tetapi kekurangan tenaga kerja tersebut harus tercukupi dari
tenaga kerja luar keluarga. Sehingga petani padi sehat tidak dapat memperbesar alokasi tenaga kerja yang akan berdampak pada meningkatnya biaya tunai yang
dikeluarkan untuk membayar tenaga kerja. Dengan demikian, petani harus lebih memperhatikan penggunaan tenaga kerjanya agar lebih optimal dalam pemakaian
setiap tenaga kerja. Biaya terbesar kedua dalam biaya total usahatani padi sehat ialah kompos
yaitu sebesar 9,57 persen pada biaya tunai, kompos yang digunakan petani padi sehat jumlahnya lebih besar dari pupuk kimia yang digunakan petani padi
konvensional sehingga berdampak pada besarnya biaya penggunaan tenaga kerja, bahan baku dan waktu yang digunakan maka akibatnya petani harus
mengeluarkan biaya yang lebih besar. Akan tetapi jika kebutuhan kompos tidak mampu tercukupi oleh petani maka petani dapat membelinya kepada petani lain
yang kelebihan kompos atau membeli ke koperasi Lisung Kiwari, atau dalam proses pembuatannya harus membutuhkan tenaga kerja luar keluarga karena
jumlahnya yang banyak maka dengan kata lain biaya kompos akan berubah menjadi biaya tunai, akan berdampak pula kepada besarnya biaya tunai untuk
pengadaan kompos. Oleh karena itu sistem menyimpan dan menabung bahan organik dan
kotoran hewan yang akan diolah menjadi kompos perlu dijalankan dengan baik dan agar kemungkinan besarnya biaya tunai untuk pengadaan kompos dapat
terhindari, bahkan jika kompos tersebut dapat berlebih dalam mengumpulkannya maka keuntungan lebih akan diperoleh petani karena mendapat tambahan
penerimaan dari penjualan kompos.
Biaya usahatani padi konvensional di Desa Ciburuy memiliki perbedaan dalam struktur biaya usahatani padi sehat. Pada Tabel 15 memperlihatkan biaya
total usahatani yang dikeluarkan oleh petani padi konvensional adalah sebesar Rp 6.265.250,06 per hektar. Komponen biaya yang memiliki proporsi paling besar
digunakan untuk biaya tenaga kerja baik TKDK maupun TKLK, biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan TKLK Rp 2.380.041,47 atau 37,98 persen dari total
biaya usahatani, biaya ini lebih besar jika dibandingkan dengan biaya yang digunakan untuk TKDK yaitu sebesar Rp 1.896.817,78 atau sebesar 30,27 persen
dari total biaya usahatani. Adapun rincian biaya usahatani padi konvensional pada musim tanam
periode I Tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Biaya Usahatani Padi Konvensional pada Musim Tanam MT Periode I
Tahun 2009 RpHa
No Jenis Pengeluaran
Biaya Rp Persentase
1 Biaya Tunai
Biaya Variabel
- Benih
150.925,93 2,41
- Pupuk
Kimia 761.544,44
12,15 -
Pestisida Kimia
124.000,00 1,98
- Tenaga Kerja Luar Keluarga TKLK 2.380.041,47
37,99 Sub
Total 3.416.511,84
Biaya Tetap
- Sewa Traktor Ternak 179.400,00
2,86 Sub
Total 179.400,00
Total Biaya
Tunai 3.595.911,84
2 Biaya diperhitungkan
Biaya Variabel
- Tenaga Kerja Dalam Keluarga TKDK 1.896.817,78
30,27 Biaya
Tetap -
Sewa Lahan
695.000,00 11,09
- Penyusutan
Alat 77.520,44
1,24 Total
Biaya Diperhitungkan
2.669.338,22 Total
Biaya 6.265.250,06
100,00
Komponen dari biaya tunai yang memiliki proposi biaya paling besar selain TKLK ialah pada biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan pestisida dan
pupuk kimia. Biaya yang digunakan untuk pengadaan pupuk kimia lebih besar yaitu 12,15 persen dari total biaya usahatani atau sebesar Rp 1.719.137,69
sedangkan untuk biaya pengadaan pestisida kimia mengeluarkan biaya yang lebih rendah yaitu sebesar Rp 124.000,00 atau sebesar 1,98 persen dari total biaya
usahatani. Sisanya merupakan biaya yang dikeluarkan untuk sewa lahan sebesar 11,09 persen atau Rp 695.000,00, penyusutan alat sebesar 1,24 persen atau
sebesar Rp 77.520,44, biaya benih sebesar Rp 150.925,93 atau 2,4 persen, sewa traktordan ternak sebesar Rp 179.400,00 2,86 persen.
Informasi yang dapat diketahui dari tabel diatas ialah proporsi biaya tunai pada usahatani padi konvensional lebih besar dibandingkan proporsi biaya
diperhitungkan. Biaya tunai usahatani padi konvensional sebesar Rp 3.595.911,84 atau sebesar 57,35 persen sedangkan biaya diperhitungkannya sebesar Rp
2.669.338,22 atau 46,64 persen. Sama halnya dengan biaya tunai dan diperhitungkan pada usahatani padi sehat, yaitu biaya tunai yang dikeluarkan lebih
besar daripada biaya yang diperhitungkannya, untuk biaya tunai usahatani padi sehat sebesar Rp 6.276.178,89 80,17 persen dan biaya diperhitungkan usahatani
padi sehat sebesar Rp 1.552.739,63 19,83 persen. Hal ini menunjukan bahwa petani pada usahatani padi sehat secara finansial sangat bergantung pada
ketersediaan biaya tunai yang lebih besar dibandingkan dengan usahatani padi konvensional dalam pengadaan inputnya. Adapun rincian perbandingan biaya
pada kedua usahatani dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Analisis Perbandingan Biaya untuk Usahatani Padi Sehat dan Padi
Konvensional di Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong per Hektar
No Biaya Usahatani
Padi Sehat Padi Konvensional
Rp Rp 1 Biaya
Tunai 6.276.178,89 80.17
3.595.911,84 57,39 2 Biaya
Diperhitungkan 1.552.739,63 19,83
2.669.338,22 42.61 Total
Biaya 7.828.918,52
100,00 6.259.250,06
100,00
7.3.4. Analisis Penerimaan dan Pendapatan Usahatani