10
pemeriksaan faal paru ini adalah dengan menilai derajat keparahan hambatan aliran udara serta reversibilitasnya. Maka dengan ini para dokter bisa
mendiagnosa apakah seseorang itu menderita asma ataupun tidak. Banyak metode yang digunakan untuk menilai faal paru tetapi yang telah dianggap sebagai
standard pemeriksaan adalah: 1 Pengunaan Arus Puncak Ekspirasi meter APE dan 2 pemeriksaan spirometri. Sebenarnya pemeriksaan spirometri lebih
diutamakan kerana merupakan pemeriksaan hambatan jalan napas dan yang direkomendasi oleh GINA, 2014. Pengukuran volume ekspirasi paksa detik
pertama VEP1 dan kapasitas vital paksa KVP dilakukan dengan menggunakan manuver ekspirasi paksa melalui spirometri. Untuk mendapatkan hasil yang
akurat diambil nilai tertinggi dari 3 proses ekspirasi. Namun itu banyak penyakit yang boleh menurunkan nilai VEP1. Maka dari itu obstruksi jalan napas diketahui
dari nilai VEP1 prediksi dan atau rasio VEP1KVP . Sementara pemeriksaan dengan APE meter walaupun kurang tepat namun dapat dipakai
sebagai alternatif dengan memantau variabilitas harian pagi dan sore tidak lebih dari 20.
2.6.4. Pemeriksaan Lain Untuk Diagnosis
Uji provokasi sebaiknya dilakukan pada penderita dengan gejala asma dan faal paru yang normal. Hal in kerana pemeriksaan ini mempunyai sensitivitas
yang tinggi tetapi spesifisiti yang rendah. Berarti hasil yang negative boleh menyingkirkan kemungkinan dugaan asma tetapi hasil yang positif tidak selalu
bermakna bahawa penderita tersebut menghidapi asma.
2.7. Diagnosis Banding Asma
Penyakit asma memiliki beberapa diagnosa banding yang harus dikonfirmasikan terlebih dahulu sebelum mengambil sebarang keputusan dalam
membuat diagnosa pasti. Demikian adalah diagnosa banding dari penyakit asma :
11
Tabel 2.0 Diagnosa Banding Asma Sesuai Umur
2.8. Klasifikasi Serangan Asma
Asma dapat diklasifikan berdasarkan pola keterbatasan aliran udara dan berat penyakit. Klasifikasi asma berdasarkan berat penyakit penting untunk
mendapatkan terapi pengobatan dan perencanaan penatalakasaan jangka panjang yang tepat. Demikian merupakan klasifikasi asma berdasarkan derajat asma :
Umur tahun Penyakit
Gejala Klinis
25-40 Inhalasi benda asing
Bronkietasis Congenital heart disease
Kistik Fibrosis Mengi Unilateral
Batuk yang berulangan Cardiac murmur
Batuk yang
berlebihan disertai
dengan produksi
mukus yang kental 41-56
Chronic upper airway cough syndrome
Disfungsi pita suara Congenital heart disease
Batuk, rasa gatal dan hidung tersumbat
Stridor dan sesak napas Cardiac murmur
57 Emboli paru
Disfungsi pita suara Obstruksi jalan napas sentral
Sesak napas yang tiba-tiba Stridor dan sesak napas
Sesak napas yang tidak ada respon terhadap bronkodilator
12
Tabel 2.1 Klasifikasi Asma Sesuai Derajat
Derajat Asma Gejala
klinis pada siang hari
Gejala klinis
pada malam hari Eksaserbasi
Asma Pemeriksaan
Spirometri Intermitten
Kurang dari
1xminggu ≤2 kali setahun
Singkat dan tidak sering
VEP≥80 nilai prediksi
Variabiliti APE20
Persisten Ringan 1xminggu
tetapi 1xhari 2 kali sebulan
Kadang-kadang tetapi
mengganggu tidur
VEP≥80 nilai
prediksi Variabiliti APE
20-30 Persisten Sedang
Setiap hari 1xminggu
Kadang-kadang tetapi
mengganggu tidur
VEP60-80 nilai prediksi
Variabiliti APE30
Persisten Berat Terus-menerus
Sering Sering
VEP≤60 nilai prediksi
Variabiliti APE30
Sumber : GINA, 2011
2.9. Penatalaksaan Asma
Penatalaksaan asma penting supaya asma yang dideritai tidak bertambah parah. Sebenarnya penatalaksaan asma mempunyai beberapa tujuan seperti
mencegah eksersebasi akut serta meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin. Mencegah keterbatasan aliran udara serta kematian akibat
asma merupakan antara tujuan lain dari penatalaksaan asma WHO, 2010.Selain itu, pemberian pengobatan jangka masa akut serta panjang merupakan antara
komponen lain dalam penatalaksaan asma. Medikasi asma yang ditujukan untuk mencegah gejala obstruksi jalan napas terdiri atas pengontrol dan pelega.
Pengontrol controllers adalah medikasi asma jangka panjang yang harus diberikan setiap hari untuk mencapai keadaan asal yang terkontrol pada asma
13
persisten GINA, 2014. Berikut adalah contoh dari obat pengontrol yang lazim digunakan:
a kortikosteroid inhalasi dan sistemik b sodium kromoglikat
c leukotrien modifiers Manakala pelega reliever yang sering dianjurkan adalah antikolinergik
serta aminofilin. Tujuan daripada penggunaan pelega ini adalah sebenarnya untuk menstimulasi reseptor β2 pada saluran napas. Maka dari ini semua otot polos pada
saluran pernapasan akan berdilatasi. Akibatnya, keluhan sesak napas penderita akan berkurangan GINA, 2014.
3.0. Eksaserbasi Asma
Eksaserbasi asma adalah serangan asma yang kambuh atau asma akut akibat perburukan yang progresif terhadap gejala asma yang utama seperti sesak
nafas, batuk serta wheezing atau kombinasi dari beberapa gejala ini. Eksersebasi asma memiliki onset yang berlangsung secara progresive. Seiring dengan
eksaserbasi asma yang selalu menjadi gejala kambuhan adalah kesulitan pernapasan. Eksaserbasi ditandai dengan susahnya pengeluaran udara pada saat
ekspirasi. Eksaserbasi asma ini dapat disebabkan kerana kegagalan pengobatan jangka panjang akibat adanya pajanan terhadap faktor resiko penyakit asma itu
sendiri. Eksaserbasi asma dapat dibedakan menjadi ringan, sedang dan parah tergantung kepada tingkat keparahannya. Justeru itu, hal ini harus dievaluasi saat
menemukan pasien dengan eksaserbasi asma supaya penanganan yang diberikan bersifat cepat dan tepat. Eksaserbasi asma yang parah berpotensi menjadi kondisi
yang life threating dan memerlukan pengawasan pengobatan yang ketat. Oleh hal demikian, majoritas dari penderita eksaserbasi asma yang parah harus dirawat di
acute care facility Global Strategy for Asthma Management and Prevention, 2012
.
Berikut merupakan tabel mengenai derajat eksaserbasi asma :
14
Tabel 2.2. Derajat Keparahan Asma Eksaserbasi
No Gejala Klinis
Ringan Sedang
Berat 1
Sesak Napas Berjalan sesak
Dapat berbaring Berbicara
sesak Enak duduk
Istirahat sesak Duduk
membungkuk
2 Berbicara
Lancar Terputus-
putus Susah bicara
3 Kegelisahan
Tidak gelisah Kadang
gelisah Selalu gelisah
4 Frekuensi napas
Meningkat Meningkat
30 x menit 5
Otot bantu napas Tidak digunakan
digunakan Selalu
digunakan 6
Mengi Akhir ekspirasi
Ada Keras hilang
7 Nadi menit
100 100 -120
120 8
Pulsus paradoksus Tidak ada
10 mmHg 10-25 mmHg
25 mmHg 9
APE 80
60 –80
60 10
PO2 PCO2
SaO2 Normal
45 mmHg 95
60 mmHG 45 mmHg
91-95 60 mmHg
45 mmHg 90
Sumber : Stragesi Global untuk Penatalaksaan dan Pencegahan Asma, 2012
Terapi primer untuk eksaserbasi asma ini adalah pemberian obat inhalasi kerja cepat bronkodilator secara berulang dan pemberian glukokortikoid secara
sistemik dalam waktu yang singkat serta membaiki suplemen oksigen setelah menilai derajat keparahan eksaserbasinya. Adapun tujuan dari penanganan
terhadap asma eksaserbasi ini adalah untuk membebaskan obstruksi jalan napas dan mencegah hipoksia dengan secepat mungkin dan merencana pencegahan
kekambuhan.
15
BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Pada penelitian ini kerangka konsep penelitian mengenai profil penderita asma dewasa yang di rawat inap di RSUP.H.A.Malik akan dibahaskan
berdasarkan variabel kategorik dan numerik.
Usia Riwayat Keluarga
Jenis Kelamin Metode Pembayaran
Onset Derajat Serangan
Penatalaksaan Asma Penderita Asma Dewasa yang
di Rawat Inap
16
Tabel 3.2. Definisi Operasional
Variabel Definisi
Operasio nal
Cara Penguku
ran Alat
Ukur Hasil
Ukur Skala
Penguku ran
Usia Usia
penderita asma dewasa
pada saat didiagnosa
Rekam Medis
Rekam Medis
Sesuai dengan
pencatatan di r.medis
Interval
Jenis Kelamin
Jenis kelamin
penderita Rekam
Medis Rekam
Medis Laki laki
Perempuan Nominal
Riwayat Keluarga
Ada riwayat ahli keluarga
menderita masalah
yang sama Rekam
Medis Rekam
Medis i.Ada
riwayat keluarga
ii.Tidak ada riwayat
keluarga Nominal
Metode Pembayaran
Cara pembayaran
biaya perawatan
Rekam Medis
Rekam Medis
i.Biaya sendiri
ii.Asuransi kesehatan
ASKES iii.Ansuransi
swasta iii.Jaminan
kesehatan masyarakat
Nominal
Onset Saat
didiagnosa menderita
asma Rekam
Medis Rekam
Medis 5 tahun
5 tahun Ordinal
17
BAB4 METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian