9
dewasa sehinggakan aktifitas seharian mereka terganggu. Manakala pada anak yang menderita asma, rasa cepat letih selalu menjadi keluhan utama mereka
Nelson, 2007. Sebenarnya dalam mendiagnosa penyakit asma yang memainkan peranan
penting adalah anamnesis yang baik. Hal ini kerana menurut penelitian sekitar 80 dari diagnosa sesuatu penyakit ditentukan berdasarkan anamnesis yang tepat
dan baik. Pemeriksaan tambahan seperti pemeriksaan fisik dan faal paru hanya dilakukan untuk menkonfirmasi dugaan yang disangka serta meningkatkan nilai
diagnostik.
2.6.1. Anamnesis
Anamnesis yang baik dan tepat harus merangkumi beberapa pekara yang mencakup riwayat tentang penyakit gejala asma yaitu:
1. Apakah ada gejala asma seperti batuk, mengi, sesak napas yang episodik atau rasa berat di dada dan dahak yang berulang?
2. Apakah gejala asma yang timbul memburuk terutama pada malam atau dini hari?
3. Sejak kapan penyakit asma diderita? 4. Apakah asma yang dideritai muncul setelah paparan terhadap alergen?
5. Apakah ada respon positif terhadap pemberian bronkodilator?
2.6.2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik yang berupa auskultasi kelainan yang sering didapati adalah mengi. Namun pada sebagian penderita auskultasi dapat terdengar
normal walaupun pada pengukuran objektif faal paru terdapat penyempitan jalan napas. Oleh karena itu, pemeriksaan fisik akan sangat membantu dalam tujuan
diagnosa Chung, 2002.
2.6.3. Faal Paru
Pemeriksaan faal paru dikatakan merupakan baku emas dan sudah menjadi salah satu pemeriksaan yang sering dilakukan karena penderita asma sering tidak
mengenal gejala dan kadar keparahannya penyakit asmanya. Cara kerja dari
10
pemeriksaan faal paru ini adalah dengan menilai derajat keparahan hambatan aliran udara serta reversibilitasnya. Maka dengan ini para dokter bisa
mendiagnosa apakah seseorang itu menderita asma ataupun tidak. Banyak metode yang digunakan untuk menilai faal paru tetapi yang telah dianggap sebagai
standard pemeriksaan adalah: 1 Pengunaan Arus Puncak Ekspirasi meter APE dan 2 pemeriksaan spirometri. Sebenarnya pemeriksaan spirometri lebih
diutamakan kerana merupakan pemeriksaan hambatan jalan napas dan yang direkomendasi oleh GINA, 2014. Pengukuran volume ekspirasi paksa detik
pertama VEP1 dan kapasitas vital paksa KVP dilakukan dengan menggunakan manuver ekspirasi paksa melalui spirometri. Untuk mendapatkan hasil yang
akurat diambil nilai tertinggi dari 3 proses ekspirasi. Namun itu banyak penyakit yang boleh menurunkan nilai VEP1. Maka dari itu obstruksi jalan napas diketahui
dari nilai VEP1 prediksi dan atau rasio VEP1KVP . Sementara pemeriksaan dengan APE meter walaupun kurang tepat namun dapat dipakai
sebagai alternatif dengan memantau variabilitas harian pagi dan sore tidak lebih dari 20.
2.6.4. Pemeriksaan Lain Untuk Diagnosis