7
2.4. Epidemologi Asma
Menurut data studi Survei Kesehatan Rumah Tangga SKRT di berbagai provinsi di Indonesia pada tahun 1986 penyakit asma menduduki urutan kelima
dari sepuluh penyebab kesakitan morbiditas bersama-sama dengan bronkitis kronik dan emfisema. Asma merupakan penyakit kronik yang banyak diderita
oleh anak dan dewasa baik di negara maju maupun di negara berkembang. Sekitar 300 juta manusia di dunia menderita asma dan diperkirakan akan terus meningkat
hingga mencapai 400 juta pada tahun 2025 PDPI, 2011. Meskipun dengan pengobatan efektif angka morbiditas dan mortalitas
asma masih tetap tinggi. Satu dari 250 orang yang meninggal adalah penderita asma. Di negara maju meskipun sarana pengobatan mudah didapat, asma masih
sering tidak
terdiagnosis dan
tidak diobati
secara tepat.
Prevalensi asma di dunia sangat bervariasi dan penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa kekerapan asma semakin meningkat terutama di negara
maju. Studi di Australia, New Zealand dan Inggris menunjukkan bahwa prevalensi asma anak meningkat dua kali lipat pada dua dekade terakhir. Di
Amerika, National Health Survey tahun 2001 hingga 2009 mendapatkan prevalensi asma meningkat dari 7.3 20.3 juta orang pada tahun 2001 menjadi
8.2 24.6 juta orang di tahun 2009. Penelitian cross sectional International Study of Asthma and Allergies in Childhood ISAAC dan beberapa penelitian
pada orang dewasa menyimpulkan bahwa prevalensi asma di negara maju tidak meningkat dan bahkan cenderung menurun pada sepuluh tahun terakhir PDPI,
2011.
2.5. Faktor Resiko Asma
Terdapat banyak pekara yang mengakibatkan seseorang untuk menderita asma. Salah satu dari faktor resiko tersebut adalah faktor lingkungan. Menurut
Patino dan Martinez 2001, faktor lingkungan dan faktor genetik memainkan peran penting terhadap kejadian asma. Menurut Corne et al 2002, paparan
terhadap infeksi juga menjadi pencetus kepada asma terutamanya infeksi virus seperti rhinovirus. Sebenarnya allergen dan sensitisasi yang ada pada lingkungkan
8
dipertimbangkan menjadi dasar utama yang mengarahkan kepada terjadinya asma PDPI, 2011.
Selain faktor lingkungan, faktor lain seperti imunitas dasar turut berperan. Mekanisme imunitas terhadap kejadian inflamasi pada asma terjadi akibat
ekspresi sel Th2 yang berlebihan NHLBI, 2007. Etiologi asma dapat dibahagikan berdasarkan umur dan jenis kelamin. Insidensi tertinggi asma
biasanya terjadi pada usia 5-14 tahun iaitu sekitar 7-10. Sedangkan pada orang dewasa angka kejadian asma yang didapati adalah lebih rendah yaitu sekitar 3-5
Asthma and Allergy Foundation of America, 2010.
Dikatakan faktor genetik turut berperan dalam terjadinya asma kerana pembentukkan immunoglobin E. Akibat pelepasan zat aktif seperti histamin maka
terjadi kontraksi otot polos pada bronkus serta edema pada saluran pernapasan. Menurut Drazen et al 1999, sel mast turut memproduksi sisteinil leukotriene
yaitu C4, D4 dan E4. Leukotriene ini justeru apabila berikatan dengan reseptornya yang spesifik akan mengkaibatkan peningkatan permebialitas vaskular dan
hiperplasia kelenjar serta hipersekresi mukus. Faktor host yang lain seperti obesitas dikatakan turut berkontribusi
terhadap terjadinya asma. Hal ini justeru telah dibuktikan dari banyak penelitian yang mendapatkan bahawa seseorang yang obesitas mempunyai pelbagai
mediator tertentu di dalam sel lemak misalnya leptin yang mempengaruhi fungsi saluran pernapasan dan meningkatkan kecenderungan timbulnya asma NHLBI,
2007.
2.6. Diagnosis Asma