Baja Tulangan TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL Jl. Ir Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta Telp. 0271 647069 Fax. 662118

2.4. Baja Tulangan

Baja tulangan polos adalah batang prismatis bertampang bulat, persegi, lonjong dan lain-lain dengan permukaan licin. Penggunaan baja polos untuk penulangan, kelekatan dianggap sebagai adhesi antara pasta beton dan permukaan baja. Tegangan tarik yang relatif rendah di dalam tulangan akan menimbulkan selip yang cukup untuk menghilangkan adesi, sehingga pergeseran relatif antara tulangan dengan beton sekelilingnya hanya ditahan oleh gesekan di sepanjang daerah selip. Wang, 1993:9 Sifat fisik baja tulangan yang paling penting untuk digunakan dalam hitungan perencanaan beton bertulang adalah modulus elastisitas E dan tegangan leleh baja fy. Tegangan leleh baja adalah tegangan baja pada saat peningkatan regangan tidak lagi disertai oleh peningkatan tegangannya. Berdasarkan tegangan ijin tulangan dibedakan atas baja lunak dan baja keras, seperti pada Tabel 2.3. Tabel 2.3 Mutu Baja Tulangan Mutu Baja Tulangan Sebutan Tegangan leleh karakteristik yang memberikan regangan tetap 0,2 2 , s kgcm 2 LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL Jl. Ir Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta Telp. 0271 647069 Fax. 662118 U 22 U 24 U 32 U 39 U 48 Baja lunak Baja lunak Baja sedang Baja keras Baja keras 2200 2400 3200 3900 4800 Sumber : Peraturan Beton Indonesia 1971NI-2, Tabel 3.7.1 : 29 Di dalam setiap struktur beton bertulang, harus dapat diusahakan supaya tulangan baja dan beton dapat mengalami deformasi secara bersamaan, dengan maksud agar terdapat ikatan yang kuat diantara keduanya. Jenis baja yang sering digunakan untuk bahan struktur bangunan sipil adalah baja karbon lunak kandungan karbon 0,3-0,59 persen. Baja karbon merupakan material yang daktail, artinya mampu mengalami deformasi besar tanpa mengalami keruntuhan. Sifat daktail baja dapat diketahui dari diagram tegangan-regangan stress-strain dari hasil uji tarik maksimal seperti Gambar 2.1. berikut ini : Gambar 2.1. Diagram Tegangan-regangan Hasil Uji Tarik Baja Tegangan pada titik A dinamakan batas proposional propotional limit dari baja. Garis O-A merupakan fase elastis dimana kemiringan garis O-A LABORATORIUM BAHAN BANGUNAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL Jl. Ir Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta Telp. 0271 647069 Fax. 662118 menunjukan modulus elastisitas baja atau modulus young E. sampai kepada batas proposional berlaku Hukum Hooke yang dinyatakan oleh persamaan 2.1. e s . E = ………………………………………………….......2.1 yang secara mudah berarti bahwa tegangan s berbanding lurus dengan regangan e , dimana tetapan pembanding adalah E. garis A-B merupakan daerah plastis dimana setelah mencapai titik B tegangan dan regangan meningkat kembali sehingga mencapai tegangan dan regangan maksimum di titik C yang disebut tegangan ultimit kuat tarik baja. Garis B-C merupakan fase pengerasan hardening, dimana setelah melewati titik C tegangan mulai menurun dan akhirnya baja putus di D.

2.5. Sifat-sifat Beton