POTENSI ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN TEMBAKAU

11 intermediate dengan menghambat enzim dalam biosintesis dari substansi berbeda Berdy 2005. 4. Menginaktivasi fungsi material genetik Komponen bioaktif dapat mengganggu pembentukan asam nukleat RNA dan DNA dan menyebabkan terganggunya transfer informasi genetik yang selanjutnya akan menginaktivasi atau merusak materi genetik sehingga terganggunya proses pembelahan sel untuk pembiakan. Kemampuan suatu zat antibakteri tersebut dipengaruhi oleh faktor antara lain: 1 konsentrasi zat antibakteri; 2 waktu penyimpanan; 3 suhu lingkungan; 4 sifat-sifat fisik dan kimia makanan termasuk kadar air, pH, jenis, dan jumlah senyawa di dalamnya Fardiaz 1989. Mekanisme kerjanya secara umum adalah merusak dinding sel seperti penisilin; sefalosporin; dan vankomisin, mengganggu permeabilitas sel seperti penisilin, sefalosporin, vankomisin, dan menghambat sintesis protein dan asam nukleat seperti kloramfenikol; rifampisin; dan asam Fardiaz et al. 1987. Pengujian aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan menggunakan bakteri uji S. aureus Gram positif dan E .coli Gram negatif. Perbandingan sifat kedua jenis bakteri tersebut disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Perbedaan bakteri Gram positif dan negatif Ciri-ciri Perbedaan Gram positif Gram negatif Struktur dinding sel Tebal 5-80 nm dan berlapis tunggal mono Tipis 10-15 nm dan berlapis tiga multi Komposisi dinding sel Kandungan lipid rendah 1-4, peptidoglikan berlapis tunggal, dan komponen utama lebih besar dari 50 berat kering Kandungan lipid tinggi 11-21, peptidoglikan di dalam lapisan kaku, jumlah sedikit 10 berat kering Kerentanan terhadap penisilin Lebih rentan Kurang rentan Resisten terhadap gangguan fisik Lebih resisten Kurang resisten Sumber : Pelczar Chan 1998 Staphylococcus aureus S.aureus tergolong bakteri Gram positif, berbentuk kokus dengan diameter 0.7-0.9 µ m, pola penataan sel berbentuk bola berpasangan, dapat hidup secara aerob maupun anaerob fakultatif, bersifat non motil dan tidak membentuk spora. Bakteri ini sering ditemukan pada makanan berprotein tinggi. Koloni bakteri ini berwarna putih sampai kuning keemasan. Tumbuh optimum pada suhu 37ºC, pH 7.0-7.5, dan tumbuh dengan baik pada larutan NaCl 15 Todar 2004. S. aureus dapat menyebabkan penyakit. Bakteri ini memiliki kemampuan melakukan pembelahan, dan menyebar luas ke dalam jaringan serta mampu memproduksi bahan ekstra 12 seluler seperti katalase, koagulase, eksotoksin, lekosidin, toksineksfoliatif, Toksin Syndroma Shock Toxic, dan enterotoksin Brooks et al 2001. Escherichia coli E. coli merupakan mikroba dari famili Enterobactericeae yang normal terdapat di saluran pencernaan hewan dan manusia. Bakteri ini berbentuk batang berukuran 2-6 µm, bersifat anaerob fakultatif dan tergolong bakteri Gram negatif. Bakteri ini tumbuh optimum pada suhu 37ºC, dan pH 7.0-7.5 Burcharan dan Ghibbons 2000. Beberapa strain E.coli bersifat patogen penyebab infeksi, antara lain infeksi saluran pencernaan, infeksi saluran kemih, dan meningitis Todar 2004. Penelitian oleh Palic et al. 2002 dan Stojanovic et al. 2000 menunjukkan adanya perbandingan aktivitas antibakteri ekstrak dan minyak atsiri dari tembakau Prilep dan Oltja seperti terlihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Pada tabel tersebut terlihat bahwa minyak atsiri memiliki kemampuan antibakteri yang lebih baik. Tabel 3. Perbandingan diameter zona hambat mm aktivitas antibakteri oleh ekstrak dan minyak atsiri daun tembakau jenis Prilep Bakteri Minyak Atsiri Ekstrak Standar Daun bagian tengah Daun bagian atas Daun bagian tengah 100 mgml Daun bagian atas 100 mgml Thymol 10 mgml E. coli S. aureus P. aeruginosa 15.0 15.2 15.2 14.0 14.8 14.8 14.4 13.8 - - 14.6 14.4 23.8 24.6 24.2 Sumber: Palic et al. 2002 Tabel 4. Perbandingan diameter zona hambat mm aktivitas antibakteri oleh ekstrak dan minyak atsiri daun tembakau jenis Oltja Bakteri Minyak Atsiri Ekstrak Standar Daun bagian tengah Daun bagian atas Daun bagian tengah 100 mgml Daun bagian atas 100 mgml Thymol 10 mgml E. coli S. aureus P. aeruginosa 15.0 15.4 15.4 20.0 24.4 20.2 - 16.2 - 14.4 - - 23.8 24.6 24.2 Sumber: Stojanovic et al. 2000 13 III. METODOLOGI

A. BAHAN DAN ALAT

Bahan baku utama yang digunakan pada penelitian ini adalah daun tembakau Temanggung varietas Genjah Kemloko yang dipetik dari batangnya pada bagian atas dan tengah sampel A serta bagian bawah sampel B Gambar 1. Sampel A merupakan daun tembakau yang sering digunakan dalam pembuatan rokok skala industri. Umumnya daun tersebut memiliki penampakan yang baik, ujung daunnya tidak menggulung, berwarna hijau, dan tebal. Sementara itu, sampel B merupakan daun sortiran yang oleh masyarakat Temanggung dikenal dengan istilah dendeng tembakau. Warna daunnya hijau kekuningan dan sedikit coklat yang mencirikan bahwa tanaman tersebut sulit mendapat sinar matahari karena terletak pada bagian bawah batang tanaman. Penggunaan kedua jenis kualitas tersebut adalah untuk membandingkan potensinya dalam hal aktivitas antibakteri. Hal itu diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perbandingan aktivitas antibakteri daun tembakau yang bernilai ekonomi sampel A dan daun tembakau sortirandendeng tembakau sampel B yang bernilai jual rendah. Kedua jenis sampel tersebut telah dikeringkan di bawah sinar matahari selama 2 hari. Selang waktu itu merupakan periode rata-rata penjemuran daun tembakau di Temanggung sebelum dijual kepada tengkulak tembakau. Setelah kering, daun tembakau dipisahkan dari batang daunnya dan dihaluskan hingga berukuran 60 mesh yang telah disesuaikan dengan metode yang digunakan oleh Yaqin et al. 2006. Hal itu bertujuan memperluas permukaan sampel untuk mengefisiensikan penggunaan pelarut dalam proses ekstraksi Harborne 1993. Gambar 1. Sampel daun tembakau yang digunakan sebagai bahan pengujian aktivitas antibakteri Pada proses ekstraksi daun tembakau digunakan pelarut etanol teknis 96 dan bahan pendukung berupa air dan es batu. Sementara itu, bahan penunjang lainnya dalam pengujian aktivitas antibakteri menggunakan aquades, nutrient agar, NaCl, alkohol 70, tripton, yeast extract, bakteri uji Staphlylococcus aureus dan Escherichia coli, tetrasiklin kontrol positif uji antibakteri, dan dimetil sulfoksida DMSO. Pada persiapan awal bahan baku digunakan blender untuk menghasilkan tembakau serbuk. Selanjutnya, pada pengujian kadar air bahan baku digunakan oven dan cawan-cawan alumunium. Sementara itu, pada proses ekstraksi daun tembakau digunakan rangkaian alat soxlet, shaker, kertas saring, peralatan gelas, sudip, dan vacuum rotary evaporator. Sampel A Sampel B 14 Alat-alat lainnya yang digunakan pada pengujian aktivitas antibakteri meliputi cawan gelas, gel puchner dengan diameter 3 cm, ose, peralatan gelas, pipet mikro volume 20-200 µ L, gelas ukur, sudip, batang pengaduk stirrer, oven, shaker incubator, oven inkubator, pembakar Bunsen, alumunium foil, plastik wrap, karet gelang, korek api, kain kasa, dan kapas.

B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

Waktu penelitian dimulai sejak September hingga Oktober tahun 2010. Penelitian dilakukan di laboratorium kimia analitik, Departemen Kimia, dan laboratorium Biokimia, Departemen Biokimia, FMIPA IPB.

C. PROSEDUR PENELITIAN

Penelitian ini terdiri atas analisis kadar air, ekstraksi daun tembakau dengan metode soxletasi, analisis fitokimia hasil ekstrak, dan uji aktivitas antibakteri dari ekstrak yang didapat. Diagram alir penelitian secara ringkas dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Diagram alir penelitian

1. Analisis Kadar Air

Penelitian pendahuluan meliputi penentuan analisis kadar air sampel daun tembakau. Sebanyak 3 gram sampel A dan B yang telah ditimbang sebelumnya dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 105 o C. Selanjutnya kedua sampel tersebut ditimbang lagi hingga diperoleh bobot akhir yang stabil. Perhitungan kadar air dapat dirumuskan dengan persamaan 1. Tembakau serbuk sampel A dan B Analisis kadar air Ekstraksi soxletasi dengan pelarut etanol Analisis fitokimia alkaloid, flavonoid, terpenoid dan steroid Ekstrak Uji daya hambat ekstrak terhadap pertumbuhan bakteri S.aureus, E. coli 20, 40, 60, 80, 100 15 Kadar air = bobot sampel awal b – bobot akhir c-bobot wadah a 1 bobot sampel awal b

2. Proses Ekstraksi Daun Tembakau

Metode ekstraksi tembakau yang digunakan pada penelitian ini adalah metode soxletasi dengan pelarut etanol alkohol teknis 96. Proses ekstraksi tersebut menggunakan tembakau serbuk TS sampel A dan B sebanyak 10 g dilarutkan masing- masing dalam 100 ml pelarut dan dimasukkan dalam alat soxhlet. Soxletasi dilakukan selama 90 menit dengan suhu 85˚C dan dilanjutkan evaporasi pada suhu 50 o C.

3. Perhitungan Rendemen Hasil Ekstrak

Hasil ekstraksi yang diperoleh dihitung rendemennya dengan persamaan 2. Rendemen = WWo x 100 ww 2 Keterangan: W = berat ekstrak g Wo = berat bahan yang diekstrak g Ukuran sampel tembakau kering = 40 mesh

4. Analisis Fitokimia Harborne 1987

Alkaloid Sebanyak 1 gram ekstrak sampel A dan B masing-masing dilarutkan dengan 5 ml kloroform dan beberapa tetes NH 4 OH dan disaring. Selanjutnya ditambahkan 10 tetes H 2 SO 4 2M yang akan membentuk lapisan asam pada bagian atasnya. Pada lapisan tersebut diteteskan pereaksi Meyer hingga membentuk endapan putih, pereaksi Wagner hingga berwarna coklat, dan pereaksi Dragendrof hingga berwarna merah jingga. Flavonoid Sebanyak 0.1 gram ekstrak sampel sampel A dan B masing-masing ditambahkan 1 mL metanol dan dididihkan selama 1 menit. Terbentuknya , warna merah pada filtrat setelah penambahan 3 tetes H 2 SO 4 menunjukkan adanya flavonoid Steroid dan terpenoid Sebanyak 0.1 gram ekstrak sampel sampel A dan B masing-masing ditambahkan 5 mL etanol lalu dipanaskan pada suhu 50°C dan disaring. Filtratnya diuapkan lalu ditambah 5 tetes eter. Lapisan eter ditambah pereaksi Liebermen Buchard 3 tetes asam pekat lalu 1 tetes H 2 SO 4 pekat. Larutan dikocok perlahan lalu dibiarkan beberapa menit. Warna merah atau ungu menunjukkan kandungan terpenoid pada sampel, sedangkan warna hijau menunjukkan kandungan steroid.

Dokumen yang terkait

Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol serta Fraksi n-Heksana Etilasetat dan Air Herba Kurmak Mbelin (Enydra fluctuans Lour.)

1 75 100

Uji Aktivitas AntiBakteri Ekstrak n-Heksan Dan Etilasetat Serta Etanol Dari Talus Kappaphycus alvarezii (Doty) Terhadap Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus

4 78 71

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak n-heksana Etilasetat dan Etanol Dari Rumput Laut Coklat (Sargassum polycystum C.Agardh.) Terhadap Bakteri Propionibacterium acne dan Staphylococcus epidermidis

8 127 76

Skrining Fitokimia Dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak n-Heksana Dan Etilasetat Serta Etanol Alga Merah (Galaxaura oblongata)

4 76 89

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Ruku-Ruku (Ocimum sanctum L.) dan Formulasi Sediaan Obat Kumur-Kumur

30 152 78

Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi-Fraksi Ekstrak Etanol Herba Ranti (Solanum nigrum Linn) dan Isolasi Senyawa Dari Fraksi Aktif

9 64 97

Karakterisasi dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Tanaman Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth.) Terhadap Beberapa Bakteri

7 47 83

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Binara Dan Ekstrak Etanol Daun Ulam-Ulam Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Dan Escherichia Coli

8 82 96

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak N-Heksana, Etil Asetat Dan Etanol Teripang(Holothuria Scabra Jaeger) Terhadap Staphylococcus Aureus Dan Pseudomonas Aeruginosa

1 25 94

Aktivitas antibakteri ekstrak tembakau temanggung varietas genjah kemloko

1 14 50