TEMBAKAU TEMANGGUNG Aktivitas antibakteri ekstrak tembakau temanggung varietas genjah kemloko

7 Warna biji : Coklat Umur panen : 120 – 140 hst Potensi hasil : 704 ± 280 KgHa Indek mutu : 40,28 ± 5,42 Indek tanaman : 28,38 ± 12,81 Kadar nikotin : 5,52 ± 3,46 Kadar gula : 2,96 relatif sedang Ketahanan terhadap penyakit : - Bakteri P.solanacearum : Tahan - Jamur P. Nicotianane : - - Nematoda Meloidogyne ssp : Tahan Keterangan : Pembeda sifat antara Kemloko 1 dan Kemloko 2 3. Kemloko 3 Asal : Persilangan : Sindoro 1 x Coker 51 Metode penulisan : Back Cross 2 kali Habitus : Silindris Tinggi tanaman cm : 148,77 – 164,43 Panjang ruas : Rapat Warna batang : Hijau Bulu batang : Berbulu Jumlah daun produksi : 18,90 – 21,97 lembar Sudut daun : Tegak Ujung daun : Runcing Tepi daun : Berombak Permukaan daun : Rata Tebal daun : Tipis Warna daun : Hijau Phylotaxi : 38 Tangkai daun : Duduk Sayap : Lebar Telinga : Lebar Panjang daun : 37,57 – 49,15 cm Lebar daun : 20,99 – 24,96 cm Bentuk daun : Lonjong Index daun : 0,505 – 0,508 Umur berbunga : 89,33 – 99,33 hst Warna mahkota bunga : Merah muda Warna kepala sari : Krem Bentuk buah : Bulat telur Warna biji : Coklat Umur panen : 119 – 139 hst Potensi hasil : 695 ± 160 KgHa Indek mutu : 36,01 ± 7,01 Indek tanaman : 25,50 ± 9,49 Kadar nikotin : 6,02 ± 3,72 8 Kadar gula : 1,98 relatif sedang Ketahanan terhadap penyakit : - Bakteri P.solanacearum : Sangat tahan - Jamur P. Nicotianane : - - Nematoda Meloidogyne ssp : Tahan - Keterangan : Pembeda sifat antara Kemloko 2 dan Kemloko 3

C. EKSTRAKSI DAUN TEMBAKAU

Ekstraksi daun tembakau menghasilkan ekstrak daun tembakau yang berupa senyawa volatil dan semi volatil yang menjadi penentu standar kualitas tembakau dengan kekhasan aroma yang dimilikinya. Jenis senyawa pada ekstrak tersebut beragam komposisinya di setiap hasil ekstrak, tergantung karakteristik perlakuan pendahuluan bahan yang dikenakan sebelumnya. Menurut Peng et al. 2004, adanya proses fermentasi daun tembakau berpengaruh terhadap hasil ekstrak yang dihasilkan. Senyawa volatil dan semi volatil pada tembakau dapat diperoleh melalui metode ekstraksi pelarut solvent extraction dan distilasi distillation Podlejski et al. 1983. Umumnya, digunakan pelarut etanol untuk mnghasilkan komponen bioaktif dari daun tembakau pada metode ekstraksi pelarut Xin et al. 2006. Sementara itu, metode distilasi hanya menggunakan pelarut berupa air Podlejski et al 1983. Namun demikian, adanya kombinasi kedua metode tersebut steam distillation and extraction merupakan metode terbaik yang paling umum digunakan Peng et al. 2004. Steam distillation secara khusus tidak efektif digunakan karena memerlukan banyak pelarut dan kemungkinan terjadinya kehilangan loss pada produk juga besar Blanch et al. 1993. Begitu pula metode headspace co-distillation yang tidak efektif karena rendemen akhirnya tidak optimal. Efektivitas penggunaan metode SDE steam distillation and extraction untuk ekstraksi tembakau dibandingkan metode SD steam distillation dan HCD headspace co-distillation dapat dilihat berdasarkan jumlah rendemen yang tinggi pada metode SDE yaitu 445.48 ml100 g, 228.42100 g ml, dan 315.72 ml100 g Peng et al. 2004. Metode ekstraksi pelarut umumnya menggunakan kondisi suhu 50˚C dengan refluks hingga 4 kali berpelarut diklorometan selama 3 jam Wu et al. 1992. Sementara itu metode SDE menggunakan suhu 60˚C selama 2.5 jam Schultz et al. 1997. Dibandingkan kedua metode tersebut, metode HCD memerlukan suhu yang paling tinggi yaitu 130˚C selama 3 jam Kim et al. 1982. Sementara itu, metode SDE-2 tahap berperan penting dalam menangkap senyawa aromatik pada tembakau berupa solanon dibandingkan metode tradisional. Metode tersebut terdiri atas ekstraksi SDE selama 4 jam pada pH 5.5. Setelah itu ekstrak diasamkan hingga pH 2.5 dengan penambahan diklorometan Yaqin et al. 2006. Ekstraksi tembakau juga dapat dilakukan dengan cara hidrodistilasi dan superkritik CO 2 Stojanovic et al. 2000. Ekstraksi superkritik CO 2 bahkan telah dipatenkan sebagai cara terbaik untuk menghilangkan senyawa nikotin pada hasil ekstraksi tembakau oleh Roselius et al. 1979. Ekstraksi superkritik CO 2 itu pada tembakau Oltja dapat menghasilkan rendemen hingga 1.8 dan 2.5 untuk daun tembakau bagian tengah dan atas Stojanovic et al. 2000. Kandungan senyawa dalam ekstrak daun tembakau dapat diketahui dengan penggunaan gas chromatography-mass spectrometry GC-MS Cai et al 2002. Berdasarkan analisis GC-MS diketahui bahwa ekstrak tembakau mengandung alkaloid Andersen et al. 1280. Gabungan 9 alkaloid dan nitrat dengan bentuk nitrosamin dapat menimbulkan risiko karsinogenik Brunnemann et al. 1991. Kandungan nikotin yang juga merupakan senyawa alkaloid pada tembakau yang digunakan sebagai rokok dikenal dapat memicu timbulnya penyakit kanker paru- paru, sesak nafas, gigi kuning, kerusakan jaringan, leukoplakia, resiko kanker mulut, dan penurunan kemampuan indra pengecap DerMarderosian 2001. Secara sederhana, komposisi kimia ekstrak daun tembakau dapat dilihat pada Tabel 1. Namun demikian, tembakau juga dikenal sebagai tanaman herbal yang bermanfaat. Hal itu dapat diperkuat dengan diketahuinya senyawa kimia pada tembakau yang bersifat antioksidan Miller 1973 dan juga antibakteri Khidyrovaet al. 2002. Senyawa antibakteri pada tembakau yang diketahui berdasarkan penelitian sebelumnya misalnya flavonoid Machado et al. 2010 dan minyak atsiri essential oil Palic et al. 2002. Minyak atsiri tersebut dapat diperoleh melalui proses distilasi air selama 4 jam yang kemudian diekstrak menggunakan kloroform dan selanjutnya dikeringkan dengan anhidrat Na 2 SO 4 . Pelarut yang tersisa dapat dihilangkan dengan cara vakum distilasi. Total rendemen minyak atsiri berdasarkan perlakuan itu dapat mencapai 0.13 untuk daun bagian atas dan 0.05 untuk daun bagian tengah Stojanovic et al. 2000. Sementara itu, penelitian sebelumnya terkait rendemen ekstrak daun tembakau terhadap Tembakau Virginia, Burley, dan Turkish adalah 0.18 , 0.40, dan 0.08 disertai adanya aroma yang khas. Adanya aroma yang khas itu dipengaruhi oleh komposisi senyawa minyak atsiri yang terdiri atas neophytadien sebagai senyawa utama untuk daun tembakau bagian tengah dan atas 20.4 dan 20.7. Tabel 1. Komposisi senyawa pada daun Tembakau Sumber: Podlejski Olejniczak 1983

D. POTENSI ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN TEMBAKAU

Senyawa kimia dalam tanaman dapat bersifat antibakteri yaitu mampu menghambat pertumbuhan bakteri Pelczar Chan 1998. Hal itu diuraikan oleh Pelczar et al. 1993 bahwa Komponen Komposisi bk Total nitrogen 2,20 Protein nitrogen protein 1,58 Nikotin 0,67 Nitrogen dari asam α-amino 0,30 Air terlarut karbohidrat 25,9 Selulosa 12,3 Pektin 13,4 Polypentose 4,90 Minyak atsiri 0,13 Resin yang diektrak menggunakan benzena 7,42 Resin yang diektrak menggunakan petroleum eter 6,20 Polyphenol 4,39 Volatile karbonil asetaldehid 0,26 Asam organic 9,12 - Asam oxalic 2,18 - Asam citric 1,27 - Asam malat 4,57 - Asam volatile 1,12 pH dari air yang terekstrak 5,54 Abu 15,4 10 beberapa senyawa metabolit sekunder yang meliputi fenol dan senyawa fenolik, alkaloid, dan minyak atsiri essential oil memiliki sifat antibakteri. Antibakteri digambarkan sebagai produk alami organik dengan berat molekul rendah dibentuk oleh mikroorganisme dan tumbuhan yang aktif melawan mikoroganisme lain pada konsentrasi rendah. Pengembangan aktivitas ini melalui jumlah terbatas dari mekanisme antibakteri yang dapat mempengaruhi sintesis dinding sel, integritas membran sel, sintesis protein, replikasi DNA dan repair, transkripsi, dan metabolit intermediate Wax et al. 2008. Berdasarkan cara kerjanya, antibakteri dibedakan menjadi bakterisidal dan bakteriostatik. Bakteriostatik adalah zat yang bekerja menghambat pertumbuhan bakteri sedangkan bakterisidal adalah zat yang bekerja mematikan bakteri. Beberapa zat antibakteri bersifat bakteriostatik pada konsentrasi rendah dan bersifat bakterisidal pada konsentrasi tinggi Chomnawang et al 2005. Mekanisme penghambatan mikroorganisme oleh senyawa antibakteri dapat disebabkan oleh beberapa cara, antara lain: 1. Menganggu pembentukan dinding sel Mekanisme ini disebabkan karena adanya akumulasi komponen lipofilat yang terdapat pada dinding atau membran sel sehingga menyebabkan perubahan komposisi penyusun dinding sel. Terjadinya akumulasi senyawa antibakteri dipengaruhi oleh bentuk tak terdisosiasi. Pada konsentrasi rendah molekul-molekul phenol yang terdapat pada minyak thyme kebanyakan berbentuk tak terdisosiasi, lebih hidrofobik, dapat mengikat daerah hidrofobik membran protein, dan dapat melarut baik pada fase lipid dari membran bakteri. 2. Bereaksi dengan membran sel Komponen bioaktif dapat mengganggu dan mempengaruhi integritas membran sitoplasma yang dapat mengakibatkan kebocoran materi intraseluler. Misalnya senyawa fenol dapat mengakibatkan lisis sel dan menyebabkan denaturasi protein, menghambat pembentukan protein sitoplasma dan asam nukleat, dan menghambat ikatan ATP-ase pada membran sel. 3. Menginaktivasi enzim Mekanisme yang terjadi menunjukkan bahwa kerja enzim akan terganggu dalam mempertahankan kelangsungan aktivitas bakteri sehingga mengakibatkan enzim memerlukan energi dalam jumlah besar untuk mempertahankan kelangsungan aktivitasnya. Akibatnya energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan menjadi berkurang sehingga aktivitas bakteri menjadi terhambat atau jika kondisi ini berlangsung lama akan mengakibatkan pertumbuhan bakteri terhenti inaktif. Efek senyawa antibakteri dapat menghambat kerja enzim jika mempunyai spesifitas yang sama antara ikatan komplek yang menyusun struktur enzim dengan komponen senyawa antibakteri. Metabolit sekunder akan memblok biosintesis dinding sel dengan menghambat kerja enzim dalam mensintesis komponen berbeda dari dinding sel. Jika metabolit ini dapat mempengaruhi integritas membran sel maka akan mengacaukan strukturnya atau menghambat fungsi dari membran bakteri tersebut. Antibakteri yang mempengaruhi sintesis protein bertindak sebagai perusak unit ribosom, mengikat pada unit 50S dan mencegah translasi dan mengikat unit 30S menyebabkan terjadinya kesalahan translasi, memproduksi racun, dan mempengaruhi protein. Senyawa antibakteri akan mempengaruhi fungsi replikasi DNA dan repair, menghambat enzim girase, dan topoisomerase dan N- metiltransferase. Akhirnya, beberapa senyawa antibakteri mengganggu metabolisme

Dokumen yang terkait

Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol serta Fraksi n-Heksana Etilasetat dan Air Herba Kurmak Mbelin (Enydra fluctuans Lour.)

1 75 100

Uji Aktivitas AntiBakteri Ekstrak n-Heksan Dan Etilasetat Serta Etanol Dari Talus Kappaphycus alvarezii (Doty) Terhadap Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus

4 78 71

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak n-heksana Etilasetat dan Etanol Dari Rumput Laut Coklat (Sargassum polycystum C.Agardh.) Terhadap Bakteri Propionibacterium acne dan Staphylococcus epidermidis

8 127 76

Skrining Fitokimia Dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak n-Heksana Dan Etilasetat Serta Etanol Alga Merah (Galaxaura oblongata)

4 76 89

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Ruku-Ruku (Ocimum sanctum L.) dan Formulasi Sediaan Obat Kumur-Kumur

30 152 78

Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi-Fraksi Ekstrak Etanol Herba Ranti (Solanum nigrum Linn) dan Isolasi Senyawa Dari Fraksi Aktif

9 64 97

Karakterisasi dan Skrining Fitokimia serta Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Tanaman Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth.) Terhadap Beberapa Bakteri

7 47 83

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Binara Dan Ekstrak Etanol Daun Ulam-Ulam Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Dan Escherichia Coli

8 82 96

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak N-Heksana, Etil Asetat Dan Etanol Teripang(Holothuria Scabra Jaeger) Terhadap Staphylococcus Aureus Dan Pseudomonas Aeruginosa

1 25 94

Aktivitas antibakteri ekstrak tembakau temanggung varietas genjah kemloko

1 14 50