Mata Pencaharian Sosial Ekonomi Petani HR .1 Sebaran Umur Petani HR

sendiri hanya 10. Untuk mendorong petani HR lebih mandiri dalam pengadaan tanaman perlu pelatihan untuk pembibitan yang sederhana dan murah.

5.3.2 Penanaman

Kegiatan penanaman sengon di HR desa Kesenet cukup bervariasi ada yang melaksanakan dengan cara sekaligus di lahan yang mereka miliki 23,3, dengan cara sesuai kebutuhan 23,3, dengan cara tambal sulam 15 dan dengan cara lainnya 18,3. Jarak tanam yang diterapkan cukup bervariasi, sebagian besar menerapkan jarak tanam 3x4 m 30,0, selebihnya tidak tentu yaitu dengan jarak tanam 5x5 m, 4x5 m, 4x4 m dan 3x3 m.

5.3.3 Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan petani HR sengon meliputi pemupukan, pendangiran serta pengendalian terhadap hama penyakit sengon. Sebagian besar pupuk yang digunakan petani adalah pupuk kandang dari kotoran sapi dan kambing yang mereka peroleh dari kandang hasil peternakan sendiri serta pupuk anorganik seperti urea dan NPK yang mereka beli di toko pupuk tanaman. Pemupukan ini rutin dilakukan tiap bulan pada tahun pertama penanaman sengon. Pemupukan pada tanaman pertanian atau perkebunan yang di sela-sela tanaman sengon dilakukan setelah 1 tahun pemupukan sengon. Pendangiran pada saat tanaman sengon berumur 0 - 2 tahun dilakukan tiap satu bulan sekali. Saat tanaman berumur dua tahun ke atas pendangiran dilakukan tiap enam bulan sekali. Penjarangan ranting atau dahan dilakukan tiap enam bulan sekali. Pengendalian hama sengon terhadap ulat kantong yang menyerang daun sengon dilakukan dengan cara tradisional seperti mengasapi tanaman sengon dari pengapian semak-semak yang sengaja dibakar di sekitar tanaman sengon dan penyemprotkan atau menyuntikan cairan insektisida. Pengendalian penyakit sengon berupa karat puru yang hampir menyerang semua tanaman sengon di Desa Kesenet dilakukan dengan cara memotong bonggolan karat puru yang biasanya berbentuk tumor atau memangkas bagian cabang, ranting atau dahan yang terkena karat puru. Serangan yang paling vital terjadi saat karat puru menyerang bagian batang utama pohon sengon karena menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan sengon sangat lambat. Biasanya petani terpaksa harus memotong batang utama agar bisa mengoptimalkan waktu untuk ditambal sulam lagi dengan bibit yang baru.

5.3.4 Pemanenan

Kegiatan pemanenan dilaksanakan berdasarkan daur butuh dan banyaknya pohon yang dipanen disesuaikan dengan kebutuhan petani saat tertentu, tetapi ada juga memanenan berdasarkan daur tebang 6-7 tahun. Pemanenan tersebut dilakukan saat diameter batang sudah mencapai 23,33 cm sampai dengan 31,50 cm atau sudah mencapai ukuran permintaan pasar. Alat dalam kegiatan pemanenan menggunakan kapak, gergaji kayu atau gergaji mesin dan tambang. Pengadaan alat menjadi tanggung jawab pembeli dan hasil yang diperoleh umumnya dalam bentuk batang kayu gelondongan log. Petani menganggap kayu sengon lebih menguntungkan daripada kayu jati, mereka beralasan jenis sengon, lebih cepat tumbuh, lebih cepat panen dan lebih mudah pemasarannya. Dengan kata lain petani ingin lebih cepat memperoleh pendapatan dari lahan pertaniannya dan dirangsang oleh banyaknya tengkulak dan keberadaan industri pengolahan kayu sengon yang tersebar di setiap desa yang ada di wilayah kabupaten Banjarnegara.

5.3.5 Pemasaran

Dalam hal pemasaran, petani HR langsung menjual ke tengkulak, baik dalam bentuk log maupun pohon yang masih berdiri di lahan milik mereka. Biasanya dalam pelaksanaannya sebagian besar para tengkulak mendatangi para petani HR sengon untuk bernegosiasi dahulu. Sebagian petani HR menawarkan sendiri dengan cara mendatangi tengkulak dalam kondisi mendesak menjual kayunya. Harga jual kayu sengon sangat beragam. Biasanya penetapan harga berasal dari penawaran tengkulak. Harga kayu sengon berkisar Rp. 30.000 - 700.000 per batang dengan ukuran keliling batang pohonnya 40 cm - 100 cm. Harga jual per- m 3 yang ditetapkan tengkulak sekitar Rp. 100.000 per m 3 - Rp. 630.000 per m 3 . Beberapa tengkulak juga ada yang menetapkan harga borongan untuk semua tanaman sengon pada lahan petani. Penetapkan harganya oleh tengkulak biasa dilakukan dengan mensurvei terlebih dahulu untuk memperkirakan potensi tiap tegakan kayu sengon di lahan tersebut.