lingkungan seperti pelestarian tanah serta air yang pengelolaannya nanti diserahkan ke masyarakat petani pemilik lahan HR.
5.3.7 Harapan Petani HR
Masyarakat tani HR mengharapkan kegiatan penyuluhan yang berkaitan dengan pembangunan HR dapat dilakukan secara periodik dan materi yang
disampaikan tidak hanya mengenai bagaimana cara menangani serangga, hama dan penyakit sengon, tetapi kebutuhan yang lebih urgen yaitu bagaimana usaha
untuk menjaga tanaman sengon untuk dapat bertahan hidup melalui cara pengobatan yang lebih mudah, cepat serta murah dan aspek kegiatan pengelolaan
secara umum. Akibatnya saat ini sebagian petani menjadi mulai cenderung kembali
kepada usaha awal untuk mengkonversi lahannya dengan tanaman salak pondoh atau tanaman lainnya yang menurut pertimbangan mereka lebih prospek. Oleh
karena itu dukungan berbagai pihak stakeholder dalam usaha meningkatkan pengembangan HR pun sangat diharapkan masyarakat petani HR supaya usaha
sistem agroforestri yang ada dapat lebih produktif dengan jaminan sistem pemasaran yang lebih kondusif.
Dari segi ekonomi, petani HR berharap dapat sejahtera melalui sistem ini untuk pemenuhan kebutuhan alternatif keluarga mereka dalam hal pangan,
sandang, papan dapat meningkat penghasilan tambahan dari kayu sengon. Ditinjau dari aspek ekologi, petani berharap suatu saat program gerakan
menanam sengon seluas 30 dari luas wilayah desa dan program “tebang satu pohon tanam lima pohon” dapat dilaksanakan lebih lanjut, melalui terciptanya
manfaat ekologi kayu sengon dengan tujuan pencegah longsoran pada tepian sungai, pencegah banjir dan sumber air tanah dapat dipertahankan.
5.4 Potensi HR Desa Kesenet 5.4.1 Potensi Kayu HR Sengon
Hasil pendugaan potensi tegakan sengon di Desa Kesenet berdasarkan intensitas sampling 3,10 dan sampling error 35,82 berkisar antara 50,99
sampai dengan 107,55 m
3
ha atau rata-rata 79,27 m
3
ha. Sehingga dari luas HR 193,86 ha produksi total kayu sengon desa Kesenet mencapai kisaran atau rata-
rata 15.368,24 m
3
.
58
37 30
78
10 20
30 40
50 60
70 80
90
Kapulaga Kelapa
Pisang Salak Pondoh
P e
rs e
n ta
se J
u ml
a h
R e
sp o
n d
e n
P et
a n
i D es
a K
es en
et
Tanaman Perkebunan
5.4.2 Potensi Non Kayu HR Sengon
Sistem agroforestri pada lahan responden umumnya merupakan kombinasi antara kayu sengon dengan salak pondoh, selain itu juga dikombinasi dengan jenis
kapulaga, kelapa dan atau pisang. Berikut dapat dijelaskan frekuensi petani HR Desa Kesenet yang mengusahakan jenis non kayu tersebut dan disajikan pada
Gambar 1.
Gambar 1 Diagram jumlah responden petani HR berdasarkan jenis-jenis usaha non kayu yang ditanam di lahan milik di desa Kesenet
Histogram di atas menunjukkan jumlah petani dari 60 responden yang mengusahakan jenis tanaman non kayu. Salak pondoh merupakan tanaman
pertanian yang paling banyak diminati 78 dibandingkan tiga jenis tanaman non kayu lainnya, kemudian diikuti tanaman jenis kapulaga 58, kelapa 37
dan pisang 30. Petani mengandalkan salak pondoh sebagai pendapatan mingguan karena
petani memanennya tiap 14 - 15 hari sekali. Harga jual yang mereka tawarkan ke tengkulak pun bervariasi antara Rp. 2.500 - 4.000kg.