Potensi Non Kayu HR Sengon

Tanaman kapulaga merupakan tanaman dominan kedua dan biasa dipanen sekitar 2,5 bulan sampai dengan 3 bulan sekali. Harga jualnya bervariasi dari Rp. 22.000 per kg sampai dengan Rp. 45.000 per kg tergantung siapa yang membeli dan kemana dijual. Gambar 3 Pohon sengon yang diselingi tanaman kapulaga

5.5 Ratio Potensi Kayu dan Non Kayu HR

Hasil penghitungan berdasarkan 60 responden petani HR, diperoleh jumlah pendapatan per hektar petani HR di desa Kesenet, seperti yang tersaji pada pada Tabel 8. Tabel 8 Pendapatan per hektar dari hasil usaha pada agroforestri lahan petani HR di desa Kesenet per hektar Jenis komoditi Total pendapatanha m 3 , kg, tandan, buahha Nilai pendapatan Rpha Persentase Kayu sengon 4.756,50 m 3 ha 35.673.727,00 4,37 Salak pondoh 62.668,70 kgha 691.022.990,90 84,68 Pisang 3.291,20 tandanha 38.750.174,60 4,75 Kapulaga 1.289,00 kgha 33.853.675,20 4,15 Kelapa 33.179,30 buahha 16.787.078,40 2,06 Total pendapatan 816.087.646,10 100 Tabel 8 menunjukkan bahwa kontribusi pendapatan petani dari HR berupa kayu sengon terhadap pendapatan total petani per hektar hanya mencapai 4,73. Hal tersebut tidaklah mengherankan karena hasil kayu sengon masih bersifat hasil sampingan dan dengan besar hasil dari salak pondoh yang menjelaskan bahwa pertanian masih merupakan komoditi utama dari usaha pertanian mereka, dimana salak pondoh sudah cukup lama menjadi budaya usaha lokal desa Kesenet. Serangan penyakit pada tanaman sengon juga termasuk salah satu penyebab kecilnya kontribusi hasil kayu.

6. SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

1. Pengelolaan HR di desa Kesenet sudah mengenal tahapan kegiatan pengelolaan seperti penyediaan lahan dan pengelolaan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan pemasaran, namun kegiatan tersebut masih belum sepenuhnya dapat dicapai sebagai gambaran umum untuk masyarakat petani HR di tingkat desa. Hal ini dikarenakan sistem informasi yang ada hanya bisa diterima sebagian kecil masyarakat dan sistem kelembagaan belum banyak mendukung perangkat kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan usaha di bidang HR. 2. Berdasarkan Intensitas Sampling IS sebesar 3,10 diperoleh dugaan potensi HR sengon desa Kesenet rata-rata 79,27 m 3 ha atau berkisar antara 50,99 m 3 ha - 107,55 m 3 ha dan dari luas total HR 193,86 ha diperoleh total potensi kayu sengon di Desa Kesenet rata-rata sebesar 15.368,24 m 3 atau berkisar antara 9.863,66 m 3 - 20.872,83 m 3 . 3. Tingkat kontribusi pendapatan petani dari HR untuk jenis kayu sengon terhadap pendapatan total petani HR per hektar Rp. 35.673.727,00ha 4,37, sedangkan pendapatan dari salak pondoh sebagai komoditi utama pertanian Rp. 691.022.990,00ha 84,68. Hal ini menggambarkan bahwa usaha HR sengon masih merupakan kegiatan usaha sampingan bagi masyarakat petani HR desa Kesenet.

6.2 Saran

Peningkatan intensifikasi penyuluhan, pelatihan serta pendampingan oleh pemerintah daerah setempat mengenai teknik pengelolaan sengon serta informasi pasar dalam menjamin keseimbangan harga pasar yang jelas akan sangat membantu bagi masyarakat tani HR untuk memiliki peluang posisi tawar yang lebih baik. Selain itu untuk menjamin kelanjutan usaha di bidang HR sengon perlu perhatian lebih dalam penanggulangan hama dan penyakit karat puru di kabupaten Banjarnegara.