itu, adanya temuan mengenai dampak pengganda investasi pemerintah yang relatif kecil dan terus menurun dari waktu ke waktu mengindikasikan adanya gejala
crowding out yang dihasilkan oleh investasi pemerintah. Dengan metode GMM, diperoleh hasil bahwa dampak investasi pemerintah secara total terhadap investasi
swasta adalah positif namun secara statistik tidak signifikan, sementara dampaknya terhadap konsumsi rumah tangga adalah negatif dan signifikan.
Sementara dampak pengeluaran pemerintah lokal terhadap investasi swasta menunjukkan pengaruh yang negatif dan sangat signifikan, dan secara langsung
hal ini mengindikasikan terjadinya crowding out of investment, sebaliknya pengaruhnya terhadap konsumsi rumah tangga memperlihatkan pengaruh yang
positif namun secara statistik tidak signifikan.
2.4 Kerangka Pemikiran
Dalam upaya melihat pengaruh investasi pemerintah di dalam perekonomian Indonesia khususnya di wilayah timur, maka diperlukan suatu studi
agar pemerintah daerah dapat merencanakan pembangunan daerahnya dengan lebih tepat guna terutama dengan kebijakan fiskal yang dimilikinya. Untuk
memberikan gambaran mengenai alur pemikiran dalam penelitian ini, berikut digambarkan kerangka pemikiran penelitian sebagaimana terlihat pada Gambar 9.
Gambar 9 Kerangka Pemikiran.
2.5 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah :
1. Daerah di kawasan timur Indonesia memiliki kemandirian fiskal yang berbeda-beda dalam membiayai pembangunan daerahnya sendiri.
2. Investasi pemerintah memiliki kontribusi yang berbeda-beda di dalam perekonomian daerah di Kawasan Timur Indonesia.
3. Investasi pemerintah memiliki hubungan yang positif dengan perekonomian di Kawasan Timur Indonesia.
Kebijakan Fiskal
Investasi Pemerintah Pengeluaran pembangunan
Konsumsi Penerimaan
Pemerintah Pengeluaran Pemerintah
Produksi
Pertumbuhan Ekonomi Labor
Halaman ini sengaja dikosongkan
III. METODE PENELITIAN
3.1 Metode Analisis
3.1.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan bentuk analisis sederhana yang bertujuan mendeskripsikan dan mempermudah penafsiran yang dilakukan dengan
memberikan pemaparan dalam bentuk tabel, grafik, dan diagram. Fungsi analisis deskriptif adalah untuk memberikan gambaran umum tentang data yang telah
diperoleh. Gambaran umum ini menjadi acuan untuk melihat karakteristik data yang diteliti.
3.1.2 Analisis Rasio Kemandirian Fiskal
Pada teori Pengelolaan Keuangan Daerah di bab sebelumnya telah dijelaskan bagaimana anggaran keuangan yang dimiliki oleh suatu daerah. Kinerja
pemerintah daerah dapat diukur melalui kinerja keuangannya yang salah satunya adalah rasio keuangan daerah. Hasil dari analisis rasio keuangan daerah salah
satunya adalah untuk menilai kemandirian fiskal yang dimiliki daerah tersebut, apakah mempunyai tingkat ketergantungan yang tinggi dengan pemerintah pusat.
Rasio Kemandirian Fiskal ini menunjukkan tingkat kemampuan suatu daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintah, pembangunan dan pelayanan
kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Rasio kemandirian ditunjukkan oleh besarnya
pendapatan asli daerah dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain pihak ekstern antara lain: Bagi hasil pajak, Bagi hasil Bukan Pajak
Sumber Daya Alam, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus, Dana Darurat dan Dana Pinjaman Halim, 2007.
Rumus yang digunakan untuk menghitung Rasio Kemandirian Fiskal adalah: Rasio kemandirian =
Ekstern Pihak
dari Pendapatan
Sumber Daerah
Asli Pendapatan
x 100 3.1
Rasio kemandirian menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sumber dana ekstern. Semakin tinggi rasio kemandirian mengandung arti bahwa
tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak ekstern semakin rendah dan