4.1.3 Kondisi Perekonomian
Produk Domestik Regional Bruto PDRB atas dasar harga berlaku adhb merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan
oleh seluruh unit usaha yang timbul akibat adanya aktivitas ekonomi dalam suatu wilayah tertentu. Tujuan dari penghitungan PDRB adalah meringkas aktivitas
ekonomi di suatu wilayah dalam suatu nilai uang tertentu selama periode waktu tertentu. Ada tiga pendekatan untuk menghitung statistik ini. Pertama, pendekatan
produksi, yaitu dengan menghitung jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi. Kedua, pendekatan pendapatan, PDRB
merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi. Ketiga, pendekatan pengeluaran, dengan menghitung semua komponen permintaan akhir.
Tabel 8 Nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2000 Menurut Provinsi di KTI Tahun 2005-2009
Milyar Rupiah
Provinsi Jenis
2005 2006
2007 2008
2009 Sulut
adhb 18,763.48
21,216.49 24,081.13
27,842.99 32,049.76
adhk 12,744.55
13,473.11 14,344.30
15,428.43 16,638.85
Sultengah adhb
17,116.58 19,310.25
22,757.59 28,151.50
32,057.20 adhk
11,752.24 12,671.55
13,683.88 14,746.02
15,874.69 Sulsel
adhb 51,780.44
60,902.82 69,271.92
85,143.19 99,904.66
adhk 36,421.79
38,867.68 41,332.43
44,549.82 47,314.02
Sultenggara adhb
12,981.05 15,270.35
17,953.07 22,173.89
25,655.94 adhk
8,026.86 8,643.33
9,331.72 10,010.59
10,768.58 Gorontalo
adhb 3,480.57
4,062.28 4,760.70
5,899.79 7,082.61
adhk 2,027.72
2,175.82 2,339.22
2,520.67 2,719.74
Sulbar adhb
4,422.95 5,124.81
6,192.79 7,778.00
8,671.82 adhk
3,120.77 3,321.15
3,567.82 3,872.52
4,106.02 Ntb
adhb 25,682.67
28,596.88 33,522.23
35,261.68 41,784.96
adhk 15,183.79
15,603.77 16,369.22
16,799.83 18,310.83
Ntt adhb
14,810.47 16,904.07
19,136.98 21,621.84
24,138.68 adhk
9,867.31 10,368.50
10,902.40 11,426.43
11,910.88 Maluku
adhb 4,570.66
5,079.64 5,698.80
6,269.71 7,069.09
adhk 3,259.24
3,440.11 3,633.48
3,787.10 3,992.79
Malut adhb
2,583.10 2,818.42
3,160.04 3,856.36
4,687.76 adhk
2,236.80 2,359.48
2,501.18 2,650.76
2,810.21 Papua Barat adhb
7,913.78 8,945.54
10,369.84 12,471.61
14,547.73 adhk
5,307.33 5,548.90
5,934.32 6,369.37
6,768.20 Papua
adhb 43,615.32
46,895.23 55,380.45
54,733.63 66,651.85
adhk 22,209.19
18,402.20 19,200.30
18,914.88 22,926.55
Indonesia adhb
2,669,975.94 3,118,307.85
3,536,797.38 4,204,326.34
4,567,710.17 adhk
1,690,243.45 1,777,950.13
1,878,738.65 1,983,834.69
2,076,356.56
Sumber: BPS diolah
Ukuran yang dihitung dari PDRB atas dasar harga konstan adhk yang
menunjukkan peningkatan volume output ekonomi dari tahun ke tahun setelah menghilangkan unsur inflasi kenaikan harga secara terus-menerus yaitu
pertumbuhan ekonomi. Ukuran ini masih digunakan sampai sekarang sebagai ukuran kinerja pembangunan.
Pada tahun 2009, PDB Indonesia mencapai 2.076,35 trilyun rupiah secara keseluruhan jika dihitung menurut harga konstan tahun 2000, dengan
pertumbuhan ekonomi sebesar 4,66 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. KTI sendiri tumbuh sangat pesat, terlihat pada PDRB Pulau Sulawesi
yang mencapai 97,42 trilyun rupiah tumbuh sebesar 6,91 persen. Sedangkan untuk PDRB Pulau Nusa Tenggara, Maluku dan Papua sebesar 66,72 trilyun
rupiah atau tumbuh hingga 11,29 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Nilai PDRB atas dasar harga konstan yang menyatakan jumlah output dari
aktivitas ekonomi di Indonesia dalam jangka panjang secara umum meningkat secara signifikan. Perkembangan nilai PDRB tidak dapat dipisahkan dari potensi
faktor-faktor produksi yang digunakan pada tahun yang bersangkutan. PDRB masing-masing provinsi pada KTI dari tahun 2005 hingga 2009 dengan segala
kondisi politik dan ekonomi yang memengaruhi terlihat pada Gambar 10. Secara umum pertumbuhan di keseluruhan provinsi di KTI memiliki pola yang hampir
sama, kecuali Papua dengan pola pertumbuhan yang berfluktuasi.
Gambar 10 Laju Pertumbuhan Provinsi di KTI Tahun 2005-2009. Secara umum pendapatan setiap penduduk suatu wilayah dicerminkan oleh
pendapatan per kapita. Pendapatan per kapita dapat didekati dengan PDRB per
kapita yang dihitung dengan membagi nilai PDRB dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun. PDRB perkapita dapat digunakan sebagai ukuran tingkat
kesejehteraan penduduk. Angka ini menunjukkan ukuran secara agregat, namun sampai sekarang masih dianggap sebagai ukuran yang cukup relevan digunakan,
khususnya untuk membandingkan tingkat kesejahteraan wilayah-wilayah di Indonesia. Nilai output yang digunakan dalam penghitungan kesejahteraan
penduduk adalah PDRB atas dasar harga berlaku PDRB nominal. Tabel 8 menunjukkan bahwa perekonomian yang menghasilkan output
terbesar di wilayah Indonesia timur pada tahun 2009 adalah Provinsi Sulawesi Selatan dengan 99.904,66 milyar rupiah diikuti oleh Papua sebesar 66.651,85
milyar rupiah. Sedangkan yang mengalami peningkatan perekonomian yang sangat signifikan adalah Provinsi Papua sebesar 21,77 persen dibandingkan tahun
sebelumnya. Hal ini disebabkan pada tahun 2008 PDRB Papua mengalami kontraksi hingga minus 1,17 persen. Kenaikan output yang pesat juga dialami
oleh Maluku Utara, yaitu tumbuh hingga 21, 56 persen. Besaran pendapatan per kapita suatu daerah bergantung pada besaran
PDRB dan jumlah penduduk. Provinsi dengan PDRB per kapita tertinggi di KTI adalah Papua, Papua Barat dan Sulawesi Utara yaitu masing-masing 31,77; 19,56;
14,38 juta rupiah. Provinsi Papua memiliki PDRB perkapita yang tinggi dikarenakan penghasil tambang berharga terbesar di Indonesia yaitu emas.
Sedangkan Papua Barat disebabkan perekonomian yang tumbuh pesat namun memiliki penduduk yang masih sedikit. PDRB perkapita terendah dimiliki oleh
Provinsi Maluku Utara dan Nusa Tenggara Timur dengan 4,81 dan 5,23 juta rupiah. Hal ini dikarenakan pada Maluku Utara masih merupakan provinsi baru
dengan kondisi yang rentan secara politis namun masih dapat berkembang. Sedangkan Nusa Tenggara Timur memang daerah yang sangat tandus dan minim
sumber daya alam yang bisa dikembangkan serta memiliki ketergantungan yang cukup tinggi terhadap daerah sekitarnya.
PDRB dengan pendekatan produksi terbagi atas 9 sektorlapangan usaha sehingga dapat diketahui sektor ekonomi mana yang berperan besar dalam suatu
daerah. Dengan kata lain dapat digunakan untuk melihat struktur perekonomian dan pergeserantransformasi struktural apabila secara series. Namun pada wilayah
timur Indonesia tidak terjadi pergeseran struktur perekonomian pada tahun 2005 hingga 2009.
Pada tahun 2005 hingga 2009, perekonomian KTI didominasi oleh sektor primer yaitu pertanian dan pertambangan serta penggalian. Wilayah KTI
sesungguhnya memang memiliki potensi yang berbasis sumber daya alam seperti pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, wisata bahari dan pertambangan
serta penggalian. Kontribusi dari tiap sektor tidak banyak berubah, hanya terjadi peningkatan kontribusi yang cukup besar pada sektor jasa-jasa dua tahun terakhir
seperti terlihat pada Gambar 11.
Gambar 11 Kontribusi Sektor Terhadap PDRB KTI Tahun 2005-2009. Pada tahun 2009, daerahprovinsi di KTI masih memiliki basis
perekonomian di sektor primer yaitu pertanian dan pertambangan. Hanya 2 provinsi yaitu Nusa Tenggara Barat dan Papua yang memiliki sektor
pertambangan terbesar yaitu 31,10 dan 62,76 persen terhadap PDRB daerah mereka masing-masing yaitu pertambangan gas bumi dan emas. Sedangkan
daerahprovinsi lainnya memiliki peranan terbesar pada pertanian, rata-rata 33,48 persen. Walaupun memiliki basis perekonomian yang hampir sama, namun pada
dasarnya tiap provinsi mempunyai pola distribusi sektor yang berbeda-beda. Hal
ini berarti sebagian besar provinsi mempunyai spesialisasi yang berbeda-beda. Perbedaan ini lebih banyak disebabkaan karena perbedaan faktor endowment.
Provinsi yang memiliki kontribusi sektor industri pengolahan terbesar adalah Papua Barat, Maluku Utara dan Sulawesi Selatan yang masing-masing
sebesar 24,39; 13,01; dan 12,53 persen terhadap total PDRB. Papua Barat dengan industri pengolahan hasil laut yaitu udang, kepiting, rajungan, cumi-cumi, sotong
yang dipasarkan dalam bentuk segar atau dikeringkan melalui proses penggaraman, pengasapan, pembekuan, pengalengan dan proses lainnya.
Begitupun dengan Maluku Utara. Sedangkan pada Sulawesi Selatan memiliki industri pengolahan yang cukup tinggi yaitu dari pengolahan padi dan kakao.
Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Kontribusi Sektor Menurut Provinsi Tahun 2009
Persen
1 2
3 4
5 6
7 8
9 Sulawesi Utara
18.87 4.27
8.07 0.82
17.63 16.67
11.48 5.75
16.45 Sulawesi Tengah
40.45 5.03
7.79 0.66
6.41 11.74
7.09 4.62
16.21 Sulawesi Selatan
27.98 5.51
12.53 0.95
5.39 16.71
7.96 6.25
16.72 Sulawesi Tenggara
35.02 4.28
6.43 0.93
7.72 17.45
9.26 5.30
13.61 Gorontalo
29.59 1.15
4.87 0.55
6.94 10.31
8.88 10.19
27.52 Sulawesi Barat
48.39 0.78
7.12 0.43
4.64 13.06
2.73 5.50
17.34 Nusa Tenggara Barat
21.33 31.10
3.66 0.45
7.04 13.69
7.45 4.61
10.68 Nusa Tenggara Timur
39.62 1.31
1.55 0.40
6.95 16.10
5.97 3.97
24.13 Maluku
33.04 0.74
4.76 0.56
1.33 28.51
9.05 4.72
17.28 Maluku Utara
37.35 4.98
13.01 0.60
2.73 22.89
8.00 3.70
6.75 Papua Barat
24.52 13.24
24.39 0.51
9.81 9.99
7.28 2.40
7.86 Papua
10.13 62.76
1.61 0.16
6.73 5.21
5.02 2.46
5.91 PDRB KTI
26.11 18.42
7.60 0.62
7.33 13.66
7.45 4.81
14.01 Lapangan Usaha
Provinsi
Keterangan: 1 Pertanian, 2 Pertambangan Penggalian, 3 Industri Pengolahan , 4 Listrik, Gas Air Bersih, 5 Bangunan, 6 Perdagangan, Hotel Restoran, 7 Pengangkutan
Komunikasi, 8 Keuangan, Persewaan Jasa Perusahaan, 9 Jasa-Jasa Sumber: PDRB 2009, BPS diolah
4.2 Keuangan Daerah KTI