Kadar Air Lapang Kemampuan Tanah Memegang Air .1 Kurva pF

Tabel 13. Air tersedia pada berbagai kemiringan lereng, kedalaman tanah, dan penggunaan lahan. Kemiringan lereng Kedalaman tanah Kelapa sawit Tegalan Rataan Gawangan Piringan cm ….vv… 0-5 0-20 10.23 18.73 13.91 14.29 20-40 12.42 14.14 20.59 15.72 5-8 0-20 14.97 14.88 23.99 17.95 20-40 17.52 16.26 19.80 17.86 8-15 0-20 18.69 16.66 13.21 16.19 20-40 19.68 17.69 21.56 19.64

4.2.3.3 Kadar Air Lapang

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa secara umum kadar air tanah cenderung makin tinggi dengan semakin dalamnya tanah, kecuali pada tanah kebun campuran. Penggunaan lahan yang tidak memiliki penutup tanah serasah akan memiliki nilai kadar air yang lebih rendah daripada yang memiliki penutup tanah serasah pada lapisan atasnya. Hasil pengukuran kadar air lapang pada berbagai penggunaan lahan kelapa sawit, tegalan, dan kebun campuran disajikan dalam Gambar 5. Gambar 5 menunjukkan bahwa tanah kebun campuran memiliki kadar air lapang tertinggi pada lapisan atas. Namun kadar air lapang pada lahan kebun campuran menurun di lapisan kedua kemudian meningkat dengan semakin dalamnya tanah. Sedangkan, tanah tegalan dan kelapa sawit memiliki nilai kadar air yang semakin meningkat dengan semakin bertambahnya kedalaman tanah. Tingginya kadar air lapang lapisan atas di kebun campuran dikarenakan adanya penumpukan serasah yang berfungsi menjaga kelembaban tanah, evaporasi, dan meningkatkan mikroorganisme tanah yang berfungsi untuk meningkatkan pori makro tanah yang membuat air mudah masuk kedalam tanah Hairiah et al., 2004; Oktiviany, 2009. Gambar 5 juga menunjukkan bahwa pada lapisan terbawah kedalaman 50-80 cm tanah tegalan memiliki kadar air lapang tertinggi dibandingkan penggunaan lahan lainnya. Tanah tegalan tidak terdapat penumpukan serasah mengakibatkan air sulit masuk dan cepat keluar dari tanah. Selain itu, pada tanah tegalan telah dilakukan pengolahan tanah yang intensif mengakibatkan tanah ini memiliki pori mikro Gambar 4 lebih tinggi daripada pori makronya Tabel 6, sehingga air tertahan lebih banyak dan lebih lama di dalam tanah. Keterangan :Hari pertama: kondisi setelah hujan dengan intensitas tidak besar pada satu hari sebelum pengambilan sample. Hari kedua: kondisi setelah hujan dengan intensitas yang besar pada satu hari sebelum pengambilan sample. Gambar 6. Kadar air lapang berbagai penggunaan lahan pada hari pertama dan kedua berdasarkan kedalaman tanah Hasil pengukuran kadar air lapang juga menunjukkan bahwa lahan kelapa sawit bagian gawangan memiliki kadar air lapang yang lebih besar daripada bagian piringan. Kondisi ini dipengaruhi oleh penutupan tanah oleh tajuk tanaman kelapa sawit. Tanah gawangan memiliki nilai kadar air lapang yang lebih tinggi karena tanah ini tidak tertutupi oleh tajuk tanaman kelapa sawit yang mengakibatkan air yang jatuh langsung masuk kedalam tanah, sedangkan tanah piringan yang tertutupi oleh tajuk pohon kelapa sawit hanya menerima air hujan melalui lolosan tajuk dan aliran batang pohon kelapa sawit. Tetesan air dari tajuk mengakibatkan hancurnya struktur tanah dan mengurangi jumlah pori makro pada lapisan atas tanah piringan Tabel 10 dan 12, sehingga air menjadi sulit masuk kedalam tanah. Hasil pengukuran ini memperlihatkan bahwa tanah yang tidak memiliki penutup tanah dan tertutup oleh tajuk pohon menyebabkan kadar air lapang menjadi rendah, sehingga sebaiknya keberadaan penutup tanah tetap dipertahankan agar tanah terlindungi dari pukulan air hujan dan terjaga kelembabannya.

4.2.4 Infiltrasi dan Hantaran Hidrolik