4.2.2 Pori Drainase Pori Makro
Analisis statistik menunjukkan bahwa pori drainase pori makro antara penggunaan lahan tidak berbeda nyata. Lahan kebun campuran memiliki pori
makro tertinggi, diikuti lahan kelapa sawit, dan terakhir lahan tegalan Tabel 8.
Tabel 8. Pori drainase tanah pada penggunaan lahan dan kemiringan lereng 8-15 di kedalaman tanah 0-20 cm dan 20-40 cm.
Penggunaan lahan Kedalaman tanah cm
Rataan 0-20 20-40
….... Gawangan 13.74
20.85 17.29
a
Piringan 22.93 19.09
21.01
a
Tegalan 17.59
14.98 16.29
a
Kebun Campuran 24.59 21.76 23.18
a
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5
α = 0,05
Tingginya pori makro pada tanah kebun campuran dibandingkan tanah tegalan dan kelapa sawit karena adanya pengaruh pengolahan tanah dan vegetasi.
Kebun campuran memiliki vegetasi yang berbeda-beda membuat lapisan serasah yang tebal di atas permukaan tanah, penutupan permukaan tanah oleh kanopi
tanaman, dan meningkatkan jumlah fauna tanah yang hidup pada tanah. Menurut Hairiah et al. 2004, kondisi diatas menyebabkan tingginya kandungan bahan
organik tanah yang dapat memperbaiki struktur tanah sehingga jumlah pori makro tanah lebih banyak. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Suprayogo et al.,
2004, yang menyatakan bahwa lahan yang memiliki vegetasi lebih rapat dan tanpa pengolahan tanah dalam pengelolaan lahannya menyebabkan terjadinya
tumpukan serasah. Tumpukan serasah menyumbangkan bahan organik dan melindungi tanah dari pukulan air hujan. Selain itu, akar vegetasi juga membantu
dalam pembentukan saluran air dan udara yang lebih banyak maupun meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang membentuk biopori akibat
dedaunan dan perakaran tanaman yang membusuk Brata, 2008. Lahan kelapa sawit memiliki pori makro yang lebih rendah dibandingkan
dengan lahan kebun campuran. Hal ini disebabkan oleh bobot isi, porositas,
pengolahan tanah, dan penutup tanah. Seperti telah disebutkan diatas, lokasi perkebunan kelapa sawit yang terbagi menjadi dua bagian, yaitu lokasi gawangan
dan piringan menunjukkan jumlah pori makro yang berbeda walaupun dalam satu areal yang sama. Data Tabel 8 menunjukkan bahwa lokasi gawangan memiliki
pori drainase lebih rendah dibandingkan lokasi piringan. Lahan tegalan memiliki jumlah pori makro yang terendah dibandingkan
tanah kebun campuran dan kelapa sawit. Hal ini disebabkan oleh pengolahan tanah yang intensif dan tidak adanya penutup tanah. Pada lahan yang dilakukan
pengolahan tanah secara intensif membuat permukaan tanah sering terbuka penutup tanah sedikit sehingga terjadinya destrukturisasi yang menyebabkan
pemadatan tanah. Penutupan tanah yang minimum dan penggemburan tanah yang berlebihan mengakibatkan pecahnya struktur tanah akibat pukulan air hujan yang
jatuh dan tertutupnya pori makro tanah oleh butiran-butiran halus tanah. Oleh karena itu, pengolahan tanah yang intensif harus dikurangi dan keberadaan
serasah harus dipertahankan untuk melindungi tanah dari pukulan air hujan.
Tabel 9. Pori drainase tanah pada berbagai kemiringan lereng, kedalaman tanah, dan penggunaan lahan.
Kemiringan lereng Kedalaman tanah
Kelapa sawit Tegalan Rataan
Gawangan Piringan
Cm …....
0-5 0-20 24.37
16.18 18.68
19.74 20-40 27.54
21.86 15.74 21.71
5-8 0-20 20.48
15.15 7.27 14.30
20-40 14.9 14.69
11.06 13.55
8-15 0-20 13.74
22.93 17.59
18.09 20-40 20.85
19.09 14.98 18.31
Tabel 9 menunjukkan bahwa kemiringan lereng tidak berpengaruh terhadap pori drainase. Walaupun demikian, Tabel 9 memperlihatkan adanya
perubahan jumlah pori makro pada kemiringan lereng yang berbeda. Secara teori, semakin curam lereng menyebabkan erosi lebih besar sehingga tanah mempunyai
bahan organik yang lebih rendah dan pori makro yang lebih tinggi. Namun pada hasil penelitian terlihat erosi tidak berpengaruh terhadap jumlah pori makro.
4.2.3 Kemampuan Tanah Memegang Air 4.2.3.1 Kurva pF