Lahan Tegalan Lahan Kebun Campuran

Perkebunan kelapa sawit membagi areal menjadi areal gawangan dan piringan. Areal gawangan merupakan areal untuk menaruh pelepah gawangan mati dan tempat untuk berjalan para pekerja pada saat mengambil hasil panen gawangan hidup sehingga areal ini masih ditanami oleh tanaman penutup tanah, sedangkan areal piringan merupakan areal untuk menaruh hasil panen dan areal perakaran, sehingga areal ini selalu dibersihkan dari rumput atau tanaman penutup tanah lainnya Mangoensoekarjo, 2007. Hasil penelitian Syahadat 2008, tanah lokasi gawangan memiliki nilai bobot isi lebih rendah dan porositas lebih tinggi karena kondisi tanah pada lokasi ini tidak terganggu oleh aktivitas kimia dan manusia yang dapat menyebabkan pemadatan tanah, selain itu adanya rerumputan menyebabkan banyaknya perakaran yang dapat meningkatkan porositas tanah, mengurangi energi tumbukan butiran hujan ke tanah sehingga kemantapan agregat tanah dapat tetap terjaga agar tidak terjadi pemadatan tanah, sedangkan lokasi piringan sering dilakukan pemupukan secara rutin yang lama kelamaan mengakibatkan pemadatan tanah. Selain itu, tidak adanya penutupan tanah dan butiran hujan yang lolos dari tajuk langsung mengenai permukaan tanah sehingga mengakibatkan hancurnya agregat yang tanah dapat menyebabkan pemadatan tanah.

2.4 Lahan Tegalan

Lahan tegalan merupakan lahan kering yang telah menyebabkan tanah- tanah pertanian menjadi rusak karena pada lahan ini telah terjadi pengolahan tanah secara terus menerus tanpa dilakukan peristirahatan pada tanahnya Arsyad, 2000. Pengolahan tanah yang dilakukan pada lahan tegalan untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang baik. Oleh karena itu, pengolahan tanah yang dilakukan seperti mempersiapkan lahan dengan cara tanah dibajak, kemudian digaru dan diratakan. Setelah persiapan lahan selesai kemudian dilakukan penanaman dengan menggunakan jarak tanam, pemupukan, penyiangan, pengairan dengan membuat guludan, dan pemanenan Rukmana,1996. Menurut hasil penelitian Raja 2009, tanah tegalan memiliki nilai hantaran hidrolik jenuh dalam kelas agak lambat. Lahan ini memiliki sifat-sifat fisik tanah yang kurang baik, hal ini terlihat dari indeks stabilitas agregat, porositas, pori drainase, pori air tersedia, dan bahan organik, dan bobot isi tanahnya besar. Sedangkan, menurut hasil penelitian Zarqoni 1988, menunjukan tanah tegalan yang diusahakan sebagai lahan singkong dengan pengolahan tanah yang intensif, menyebabkan terbentuknya lapisan padat di bagian bawah yang dicirikan dengan meningkatnya bobot isi dan menurunnya porositas tanah. Sedangkan pada lapisan atas lahan singkong mengalami percepatan dalam meresapkan air.

2.5 Lahan Kebun Campuran

Hutan merupakan salah satu sistem penggunaan lahan, berupa aneka pepohonan dan semak sehingga membentuk tajuk berlapis. Hutan yang demikian mampu mempertahankan tanah dari proses kerusakan akibat erosi. Penggunaan lahan untuk pepohonan yang sejenis seringkali juga disebut hutan, misalnya hutan tanaman industri, hutan pinus, hutan jati, hutan mahoni, dan sebagainya. Namun penggunaan lahan untuk pepohonan tanaman industri kopi, karet, teh, kakao, sawit, dan sebagainya tidak disebut hutan melainkan kebun. Kebun tanaman industri yang ditumbuhi semak dan aneka tanaman bawah understorey sehingga kelihatannya mirip hutan dinamakan sistem agroforestri. Widianto et al., 2004. Menurut Hairiah et al. 2004, lahan kebun campuran atau hutan adalah lahan yang memiliki lapisan serasah yang tebal, penutupan permukaan tanah oleh kanopi tanaman dan cacing tanah yang hidup pada tanah ini ukuran tubuhnya lebih besar dibandingkan dengan penggunaan lahan lainnya. Kondisi ini menyebabkan tingginya kandungan bahan organik tanah dan rendahnya tingkat pembentukan kerak di permukaan tanah, sehingga makroporositas tanah di lahan hutan lebih terjaga dan menurunkan limpasan permukaan Suprayogo et al., 2004. Lahan hutan memiliki sistem perakaran yang panjang dan berkembang dengan sangat baik di dalam tanah. Kondisi ini memicu tingginya aktivitas biologi tanah, mendukung air hujan yang jatuh dapat meresap ke dalam lapisan tanah yang lebih dalam dan bergerak secara lateral, sehingga air lebih banyak diserap dan hilang melalui proses transpirasi Suprayogo et al., 2004. Beberapa tahun terakhir terjadi penebangan pepohonan besar-besaran dan serentak di hutan maupun di perkebunan baik secara legal maupun illegal penjarahan. Penebangan pohon secara serentak baik legal atau illegal akan mengakibatkan terbukanya permukaan tanah pada saat yang sama. Pada musim kemarau terik sinar matahari mengenai permukaan tanah secara langsung yang mengakibatkan terjadi penguraian bahan organik tanah dekomposisi secara cepet sehingga kandungan bahan organik tanah cenderung rendah. Sebaliknya, air hujan yang jatuh selama musim penghujan tidak ada yang menghalangi sehingga memukul tanah secara langsung mengakibatkan pecahnya agregat tanah, meningkatnya aliran air di permukaan dan sekaligus mengangkut partikel tanah dan bahan-bahan lain termasuk bahan organik Widianto et al., 2004. Menurut hasil penelitian Raja 2009, tanah kebun campuran tanaman bambu memiliki nilai hantaran hidrolik yang termasuk dalam kelas sedang menurut kelas klasifikasi hantaran hidrolik Uhland dan O’neal, 1951 dalam Haridjaja et al., 1980. Lahan ini juga memiliki sifat-sifat fisik yang baik terlihat dari indeks stabilitas agregat, porositas, pori drainase, pori air tersedia, dan bahan organik tinggi dan bobot isi tanahnya rendah. Sehingga tanah ini memiliki permeabilitas, infiltrasi, dan hantaran hidrolik yang tinggi Suprayogo et al., 2004; Oktiviany, 2009. III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian