tanah menggunakan alat-alat berat. Pemadatan tanah yang terjadi menyebabkan pertumbuhan akar tanaman terhambat dan menghambat pergerakan air dan unsur
hara yang terdapat di dalam tanah. Pemadatan tanah terlihat dari bertambahnya bobot isi tanah dan berkurangnya porositas yang terdapat di dalam tanah Islami
dan Utomo, 1988. Pemadatan tanah dilatar belakangi oleh perubahan penggunaan lahan
hutan menjadi lahan pertanian baik monokultur maupun polikultur yang menurunkan kandungan bahan organik tanah, diversitas biota tanah dan kualitas
air. Lahan pertanian yang jumlah dan keragaman vegetasi dalam suatu luasan rendah menyebabkan rendahnya kualitas dari bahan organik dan tingkat
penutupan permukaan tanah oleh lapisan serasah. Tingkat penutupan tebal tipisnya lapisan serasah pada permukaan tanah berhubungan erat dengan laju
dekomposisinya pelapukannya. Semakin lambat terdekomposisi maka keberadaannya di permukaan tanah menjadi lebih lama Hairiah et al., 2004.
2.3 Lahan Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit adalah spesies Cocoideae yang paling besar habitusnya. Tanaman ini membutuhkan air sekitar 1950 mm per tahun dengan
curah hujan sekitar 2000 mm yang merata sepanjang tahun tanpa bulan kering yang nyata Pahan, 2006. Tanaman ini memiliki daya adaptasi tinggi terhadap
keadaan fisik dan kimia tanah yang kurang sesuai, antara lain pada tanah yang bertekstur ringan pasir berlempung, lempung berpasir, lempung berliat, dan liat
berpasir, berstruktur remah, permeabilitas sedang, tanah harus mampu menahan air dengan kedalaman air tanah sekitar 100-200 cm dan dengan kelas drainase
baik. Kedalaman solum yang baik bagi tanaman kelapa sawit adalah lebih dari 75 cm. Hal ini mengingat dalam kondisi normal 88 perakaran kelapa sawit berada
pada kedalaman 0-60 cm Darmosarkoro et al., 2000 dalam Mangoensoekarjo, 2007. Solum yang dangkal akan menghambat perkembangan akar dan
menghambat penyerapan nutrisi, sehingga tanaman tumbuh merana dan mudah rebah Mangoensoekarjo, 2007. Kondisi tanah yang digambarkan di atas
digunakan untuk merencanakan pengelolaan tanah pada perkebunan kelapa sawit.
Perkebunan kelapa sawit membagi areal menjadi areal gawangan dan piringan. Areal gawangan merupakan areal untuk menaruh pelepah gawangan
mati dan tempat untuk berjalan para pekerja pada saat mengambil hasil panen gawangan hidup sehingga areal ini masih ditanami oleh tanaman penutup tanah,
sedangkan areal piringan merupakan areal untuk menaruh hasil panen dan areal perakaran, sehingga areal ini selalu dibersihkan dari rumput atau tanaman penutup
tanah lainnya Mangoensoekarjo, 2007. Hasil penelitian Syahadat 2008, tanah lokasi gawangan memiliki nilai
bobot isi lebih rendah dan porositas lebih tinggi karena kondisi tanah pada lokasi ini tidak terganggu oleh aktivitas kimia dan manusia yang dapat menyebabkan
pemadatan tanah, selain itu adanya rerumputan menyebabkan banyaknya perakaran yang dapat meningkatkan porositas tanah, mengurangi energi tumbukan
butiran hujan ke tanah sehingga kemantapan agregat tanah dapat tetap terjaga agar tidak terjadi pemadatan tanah, sedangkan lokasi piringan sering dilakukan
pemupukan secara rutin yang lama kelamaan mengakibatkan pemadatan tanah. Selain itu, tidak adanya penutupan tanah dan butiran hujan yang lolos dari tajuk
langsung mengenai permukaan tanah sehingga mengakibatkan hancurnya agregat yang tanah dapat menyebabkan pemadatan tanah.
2.4 Lahan Tegalan