12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Pengertian Pajak Menurut Soemitro 1992 pajak merupakan iuran wajib bagi seluruh
rakyat yang harus dibayarkan kepada kas Negara menurut ketentuan undang-undang yang berlaku sehingga dapat dipaksakan dan tanpa adanya
imbal jasa kontribusi secara langsung, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum Negara.
Menurut Feldmann, pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa menurut norma-norma yang ditetapkan
secara umum, tanpa adanya kontraprestasi dan semata-mata digunakan untuk menurup pengeluaran-pengeluaran umum Resmi, 2009
Sedangkan berdasarkan Pasal 1 angka 1 UU KUP menyebutkan bahwa,
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-
undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara dan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.”
Jadi berdasarkan Pasal 1 angka 1 UU KUP, dapat disimpulkan secara garis besar dalam definisi pajak terkandung unsur:
a Kontribusi Wajib membayar uang b Terutang oleh orang atau badan
c Sifatnya memaksa
13
d Diatur melalui undang-undang e Tidak ada balas jasa secara langsung
f Digunakan untuk keperluan Negara g Untuk kemakmuran rakyat
Berdasarkan definisi diatas Pengertian pajak adalah suatu kontribusi wajib dari masyarakat kepada Negara yang diatur dalam undang-undang
sehingga pemerintah dapat memaksakan kepada masyarakat untuk memenuhi kewajibannya dan tanpa adanya kontribusi secara langsung, yang
penggunaannya digunakan untuk keperluan Negara dan untuk kemakmuran rakyat.
2. Manajemen Pajak Pajak memiliki karakteristik hubungan satu arah, dimana pihak yang
satu memiliki kewajiban membayar, namun pihak yang lain tidak mempunyai kewajiban apapun secara langsung terhadap pihak yang
membayar tersebut Irma, 2013. Tidak seorang pun senang membayar pajak. Asumsi Leon Yudkin
Harnanto, 1994 oleh Chairil Anwar Pohan 2013 mempertegas bahwa: a. Wajib pajak selalu berusaha untuk membayar pajak terutang
sekecil mungkin, sepanjang hal itu dimungkinkan undang-undang. b. Wajib pajak cenderung untuk menyeludupkan pajak tax evasion,
yakni usaha penghindaran pajak terutang secara ilegal, sepanjang wajib pajak tersebut yakin bahwa mereka tidak akan tertangkap,
dan bahwa orang lain pun melakukan hal yang sama.
14
Salah satu yang dapat dilakukan oleh wajib pajak dalam memperkecil biaya pajaknya adalah dengan melakukan manajemen pajak. Menurut
Lumbantoruan 1996 dalam Suandy 2003, manajemen pajak adalah sarana memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak
yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan.
Hutagaol 2007 mengartikan Manajemen Perpajakan sebagai proses perencanaan, implementasi, serta pengendalian kewajiban dan hak dibidang
perpajakan sehingga pemenuhannya dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Menurut Anwar Pohan 2013, yang dimaksud dengan manajemen perpajakan adalah upaya menyeluruh yang dilakukan oleh wajib pajak
pribadi maupun badan usaha melalui proses perencanaan, pelaksanaan implementasi dan pengendalian kewajiban dan hak perpajakannya, agar
hal-hal yang berhubungan dengan perpajakan dari orang pribadi, perusahaan atau organisasi tersebut dapat dikelola dengan baik, efisien dan efektif,
sehingga dapat memberikan kontribusi maksimal bagi perusahaan dalam artian peningkatan laba atau penghasilan.
Berdasarkan Pengertian-pengertian tersebut diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa Manajemen Perpajakan adalah upaya menyeluruh
yang dilakukan oleh wajib pajak melalui proses perencanaan, pelaksanaan
15
dan pengendalian yang dilakukan demi untuk dapat membayarkan biaya pajak yang seefektif dan seefisien mungkin.
Diperlukannya manajemen perpajakan sebenarnya berangkat dari hal yang sangat mendasar dari sifat manusia manusiawi yang berpikir bahwa
kalau bisa tidak membayar, mengapa harus membayar. Kalau bisa membayar lebih kecil, mengapa harus membayar lebih besar.
Tidak ada yang salah dengan melakukan perencanaan untuk menghindari pajak asalkan menggunakan metode yang legal. Berulang-
ulang kali pengadila mengatakan bahwa tidak ada suatu ancaman hukuman apapun yang dapat diberlakukan terhadap barang siapa yang melakukan
usaha untuk mengatur pengenaan pajaknya seminimal mungkin. Upaya untuk melaksanakan kewajiban perpajakan harus dibarengi
dengan langkah-langkah manajemen perpajakan yang baik. Manajemen perpajakan merupakan upaya sistematis yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian di bidang perpajakan untuk mencapai pemenuhan kewajiban perpajakan yang minimum.
Sedangkan fungsi-fungsi dari manajemen perpajakan antara lain: a. Tax Planning
b. Tax AdministrationTax Compliance c. Tax Audit
d. Other Tax Matters
16
3. Tax Planning Perencanaan Pajak Perencanaan pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak,
dimana pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan, dengan maksud dapat diseleksi jenis tindakan
penghematan pajak yang akan dilakukan Lestari, 2014. Tjahyono dan Husein 1997, mengemukakan:
“ Perencanaan pajak adalah proses mengorganisasi usaha wajib pajak atau kelompok wajib pajak sedemikian ruupa sehingga utang pajaknya, baik
pajak penghasilan, maupun pajak-pajak lainnya, berada dalam posisi yang minimal, sepanjang hal ini dimungkinkan oleh undang-undang.”
Menurut Anwar Pohan 2013, Tax Planning adalah proses
mengorganisasi usaha wajib pajak orang pribadi ataupun badan usaha sedemikian rupa dengan memanfaatkan berbagai celah kemungkinan yang
dapat ditempuh oleh perusahaan dalam koridor ketentuan peraturan perpajakan loopholes, agar perusahaan dapat membayar pajak dalam
jumlah minimum. Mohammad Zain mendefinisikan, bahwa: Secara garis besar
perencanaan pajak tax planning adalah proses mengorganisasi usaha wajib pajak atau kelompok wajib pajak sedemikian rupa sehingga utang pajaknya,
baik pajak penghasilan maupun pajak-pajak lainnya berada dalam posisi paling minimal, sepanjang hal itu dimungkinkan baik oleh ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan maupun komersial. Lebih lanjut ia menyebutkan bahwa suatu perencanaan pajak yang
tepat akan menghasilkan beban pajak minimal yang merupakan hasil dari perbuatan penghematan pajak dan atau penghindaran pajak yang dapat
17
diterima dan sama sekali bukan karena penyeludupan pajak yang tidak dapat diterima oleh fiskus dan tidak akan ditolerir.
Dari berbagai definisi diatas, penulis dapat merumuskan bahwa perencanaan pajak adalah sebuah proses perngorganisasian usaha wajib
pajak dengan sedemikian rupa sehingga hutang pajaknya berada di posisi paling minimal, namun dengan tetap berada di koridor yang masih
dimungkinkan dalam peraturan perundang-undangan. Tujuan dilakukannya perencanaan pajak sendiri adalah untuk:
a. Meminimalisasi beban pajak yang terutang Tindakan yang harus diambil dalam rangka perencanaan pajak
tersebut berupa usaha-usaha mengefisiensikan beban pajak yang masih dalam ruang lingkup pemajakan dan tidak melanggar
peraturan perpajakan. b. Memaksimalkan laba setelah pajak
c. Meminimalkan terjadinya kejutan pajak tax surprise jika terjadi pemeriksaan pajak oleh fiskus.
d. Memenuhi kewajiban perpajakannya secara benar, efisien, dan efektif sesuai dengan ketentuan perpajakan, yang antara lain
meliputi: 1 Mematuhi segala ketentuan administratif, sehingga terhindar
dari pengenaan sanksi, baik sanksi administratif maupun pidana, seperti bunga, kenaikan, denda dan hukum kurungan
atau penjara.
18
2 Melaksanakan secara efektif segala ketentuan undang-undang perpajakan yang terkait dengan pelaksanaan pemasaran,
pembelian dan fungsi keuangan, seperti pemotongan dan pemungutan pajak PPh pasl 21, pasal 22, dan pasal 23.
Dalam tax planning ada 3 macam cara yang dapat dilakukan wajib pajak untuk menekan jumlah beban pajaknya, yakni:
a. Tax avoidance Penghindaran Pajak Tax avoidance atau penghindaran pajak adalah strategi dan teknik
penghidaran pajak yang dilakukan secara legal dan aman bagi wajib pajak karena tidak pertentangan dengan ketentuan
perpajakan. Metode dan teknik yang digunakan adalah dengan memanfaatkan kelemahan grey area yang terdapat dalam undang-
undang dan peraturan perpajakan itu sendiri. b. Tax Evasion Penyeludupan Pajak
Tax Evasion atau Penyeludupan Pajak adalah kebalikan dari tax avoidance, strategi dan teknik penghindaran pajak dilakukan secara
ilegal dan tidak aman bagi wajib pajak, dan cara penyeludupan pajak ini bertentangan dengan ketentuan perpajakan, karena metode
dan teknik yang digunakan tidak berada dalam koridor undang- undang dan peraturan perpajakan. Cara yang dilakukan beresiko
tinggi dan berpotensi dikenakannya sanksi pelanggaran hukum atau tindak pidana fiscal atau kriminil.
19
c. Tax Saving Penghematan Pajak Tax Saving atau Penghematan Pajak merupakan suatu tindakan
penghematan pajak yang dilakukan oleh wajib pajak yang dilakukan secara legal dan aman bagi wajib pajak karena tanpa
bertentangan dengan ketentuan perpajakan. 4. Signalling Theory
Signalling theory menurut Wolk dalam Thiono 2006:4, menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi
laporan keuangan pada pihak eksternal, karena terdapat asimetris informasi asymmetri information antara perusahaan dan pihak luar. Perusahaan
agent mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan principal dan prospek yang akan datang daripada pihak luar investor, kreditor.
Kurangnya informasi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan memberikan harga yang rendah untuk
perusahaan. Hal yang dapat terjadi atas asimetri informasi menurut Jensen dan Meckling 1976 dalam Arifin 2005 dapat menimbulkan 2 dua
permasalahan, yaitu : a. Moral Hazard, yaitu permasalahan yang muncul jika agen tidak
melaksanakan hal-hal yang disepakati dalam kontrak kerja. b. Adverse selection, yaitu suatu keadaan dimana prinsipal tidak dapat
mengetahui apakah suatu keputusan yang diambil oleh agen benar- benar didasarkan atas informasi yang telah diperolehnya, atau
terjadi sebuah kelalaian dalam tugas.
20
Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana sebuah perusahaan seharusnya memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal
tersebut dapat berupa informasi mengenai apa yang telah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa
promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain Ratna dan Zuhrotun, 2006 dalam
Jama’an , 2008. Dengan adanya signalling theory ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pihak manajemen perusahaan terkhususnya perusahaan yang telah go public pasti memberikan informasi kepada para investor sehingga investor dapat
mengetahui keadaan perusahaan dan prospeknya di masa depan. Oleh sebab itu dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi investor dapat
membedakan perusahaan mana yang memiliki nilai perusahaan yang baik, sehingga di masa mendatang dapat memberikan keuntungan bagi investor
tersebut Alivia, 2013. Dalam signalling theory, pengeluaran investasi memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang
akan datang, sehingga meningkatkan harga saham sebagai indikator nilai perusahaan Jama’an, 2008. Selain itu bagi pihak manajemen, praktik
penghindaran pajak yang telah dilakukan diharapkan dapat memberikan sinyal positif kepada pihak investor yang akan berdampak terhadap naiknya
nilai perusahaan. Karena pada dasarnya nilai perusahaan dapat dikatakan baik salah satunya ditunjukkan oleh peningkatan harga saham perusahaan
dari waktu ke waktu.
21
5. Agency Theory Pada agency theory yang disebut principal adalah pemegang saham,
sedangkan yang dimaksud agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan. Dalam manajemen keuangan tujuan utama perusahaan adalah
memaksimalkan kemakmuran pemegang saham, harus bertindak untuk kepentingan pemegang saham. Namun dalam kenyataannya, sering terjadi
agency conflict antara manajemen dan pemegang saham yang disebabkan perbedaan kepentingan antara manajemen dan pemegang saham.
Manajemen perusahaan memiliki kecenderungan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dengan biaya pihak lain. Jensen dan
Meckling 1976, menyatakan bahwa agency problem akan terjadi bila proporsi kepemilikan manajer atas saham kurang dari 100. Sehingga
manajer bertindak untuk mengejar kepentingannya sendiri dan tidak berdasarkan memaksimalkan nilai perusahaan dalam pengambilan
keputusan keuangan khususnya keputusan pendanaan. 6. Penghindaran Pajak Tax avoidance
Didalam benak wajib pajak, pajak masih dianggap sebagai beban, sehingga berbagai cara dilakukan oleh wajib pajak untuk mengurangi beban
tersebut, baik dengan jalan yang diperbolehkan hingga jalan yang melanggar batasan undang-undang yang berlaku.
Penghindaran pajak atau tax avoidance adalah suatu skema transaksi yang ditujukan untuk meminimalkan beban pajak dengan memanfaatkan
kelemahan-kelemahan loophole ketentuan perpajakan suatu Negara
22
sehingga ahli pajak menyatakan legal karena tidak melanggar peraturan perpajakan, Sedangkan Penggelapan Pajak atau tax evasion adalah suatu
skema memperkecil pajak yang terhutang dengan cara melanggar ketentuan perpajakan illegal. Darussalam, 2009.
Menurut Mardiasmo 2003, penghindaran pajak adalah suatu usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar undang-undang yang ada.
Sedangkan menurut Heru 1997 dalam Budiman 2012 penghindaran pajak adalah usaha pengurangan pajak, namun tetap mematuhi ketentuan
peraturan perpajakan seperti memanfaatkan pengecualian dan potongan yang diperkenankan maupun menunda pajak yang belum diatur dalam
peraturan perpajakan yang berlaku. Lim 2011 mendefinisikan tax avoidance sebagai penghematan pajak
yang timbul dengan memanfaatkan ketentuan perpajakan yang dilakukan secara legal untuk meminimalkan kewajiban pajak. Tax avoidance secara
hukum pajak tidak dilarang meskipun seringkali mendapat sorotan yang kurang baik dari kantor pajak Karena dianggap memiliki konotasi yang
negative. Berbeda dengan tax aversion penggelapan pajak, yang merupakan usaha-usaha memperkecil jumlah pajak dengan melanggar
ketentuan-ketentuan pajak yang berlaku. Selain tax avoidance juga terdapat istilah tax aggressive dan tax
sheltering. Pengertian tax aggressive seperti yang diungkapkan oleh Frank et al. 2009 merupakan tindakan yang bertujuan mengurangi pendapatan
23
kena pajak melalui perencanaan pajak. Tax aggressive menggunakan metode yang diklasifikasikan atau tidak diklasifikasikan sebagai
penggelapan pajak tax evasion, meskipun tidak semua tindakan yang dilakukan melanggar aturan akan tetapi metode yang digunakan oleh
perusahaan membuat perusahaan diasumsikan lebih agresif. Sedangkan tax sheltering dalam penelitian Graham dan Tucker 2006 mendefinisikan tax
shelters berdasarkan US kongres Dewan Komite Perpajakan, 1999 sebagai upaya untuk menghindari pajak tanpa terkena risiko ekonomi atau kerugian.
Berdasarkan definisi ini tax aggressiveness dan tax sheltering dapat diartikan juga sebagai tax avoidance Masri, 2011
Menurut komite fiscal OECD Spitz, 1983 terdapat 3 karakter tax avoidance yaitu:
a. Artificial Arrangement, dimana berbagai pengaturan seolah-oleh terdapat didalamnya padahal tidak, dan ini dilakukan karena
ketiadaan faktor pajak. b. Celah undang-undang loopholes, memanfaatkan celah dari
undang-undang atau menerapkan ketentuan-ketentuan legal untuk berbagai tujuan, yang berlawanan dari isi undang-undang
sebenarnya, c. Terdapat unsur kerahasiaan. Biasanya kosultan yang ditunjuk
perusahaan untuk
mengurus pajak
perusahaan tersebut
menunjukkan cara penghindaran pajak yang dilakukannya dengan syarat wajib pajak harus menjaga kerahasiaan sedalam mungkin.
24
Dalam teori tradisional, tax avoidance dianggap sebagai aktivitas untuk mentransfer kesejahteraan dari Negara kepada pemegang saham Kim
et. Al; 2011, oleh karena itu pemisahan atas kepemilikan dan control menjadi hal yang penting. Pemilik saham yang risk-neutral akan menerima
manajer bertindak atas nama mereka untuk mencapai profit maksimal, termasuk mengurangi kewajiban pajak selama keuntungan yang diharapkan
masih berada di atas biaya yang diperkirakan Chasbiandani, 2012 Dalam literature keagenan, tax avoidance dapat memfasilitasi
kesempatan manajerial untuk melakukan manipulasi laba atau penempatan sumber daya yang tidak sesual. Tax avoidance menggambarkan sebuah
kelanjutan dari strategi perencanaan perpajakan perusahaan. Aktivitas tax avoidance memunculkan kesempatan bagi manajemen dalam melakukan
aktivitas yang didesain untuk menutupi berita buruk atau menyesatkan investor Desai dan Dharmapala, 2006. Manajer dapat membenarkan
transaksi atas tax avoidance dengan mengklaim bahwa kompleksitas dan ketidaktahuan menjadi hal yang penting dalam meminimalkan terdeteksinya
aktivitas tax avoidance pemeriksa pajak. 7. Nilai Perusahaan
Tujuan jangka panjang dari perusahaan adalah mengoptimalkan nilai perusahaan Wahyudi dan Pawestri, 2006. Menurut Husnan 2000, nilai
perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Sedangkan menurut Keown 2004 nilai
25
perusahaan merupakan nilai pasar atas surat berharga hutang dan ekuitas perusahaan yang beredar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai perusahaan merupakan pandangan seseorang terhadap nilai suatu perusahaan, sehingga ia akan menetapkan
nilai beli yang sesuai atas saham ataupun surat berharga perusahaan yang beredar.
Nilai perusahaan dapat menggambarkan kesejahteraan pemilik perusahaan, sehingga pemilik perusahaan cenderung untuk mendorong
manajer untuk bekerja lebih keras untuk meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi
akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham Bringham Gapensi, 1996. Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi juga
kemakmuran pemegang saham Sari, 2010. Secara umum banyak metode dan teknik yang telah dikembangkan
dalam penilaian perusahaan, diantaranya adalah: a pendekatan laba, antara lain metode rasio tingkat laba atau price earning ratio, metode kapitalisasi
proyeksi laba; b pendekatan arus kas, antara lain metode diskonto arus kas; c pendekatan deviden, antara lain metode pertumbuhan deviden; d
pendekatan aktiva, antara laian metode penilaian aktiva; e pendekatan harga saham; f pendekatan economic value added Suharli, 2002.
Pendekatan theory of firm pada prinsipnya menjelaskan kegunaan hasil secara efisiensi dan maksimal. Jensen dan Meckling 1976
menyatakan bahwa perusahaan dalam pengoperasikan aktifitas perusahaan
26
yaitu memadukan keterbatasan kondisi-kondisi yang relevan dengan mempertimbangkan output dan input dengan tujuan untuk memaksimalkan
keuntungan atau nilai perusahaan. Oleh karena itu Jensen dan Meckling dalam pembahasan theory of firm yang pada prinsipnya adalah suatu proses
untuk memaksimalkan keuntungan atau nilai perusahaan tersebut dengan mempertimbangkan perilaku manajerial, biaya keagenan, dan struktur
kepemilikan dalam suatu perusahaan. Dalam hal ini dilakukannya perencanaan pajak dalam rangka meminimalkan biaya guna meningkatkan
nilai perusahaan Lestari, 2014 8. Komite Audit
Dalam pedoman yang diterbitkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance KNKG tahun 2006 menerbitkan pedoman Good Corporate
Governance bahwa suatu perusahaan dikatakan baik apabila memenuhi lima prinsip dasar yaitu, transparansi, akuntabilitas, pertanggung jawaban
responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan. Kelima prinsip itu diharapkan dapat meminimalisasi terjadinya konflik keagenan.
Selain itu, terdapat beberapa mekanisme yang sering dipakai dalam menerapkan tata kelola perusahaan dengan baik yaitu melalui pengendalian
yang dilakukan oleh dewan komisaris, komite audit dan dewan direksi. Sistem Corporate Governance di Indonesia menganut two tier system.
Dalam sistem ini ada dua dewan yang terpisah secara jelas yaitu dewan komisaris akan mengawasi kerja dewan direksi Lestari, 2014.
27
Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan
fungsi Dewan Komisaris Keputusan ketua Bapepam dan LK Nomor: Kep- 643BL2012.
Salah satu tugas komite audit adalah melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan Emiten atau Perusahaan Publik
kepada publik danatau pihak otoritas antara lain laporan keuangan, proyeksi, dan laporan lainnya terkait dengan informasi keuangan Emiten
atau Perusahaan Publik Simanjuntak dan Dahlia, 2014. Corporate Governance adalah alat pengendalian dari perilaku
penghindaran pajak yang dilakukan oleh manajerial Koanantachai, 2013. Penelitian Minnick dan Yoga menemukan bahwa semakin baiknya
penerapan corporate governance akan meningkatkan manajemen pajak yang dilakukan oleh perusahaan. Manajemen pajak yang baik dapat
mengurangi biaya pajak terutang yang harus dibayarkan kepada perusahaan sehingga perusahaan dapat memaksimalkan laba mereka. Dengan
manajemen pajak yang baik perusahaan dapat mengelola biaya pajak mereka dengan baik. Didalam manajemen pajak corporate governance
diharapkan dapat menjadi pengawas dan pengendali manajemen sehingga ketika perusahaan berusaha untuk mengurangi biaya pajak yang harus
dibayarkan tidak cenderung kepada tindakan manipulasi atau kecurangan dengan melanggar peraturan yang berlaku Simanjuntak dan Dahlia, 2014.
28
Terdapat berbagai macam elemen good corporate governance salah satunya adalah komite audit. Komite audit adalah salah satu pilar utama dari
corporate governance. Menurut Koanantachai 2013 perusahaan dengan corporate governance yang baik cenderung membayar pajak yang lebih
rendah dibanding dengan perusahaan yang memiliki corporate governance yang rendah. Komite audit bertugas menelaah laporan keuangan perusahaan
dan mengawasi kebijakan manajemen dalam mengelola perusahaan dengan efektif dan efisien. Komite audit merupakan bagian dari Corporate
Governance dan dapat mengurangi agency problem serta mengawasi kebijakan manajemen dalam mengelola perusahaan dengan efektif dan
efisien Simanjuntak dan Dahlia, 2014. Penelitian yang dilakukan oleh Nuralifmida 2012 menemukan
bahwa terdapat hubungan signifikan antara komite audit dan penghindaran pajak. Komite audit diukur efektivitasnya dengan menilai kompetensi, size
dan activity Hermawan, 2009. Dengan skoring yang dilakukan diharapkan dapat mencerminkan tingkat efektivitas dari komite audit dalam
menjalankan tugasnya. Simanjuntak dan Dahlia, 2014. Annisa dan Kurniasih 2012 menguji pengaruh dewan komisaris dan
komite audit terhadap penghindaran pajak. hasil penelitian menyimpulakn bahwa tidak terbukti adanya pengaruh signifikan antara dewan komisaris
terhadap penghindaran pajak dan terdapat pengaruh signifikan antara komite audit terhadap penghindaran pajak. Hal tersebut dimungkinkan karena
ukuran dewan komisaris tidak dapat mempengaruhi keputusan manajemen
29
dalam menentukan tindakan penghindaran pajak karena anggota dewan komisaris hanya sebagai formalitas untuk memenuhi peraturan yang dibuat
oleh Badan Pengawas Pasar Modal.
B. Penelitian Terdahulu