BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lansia
2.1.1 Defenisi lansia
Lansia atau usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang yaitu suatu periode dimana seseorang telah “beranjak jauh” dari periode
terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat Hurlock, 1999. Sedangkan menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998
tentang kesejahteraan lanjut usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Sementara itu WHO menyatakan
bahwa lanjut usia meliputi usia pertengahan yaitu kelompok usia 45-59 tahun. Menua manjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki dirimengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita Nugroho, 2008.
2.1.2 Batasan-batasan Lansia
Batasan lansia menurut WHO meliputi usia pertengahan Middle age antara 45 - 59 tahun, usia lanjut Elderly antara 60 - 74 tahun, dan usia lanjut tua
Old antara 75 – 90 tahun, serta usia sangat tua very old diatas 90 tahun Nugroho, 2008. Menurut UU No. 4 tahun 1965 pasal 1 dinyatakan sebagai
berikut : “Seorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak
Universitas Sumatera Utara
berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain”.
2.1.3 Teori–teori proses menua
secara individual tahap proses menua pada seseorang terjadi dengan usia yang berbeda karena masing-masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang
berbeda dan sampai sekarang tidak ada satu faktor pun di temukan untuk mencegah proses menua Nugroho, 2000.
2.1.3.1 Teori–teori biologi
a. Teori genetik dan mutasi Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-
spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang di program oleh molekul–molekulDNA dan setiap sel pada saat nya akan
mengalami mutasi Nugroho, 2000. b. Teori immunologi slow virus
Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh Nugroho, 2000.
2.1.3.2 Teori kejiwaan sosial
a. Aktivitas atau kegiatan activity theory Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka
yang aktif dan ikut dalam kegiatan sosial dan mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia
Nugroho, 2000.
Universitas Sumatera Utara
b. Kepribadian berlanjut continuity theory Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori
ini merupakan gabungan dari teori yang diatas. Pada teori menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh
tipe personality yang dimilikinya Nugroho, 2000.
2.1.4 Perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia
Nugroho 2008 menyatakan terdapat banyak perubahan yang terjadi pada lanjut usia mencakup perubahan-perubahan fisik, mental, psikososial, dan
perkembangan spiritual. 2.1.4.1
Perubahan-perubahan fisik
a. Sel Sel menjadi lebih sedikit jumlahnya, lebih besar ukurannya, berkurangnya
jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati, jumlah sel otak menurun,
terganggunya mekanisme perbaikan sel, serta otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10 Nugroho, 2008.
b. Sistem persarafan Terjadi penurunan berat otak sebesar 10-20, cepatnya menurun
hubungan persarafan, lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya stress, mengecilnya saraf panca indra, serta kurang sensitif terhadap sentuhan.
Pada sistem pendengaran terjadi presbiakusis gangguan dalam pendengaran hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bunyi
suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata,
Universitas Sumatera Utara
serta biasanya pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwastress Nugroho, 2008.
c. Sistem penglihatan Timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih
berbentuk sferis bola, kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak, meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih
lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapangan pandang, serta menurunnya daya membedakan warna biru
atau hijau Nugroho, 2008. d. Sistem kardiovaskuler
Terjadi penurunan elastisitas aorta, katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun, kurangnya elastisitas
pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk atau dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan
tekanan darah menurun, mengakibatkan pusing mendadak, serta meningginya tekanan darah akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah Nugroho, 2008.
e. Sistem pengaturan Temperatur tubuh terjadi hipotermia secara fisiologis akibat metabolisme
yang menurun, keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas akibatnya aktivitas otot menurun Nugroho, 2008.
f. Sistem respirasi Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya
aktivitas dari silia, paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat,
Universitas Sumatera Utara
kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun, ukuran alveoli melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang, kemampuan untuk
batuk berkurang, serta kemampuan kekuatan otot pernafasan menurun Nugroho, 2008.
g. Sistem gastrointestinal Terjadi kehilangan gigi akibat periodontal disease, kesehatan gigi yang
buruk dan gizi yang buruk, indra pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecap di lidah terhadap rasa manis, asin, asam, atau pahit, esofagus melebar,
rasa lapar menurun, asam lambung menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi, serta melemahnya daya absorbsi Nugroho, 2008.
h. Sistem reproduksi Terjadi penciutan ovari dan uterus, penurunan lendir vagina, serta atrofi
payudara, sedangkan pada laki-laki, testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur, kehidupan seksual dapat
diupayakan sampai masa lanjut usia asal kondisi kesehatan baik Nugroho, 2008. i. Sistem perkemihan
Terjadi atrofi nefron dan aliran darah ke ginjal menurun sampai 50, otot- otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air kecil meningkat dan
terkadang menyebabkan retensi urin pada pria Nugroho, 2008. j. Sistem Endokrin
Terjadi penurunan semua produksi hormon, mencakup penurunan aktivitas tiroid, BMR, daya pertukaran zat, produksi aldosteron, progesterone, estrogen,
dan testosteron Nugroho, 2008.
Universitas Sumatera Utara
k. Sistem Integumen Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan
kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinisasi, serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis, rambut menipis berwarna kelabu, rambut
dalam hidung dan telinga menebal, berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras
dan rapuh, pudar dan kurang bercahaya, serta kelenjar keringat yang berkurang jumlah dan fungsinya Nugroho, 2008.
l. Sistem muskuloskeletal Tulang kehilangan density cairan dan makin rapuh, kifosis, pergerakan
pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas, persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan mengalami sclerosis, serta atrofi serabut otot Nugroho,
2008.
2.1.4.2 Perubahan-perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental Nugroho, 2000. a. Perubahan fisik, khususnya organ perasa
b. Kesehatan umum c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan Hereditas e. Lingkungan
Kenangan Memory. a. Kenangan jangka panjang: Berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu
mencakup beberapa perubahan.
Universitas Sumatera Utara
b. Kenangan jangka pendek atau seketika: 0-10 menit, kenangan buruk.
IQ Inteligentia Quantion.
a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal. b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan keterampilan psikomotor, terjadi
perubahan pada daya membayangkan karena tekanan-tekanan dari faktor waktu.
2.1.4.3 Perubahan-perubahan psikososial
Kuntjoro 2002 mengatakan pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi
kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi semakin
lambat. Sementara fungsi psikomotorik konatif meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi,
yang berakibat lansia menjadi kurang cekatan. Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia akan mengalami
perubahan-perubahan psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe
kepribadian lansia yaitu sebagai berikut: 1. Tipe kepribadian konstruktif Construction personality, biasanya tipe ini
tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua. 2. Tipe kepribadian mandiri Independent personality, pada tipe ini ada
kecenderungan mengalami post power syndrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.
Universitas Sumatera Utara
3. Tipe kepribadian tergantung Dependent personality, pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga
selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi
jika tidak segera bangkit dari kedukaannya. 4. Tipe kepribadian bermusuhan Hostility personality, pada tipe ini setelah
memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan
kondisi ekonominya tidak stabil. 5. Tipe kepribadian kritik diri Self Hate personality, pada lansia tipe ini
umunya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.
Menurut Nugroho 2000 pada lansia yang dulunya bekerja dan mengalami pensiun akan mengalami kehilangan finansial, status, teman dan
kegiatan. Seorang lansia juga merasakan atau sadar akan kematian, mengalami perubahan dalam cara hidup, perubahan ekonomi akibat pemberhentian dari
jabatan, mengalami penyakit kronis dan ketidakmampuan.
2.1.4.4 Dampak perubahan dan kemunduran pada lansia
Perubahan dan kemunduran yang terjadi akan memberikan dampak terhadap tingkah laku dan perasaan orang yang memasuki usia lanjut.
Kemunduran fisik yang terjadi pada lansia memberikan kesimpulan bahwa kecantikan atau ketampanan yang mereka miliki mulai hilang, ini berarti
kehilangan daya tarik bagi diri lansia. Wanita biasanya lebih risau dan tertekan
Universitas Sumatera Utara
karena keadaan tersebut sebab biasanya wanita di puji karena kecantikan dan keindahan fisiknya. Tetapi tidak berarti bahwa pria pada masa kini tidak
mengalami hal tersebut. Pada pria yang mengalami proses menua tetap dirinya menarik bagi lawan jenisnya Nugroho, 2008.
Selain itu yang menjadi permasalahan pada lansia di Indonesia meliputi ketergantungan, sistem nilai kekerabatan yang berubah, sumber pendapatan lansia
yang menurun, dan masalah kesehatan dan pemberdayaan pola hidup sehat, serta masalah psikologi dan kesehatan mental dan spiritual.
2.2 Kualitas Hidup
2.2.1 Defenisi Kualitas Hidup
Setiap individu memiliki kualitas hidup yang berbeda tergantung dari masing-masing individu dalam menyikapi permasalahan yang terjadi dalam
dirinya. Jika menghadapi dengan positif maka akan baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi dengan negatif maka akan buruk pula kualitas
hidupnya. Menurut Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto, kualitas hidup
adalah tingkat dimana seseorang menikmati hal-hal penting yang mungkin terjadi dalam hidupnya. Masing-masing orang memiliki kesempatan dan keterbatasan
dalam hidupnya yang merefleksikan interaksinya dan lingkungan. Sedangkan kenikmatan itu sendiri terdiri dari dua komponen yaitu pengalaman dari kepuasan
dan kepemilikan atau prestasi Universitas Toronto, 2004.
Universitas Sumatera Utara
Menurut WHO 1994 kualitas hidup didefenisikan sebagai persepsi individu sebagai laki-laki atau wanita dalam hidup, ditinjau dari konteks budaya
dan sistem nilai dimana mereka tinggal, dan berhubungan dengan standar hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian mereka.Hal ini merupakan konsep tingkatan,
terangkum secara kompleks mencakup kesehatan fisik, status psikologis, tingkat kebebasan, hubungan sosial dan hubungan kepada karakteristik lingkungan
mereka. Menurut Donald 2001, Kualitas hidup mendeskripsikan istilah yang
merujuk pada emosional, sosial dan kesejahteraan fisik seseorang juga kemampuan mereka untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari.
2.2.2 Komponen Kualitas Hidup
Beberapa literatur menyebutkan kualitas hidup dapat diklasifikasikan kedalam beberapa komponen yaitu :
2.2.2.1 University of Toronto 2004
Beberapa literatur menyebutkan kualitas hidup dapat dibagi dalam 3 bagian yaitu internal individu, kepemilikan hubungan individu dengan
lingkungan, dan harapan prestasi dan aspirasi individu. a. Internal individu
Internal individu dalam kualitas hidup dibagi 3 yaitu secara fisik, psikologis, dan spiritual. Secara fisik yang terdiri dari kesehatan fisik, personal
higienis, nutrisi, olahraga, pakaian, dan penampilan fisik secara umum. Secara psikologis yang terdiri dari kesehatan dan penyesuaian psikologis, kesadaran,
Universitas Sumatera Utara
perasaan, harga diri, konsep diri, dan kontrol diri. Secara spiritual terdiri dari nilai-nilai pribadi dan kepercayaan spiritual.
b. Kepemilikan Kepemilikan hubungan individu dengan lingkungannya dalam kualitas
hidup dibagi dua yaitu secara fisik dan sosial. Secara fisik yang terdiri dari rumah, tempat kerjasekolah, secara sosial terdiri dari tetanggalingkungan dan
masyarakat, keluarga, temanrekan kerja, lingkungan dan masyarakat. c. Harapan
Harapan prestasi dan aspirasi individu dalam kualitas dapat dibagi dua yaitu secara praktis dan secara pekerjaan. Secara praktis yaitu rumah tangga,
pekerjaan, aktivitas sekolah atau sukarela dan pencapaian kebutuhan atau sosial. Secara pekerjaan yaitu aktivitas peningkatan pengetahuan dan kemampuan serta
adaptasi terhadap perubahan dan penggunaan waktu santai, aktivitas relaksasi dan reduksi stress.
Sedangkan World Health Organization Quality Of Life WHOQOL
membagi kualitas hidup dalam enam domain yaitu fisik, psikologis, tingkat kebebasan, hubungan sosial, lingkungan, spiritual, agama atau kepercayaan
seseorang WHO, 1998. 1. Domain I – fisik
WHOQOL membagi domain fisik pada tiga bagian, yaitu: a. Nyeri dan ketidaknyamanan
Aspek ini mengeksplor sensasi fisik yang tidak menyenangkan yang dialami individu, dan selanjutnya berubah menjadi sensasi yang menyedihkan dan
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi hidup individu tersebut. Sensasi yang tidak menyenangkan meliputi kekakuan, sakit, nyeri dengan durasi lama atau pendek, bahkan penyakit
gatal juga termasuk. Diputuskan nyeri bila individu mengatakan nyeri, walaupun tidak ada alasan medis yang membuktikannya WHO, 1998.
b. Tenaga dan lelah Aspek ini mengeksplor tenaga, antusiasme dan keinginan individu untuk
selalu dapat melakukan aktivitas sehari-hari, sebaik aktivitas lain seperti rekreasi. Kelelahan membuat individu tidak mampu mencapai kekuatan yang cukup untuk
merasakan hidup yang sebenarnya. Kelelahan merupakan akibat dari beberapa hal seperti sakit, depresi, atau pekerjaan yang terlalu berat WHO, 1998.
c. Tidur dan istirahat Aspek ini fokus pada seberapa banyak tidur dan istirahat. Masalah tidur
termasuk kesulitan untuk pergi tidur, bangun tengah malam, bangun di pagi hari dan tidak dapat kembali tidur dan kurang segar saat bangun di pagi hari WHO,
1998. Sedangkan Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto
mengidentifikasikan Physical being sebagai aspek dari kesehatan fisik, kebersihan diri, nutrisi, olahraga, perawatan, berpakaian, dan penampilan fisik Universitas
Toronto, 2004.
Universitas Sumatera Utara
2. Domain II – Psikologis WHOQOL membagi domain psikologis pada lima bagian, yaitu:
a. Perasaan positif Aspek ini menguji seberapa banyak pengalaman perasaan positif individu
dari kesukaan, keseimbangan, kedamaian, kegembiraan, harapan, kesenangan dan kenikmatan dari hal-hal baik dalam hidup. Pandangan individu, dan perasaan pada
masa depan merupakan bagian penting dari segi ini WHO, 1998. b. Berfikir, belajar, ingatan dan konsentrasi
Aspek ini mengeksplor pandangan individu terhadap pemikiran, pembelajaran, ingatan, konsentrasi dan kemampuannya dalam membuat
keputusan. Hal ini juga termasuk kecepatan dan kejelasan individu memberikan gagasan WHO, 1998.
c. Harga diri Aspek ini menguji apa yang individu rasakan tentang diri mereka sendiri.
Hal ini bisa saja memiliki jarak dari perasaan positif sampai perasaan yang ekstrim negatif tentang diri mereka sendiri. Perasaan seseorang dari harga sebagai
individu dieksplor. Aspek dari harga diri fokus dengan perasaan individu dari kekuatan diri, kepuasan dengan diri dan kendali diri WHO, 1998.
d. Gambaran diri dan penampilan Aspek ini menguji pandangan individu dengan tubuhnya. Apakah
penampilan tubuh kelihatan positif atau negatif. Fokus pada kepuasan individu dengan penampilan dan akibat yang dimilikinya pada konsep diri. Hal ini
termasuk perluasan dimana apabila ada bagian tubuh yang cacat akan bisa
Universitas Sumatera Utara
dikoreksi misalnya dengan berdandan, berpakaian, menggunakan organ buatan dan sebagainya WHO, 1998.
e. Perasaan negatif Aspek ini fokus pada seberapa banyak pengalaman perasaan negatif
individu, termasuk patah semangat, perasaan berdosa, kesedihan, keputusasaan, kegelisahan, kecemasan, dan kurang bahagia dalam hidup. Segi ini termasuk
pertimbangan dari seberapa menyedihkan perasaan negatif dan akibatnya pada fungsi keseharian individu WHO, 1998.
Sedangkan Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto mengidentifikasikan Psychological being sebagai aspek dari kesehatan psikologis
dan penyesuaian seseorang, pengertian, perasaan, dan perhatian pada evaluasi diri, dan kontrol diri Universitas Toronto, 2004.
3. Domain III – Tingkat kebebasan WHOQOL membagi domain tingkat kebebasan pada empat bagian, yaitu:
a. Pergerakan Aspek ini menguji pandangan individu terhadap kemampuannya untuk
berpindah dari satu tempat ke tempat lain, bergerak di sekitar rumah, bergerak di sekitar tempat kerja, atau ke dan dari pelayanan transportasi WHO, 1998.
b. Aktivitas hidup sehari-hari Aspek ini mengeksplor kemampuan individu untuk melakukan aktivitas
sehari-hari. Hal ini termasuk perawatan diri dan perhatian yang tepat pada kepemilikan. Tingkatan dimana individu tergantung pada yang lain untuk
Universitas Sumatera Utara
membantunya dalam aktivitas kesehariannya juga berakibat pada kualitas hidupnya WHO, 1998.
c. Ketergantungan pada pengobatan atau perlakuan Aspek ini menguji ketergantungan individu pada medis atau pengobatan
alternatif seperti akupuntur dan obat herba untuk mendukung fisik dan kesejahteraan psikologisnya. Pengobatan pada beberapa kasus dapat berakibat
negatif pada kualitas hidup individu seperti efek samping dari kemoterapi di saat yang sama pada kasus lain menambah kualitas hidup individu seperti pasien
kanker yang menggunakan pembunuh nyeri WHO, 1998. d. Kapasitas pekerjaan
Aspek ini menguji penggunaan energi individu untuk bekerja. Bekerja didefenisikan sebagai aktivitas besar dimana individu disibukkan. Aktivitas besar
termasuk pekerjaan dengan upah, pekerjaan tanpa upah, pekerjaan sukarela untuk masyarakat, belajar dengan waktu penuh, merawat anak dan tugas rumah tangga
WHO, 1998. 4. Domain IV – Hubungan sosial
WHOQOL membagi domain hubungan sosial pada tiga bagian, yaitu: a. Hubungan perorangan
Aspek ini menguji tingkatan perasaan individu pada persahabatan, cinta, dan dukungan dari hubungan yang dekat dalam kehidupannya. Aspek ini
termasuk pada kemampuan dan kesempatan untuk mencintai, dicintai dan lebih dekat dengan orang lain secara emosi dan fisik. Tingkatan dimana individu
Universitas Sumatera Utara
merasa mereka bisa berbagi pengalaman baik senang maupun sedih dengan orang yang dicintai. WHO, 1998.
b. Dukungan sosial Aspek ini menguji apa yang individu rasakan pada tanggung jawab,
dukungan, dan tersedianya bantuan dari keluarga dan teman. Aspek ini fokus pada seberapa banyak yang individu rasakan pada dukungan keluarga dan teman,
faktanya pada tingkatan mana individu tergantung pada dukungan di saat sulit WHO, 1998.
c. Aktivitas seksual Aspek ini fokus pada dorongan dan hasrat pada seks, dan tingkatan dimana
individu dapat mengekspresikan dan senang dengan hasrat seksual yang tepat WHO, 1998.
Sedangkan Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto mengidentifikasikan Social belonging sebagai hubungan dengan lingkungan sosial
dan termasuk perasaan dari penerimaan yang dekat, keluarga, teman, rekan kerja, dan tetangga serta masyarakat Universitas Toronto, 2004.
5. Domain V – Lingkungan WHOQOL membagi domain lingkungan pada delapan bagian, yaitu:
a. Keamanan fisik dan keamanan Aspek ini menguji perasaan individu pada keamanan dari kejahatan fisik.
Ancaman pada keamanan bisa timbul dari beberapa sumber seperti tekanan orang lain atau politik. Aspek ini berhubungan langsung dengan perasaan kebebasan
individu WHO, 1998.
Universitas Sumatera Utara
b. Lingkungan rumah Aspek ini menguji tempat yang terpenting dimana individu tinggal tempat
berlindung dan menjaga barang-barang. Kualitas sebuah rumah dapat dinilai pada kenyamanan, tempat teraman individu untuk tinggal WHO, 1998.
c. Sumber penghasilan Aspek ini mengeksplor pandangan individu pada sumber penghasilan dan
sumber penghasilan dari tempat lain. Fokusnya pada apakah individu dapat mengahasilkan atau tidak dimana berakibat pada kualitas hidup WHO, 1998.
d. Kesehatan dan perhatian sosial: ketersediaan dan kualitas Aspek ini menguji pandangan individu pada kesehatan dan perhatian sosial
di kedekatan sekitar. Dekat berarti berapa lama waktu yang diperlukan untuk mendapatkan bantuan WHO, 1998.
e. Kesempatan untuk memperoleh informasi baru dan keterampilan Aspek ini menguji kesempatan individu dan keinginan untuk mempelajari
keterampilan baru, mendapatkan pengetahuan baru, dan peka pada apa yang terjadi. Termasuk program pendidikan formal, atau pembelajaran orang dewasa
atau aktivitas di waktu luang, baik dalam kelompok atau sendiri WHO, 1998. Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto mengidentifikasikan
Growth becoming sebagai kegiatan perbaikan atau pemeliharaan pengetahuan dan keterampilan Universitas Toronto, 2004.
f. Partisipasi dalam kesempatan berekreasi dan waktu luang Aspek ini mengeksplor kemampuan individu, kesempatan dan keinginan
untuk berpartisipasi dalam waktu luang, hiburan dan relaksasi WHO, 1998.
Universitas Sumatera Utara
Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto mengidentifikasikan Leisure becoming sebagai aktivitas yang menimbulkan relaksasi dan penurunan
stress. Disini termasuk permainan kartu, pembicaraan dengan tetangga, dan kunjungan keluarga, atau aktivitas dengan durasi yang lama seperti liburan
Universitas Toronto, 2004. g. Lingkungan fisik polusi keributan kemacetan iklim
Aspek ini menguji pandangan individu pada lingkungannya. Hal ini mencakup kebisingan, polusi, iklim dan estetika lingkungan dimana pelayanan ini
dapat meningkatkan atau memperburuk kualitas hidup WHO, 1998. h. Transportasi
Aspek ini menguji pandangan individu pada seberapa mudah untuk menemukan dan menggunakan pelayanan transportasi WHO, 1998.
6. Domain VI – Spiritual agama kepercayaan seseorang Aspek ini menguji kepercayaan individu dan bagaimana dampaknya pada
kualitas hidup. Hal ini bisa membantu individu untuk mengkoping kesulitan hidupnya, memberi kekuatan pada pengalaman, aspek ini ditujukan pada individu
dengan perbedaan agama Buddha, Kristen, Hindu, dan Islam, sebaik individu dengan kepercayaan individu dan kepercayaan spiritual yang tidak sesuai dengan
orientasi agama WHO, 1998 Sedangkan Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto
mengidentifikasikan Spiritual being sebagai refleksi nilai diri, standar diri dari tingkah laku, dan kepercayaan spiritual dimana terhubung atau tidak dengan
pengaturan kepercayaan Universitas Toronto, 2004.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Kebudayaan Suku Aceh
Kebudayaan dipahami sebagai sistem pengetahuan yang dimiliki masyarakat yang dijadikan sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Kebudayaan
terdiri atas sistem aturan-aturan, norma, nilai yang dimiliki oleh masyarakat. Semua masyarakat mengakuai adanya sejumlah tingkatan hidup, dimana setiap
manusia akan menjadi tua. Tetapi bagaimana pembatasannya akan berbeda-beda menurut kebudayaan masyarakat dan kebudayaannya akan menentukan pola
kegiatan, sikap, larangan, dan kewajiban mereka. Kedudukan dan peranan orang lansia dalam keluarga dan masyarakat sangat ditentukan oleh kebudayaan yang
dimiliki oleh keluarga dan masyarakat. Kebiasaan lansia di Cot Girek adalah bangun pagi hari dan melakukan
aktifitas yang bersifat ringan seperti berkebun di halaman rumah, mayoritas agama disana adalah islam dan mereka meyakini semakin kuat nilai agama yang
mereka terapkan maka akan semakin meningkatkan kualitas hidup mereka. Lansia di Cot Girek umumnya masih bersifat tertutup dengan pelayanan medis mereka
lebih percaya kepada hal-hal yang lebih alami dalam pengobatannya. 2.3.1 Nilai – nilai
Sistem kekerabatan orang aceh mengandung nilai-nilai luhur dalam kehidupan, antara lain :
a. Pembagian peran, nilai ini tercermin dari sistem kekerabatan yang di bagi dalam bagian-bagian tertentu, secara sosial pembagian ini
ditunjukan untuk membagi peran masing-masing baik di keluarga maupun masyarakat
Universitas Sumatera Utara
b. Harmoni masyarakat, sistem ini secara sosial juga bernilai kepada harmonisasi masyarakat dengan ini tentunya kehidupan sosial akan
berjalan dengan baik jika masing-masing menjalankan perannya dan tidak melanggar aturan
c. Melestarikan tradisi, pelaksanaan sistem ini dalam kehidupan keluarga maupun sosial adalah menjadi bukti tindakan orang aceh
dalam pelestarian tradisi d. Menjaga adat, salah satu tugas yang diemban orang aceh adalah
menjalankan upacara adat dari sini dapat disimpulkan bahwa salah satu tujuan sistem kekerabatan ini adalah untuk menjaga adat aceh
agar tetap lestari e. Menjaga keturunan, suatu hal penting dari sistem kekerabatan
adalah berlangsungnya keturunan agar bertahan dan bermanfaat bagi sesama, melalui sistem ini leluhur suku aceh ingin menjaga
nasab setiap orang agar tetap tersambung f. Menjaga persatuan suku, sistem kekerabatan bernilain untuk
menjaga persatuan suku. Hal ini disebabkan oleh kesadaran mereka yang diikat oleh satu leluhur dari suku yang sama.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN