Kondisi yang akan terjadi dari stabilisasi menggunakan kapur antara lain : −
Meningkatkan kekakuan tanah dasar untuk pembangunan jalan baru atau merehabilitasi jalan yang telah ada,
− Mengurangi PI dari perkerasan semula dan material tanah dasar,
− Meningkatkan stabilitas volume untuk lapisan paling atas dari material yang dipilih,
− Memodifikasi lapisan subbase untuk meningkatkan kekakuan perkerasan.
2.5.1.2. Stabilisasi Tanah Dengan Abu Sekam Padi Rice Husk Ash
Abu sekam padi merupakan bahan hasil sampingan produk pertanian, sekam yang dibakar mempunyai sifat pozzolan yang mengandung unsur silikat yang tinggi.
Secara visual abu sekam padi yang digunakan dalam penelitian ini adalah berwarna abu- abu grey colour-ash.
Pada pembakaran padi menjadi abu akan kehilangan zat organik dan menghasilkan silika yang banyak. Pengaruh panas terhadap silika dalam sekam dapat
menghasilkan perubahan struktural yang berpengaruh terhadap dua hal, yaitu tingkat aktifitas pozzolan dan kehalusan butirnya. Menurut Swamy, 1986, temperatur
pembakaran untuk kulit gabah adalah sekitar 350
o
C dan kehilangan berat terjadi pada suhu 500
o
C. Analisis abu dengan difraksi sinar X terjadi pada suhu 700
o
C, abu terutama terdiri dari silika amorpous, tetapi diluar temperature 700
o
C silika akan mengkristalisasi menjadi kristobalit dan tridimit, sifat dari kedua silika ini kurang reaktif.
Pada temperatur yang lebih tinggi pembakaran sekam padi dapat menghasilkan abu sekam padi yang berwarna lebih cerah. Laju reaksi pozzolan dapat ditingkatkan
dengan meningkatkan kehalusan. Proses-proses lain telah dikembangkan untuk memperoleh material yang bersifat seperti semen dari bahan kulit padi, namun aktifitas
pozzolanik yang dihasilkan sangat buruk Swamy, 1986. Reaksi pozzolanik yang terjadi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
antara abu sekam padi dengan kapur adalah sebagai berikut Tjokrodimulyo, 1992 dalam Muntahar, 1997 :
3CaOH
2
+ 2SiO
2
3CaO. 2SiO
2
. 3H
2
O Reaksi ini jauh lebih kompleks dan bergantung kepada bahan-bahan penyusun pozzolan,
termasuk silika. Menurut Swamy, 1986, silika termasuk unsur kimia yang paling dominan dan menguntungkan pada abu sekam padi. Kandungannya pada abu sekam padi
mencapai 93. Penggunaan abu sekam padi sebagai bahan stabilisasi stabilizing agents pada
tanah lempung dimungkinkan karena material ini banyak mengandung unsur silikat SiO
2
dan aluminat Al
2
O
3
, sehingga dikategorikan sebagai pozzolan. Pozzolan ini mengandung sifat sementasi jika bercampur dengan kapur padam dan air.
9
Apabila kapur CaOH
2
, abu sekam padi dan mineral lempung bereaksi, maka akan terjadi reaksi pozzolanisasi yang menghasilkan kristal CaSiO
3
yang bersifat mengikat butiran lempung dengan butiran lempung serta butiran lempung dengan
CaSiO
3
. Reaksi pozzolanisasi yang terjadi antara kapur dan abu sekam padi tersebut sebagai berikut Wijaya, 1994 dalam Sujatmaka 1998 :
SiO
2
+ CaOH
2
+ H
2
O CaSiO
3
+ 2H
2
O 2.5.2.
Pengaruh Masa Perawatan Curing Time
Masa perawatan curing time dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki interaksi antara air dengan partikel-partikel tanah serta bahan stabilisasi zat aditif kapur
dan abu sekam padi melalui reaksi permukaan berupa reaksi kimia yang sedemikian rupa sehingga membuat sifat tanah dalam hubungannya dengan air memberi efek yang
paling menguntungkan untuk suatu keperluan tertentu dan memberikan pengaruh terhadap perbaikan kekuatan tanah.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pada pencampuran tanah lempung dengan kapur dan abu sekam padi serta air membentuk hydrated gel yang mengikat butiran. Proses tersebut memakan waktu
beberapa hari, karena setelah mengalami perawatan curing time, perendaman dalam air justru membantu proses hidrasi tadi. Hal ini mengakibatkan campuran tanah-kapur-abu
sekam padi menjadi semakin kuat yang kemudian meningkatkan nilai CBR-nya. Qunik Wiqoyah, 2006, dalam penelitian pengaruh kadar kapur, waktu perawatan
dan perendaman terhadap kuat dukung tanah lempung, menemukan bahwa hasil uji CBR perawatan 3 hari dan perendaman 4 hari menunjukkan peningkatan nilai CBR seiring
penambahan kapur. Peningkatan maksimum baik pada perawatan 3 hari maupun perendaman 4 hari terjadi pada penambahan 7,5 kapur. Besarnya peningkatan masing-
masing berturut-turut ; 23,64 dan 28,78 . Penambahan kapur samapi pada 7,5 dengan perawatan 3 hari dan perendaman 4 hari dapat meningkatkan kuat dukung tanah
dan dapat menurunkan nilai swelling potential dengan besar penurunan 3,03 . Fachri ghazali, 2010, dalam penelitiannya terhadap waktu perawatan curing
time, menemukan bahwa persentase kenaikan nilai batas plastis maksimum terjadi pada masa curing 14 hari yakni sebesar 5,56 dari masa curing 7 hari. Sedangkan masa
pemeraman 28 hari kenaikan nilai batas plastis adalah sebesar 1,02 dari masa pemeraman 14 hari. Akibat penambahan kapur, terjadi penurunan indeks plastisitas dari
43,43 menjadi 8,35 atau sebesar 80,77 pada penambahan 5 masa pemeraman 14 hari. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 9. Nilai CBR maksimum diperoleh pada
penambahan kapur sebesar 5 dengan masa perawatan 14 hari, yaitu dari 1,99 menjadi 23,6 . Hal ini dapat dilihat pada Gambar 10. Nilai kuat tekan bebas Qu
maksimum juga terjadi pada penambahan kapur 5 dengan masa pemeraman 14 hari, yaitu dari 0,204 kgcm
2
menjadi 0,703 kgcm
2
. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 11.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 9. Perbandingan indeks plastisitas lempung yang telah dicampur CaOH
2
dengan berbagai variasi kadar kapur dan waktu pemeraman
Gambar 10. Perbandingan nilai CBR lempung yang dicampur CaOH
2
dengan berbagai variasi kadar kapur dan waktu pemeraman
Gambar 11. Perbandingan nilai kuat tekan bebas maksimum lempung yang dicampur CaOH
2
dengan berbagai variasi kadar kapur dan waktu pemeraman
2.6. California Bearing Ratio CBR