Budidaya lisianthus [Eustoma grandiflorum (Raf.) Shinn.] di Bali Rose, PT. Mid Duta International, Mayungan, Bali

(1)

BUDIDAYA LISIANTHUS (

Eustoma grandiflorum

(Raf.) Shinn.)

DI BALI ROSE, PT. MID DUTA INTERNATIONAL,

MAYUNGAN, BALI

ANTONY DEMAS

A24050543

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(2)

BUDIDAYA LISIANTHUS (

Eustoma grandiflorum

(Raf.) Shinn.)

DI BALI ROSE, PT. MID DUTA INTERNATIONAL,

MAYUNGAN, BALI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

ANTONY DEMAS A24050543

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009


(3)

RINGKASAN

ANTONY DEMAS. Budidaya Lisianthus (Eustoma grandiflorum (Raf.) Shinn.) di Bali Rose, PT. Mid Duta International, Mayungan, Bali. (Dibimbing oleh DEWI SUKMA dan JUANG GEMA KARTIKA).

Lisianthus termasuk salah satu jenis bunga potong yang cukup populer. Lisianthus memiliki penampilan bunga yang menarik, namun tanaman ini masih sedikit dibudidayakan di Indonesia. Hal ini menarik minat penulis untuk melaksanakan magang di Kebun Bali Rose. Magang mulai dilaksanakan pada tanggal 11 Februari 2009 hingga 27 Juni 2009 di Bali Rose, PT. Mid Duta International di Banjar Mayungan, Desa Antapan, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali. Tujuan dari magang ini adalah mempelajari teknik budidaya tanaman Lisianthus yang dikembangkan di Bali Rose, serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penulis dalam kegiatan budidaya serta manajemen kebun.

Selama magang, penulis melakukan berbagai kegiatan baik aspek teknis maupun manajerial. Aspek teknis kegiatan magang yang dilakukan berupa teknik budidaya lisianthus yang meliputi pembibitan, persiapan lahan, persiapan tanam, penanaman, pemeliharaan, panen, pasca panen, dan pengemasan. Aspek manajerial yang dilaksanakan meliputi 2 bulan sebagai karyawan harian, satu bulan menjadi pendamping supervisor, dan satu bulan menjadi pendamping manajer.

Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan hasil kegiatan wawancara dan diskusi dengan manajer dan karyawan, serta hasil pengamatan langsung di lapang berupa data yang berkenaan dengan aspek budidaya, sedangkan data sekunder didapat dari arsip dan studi literatur perusahaan berupa kondisi perusahaan, tanah, bangunan tanam, dan tenaga kerja.

Kebun produksi berada pada ketinggian 915 m diatas permukaan laut dengan luas kebun sekitar 3.5 ha dengan topografi datar. Keadaan tanah cukup subur dengan pH tanah 5.5-7 dan jenis tanah latosol. Pada tahun 2008 curah hujan mencapai 4200 mm/thn dengan jumlah hari hujan 199 hari. Sedangkan suhu berkisar pada 15–23 0C dengan tingkat kelembaban udara 88%.

Benih lisianthus yang ditanam di Bali Rose adalah produksi 2 perusahaan produsen benih asal Jepang yakni Sakata Seed dan Takii Seed. Media semai berupa campuran cocopeat dengan media campuran Klassman, yang diproduksi perusahaan yang berasal dari Jerman. Bibit lisianthus siap ditanam ke lapang apabila sudah berumur 10 minggu dan memiliki minimal 6 daun. Penanaman dilakukan pada bedeng berukuran 1.2 meter dibantu net penyangga dengan jarak tanam 12.5 cm x 12.5 cm. Media tanam yang digunakan merupakan campuran cocopeat, kompos daun, pupuk kandang, dan sekam, serta bakteri yang berasal dari Jepang (Chikara bacteria). Penyiraman yang dilakukan menggunakan sistem sprinkler irrigation, sedangkan pupuk yang digunakan adalah CaNO3, NPK

18-18-18, dan KNO3. Lisianthus biasanya dipanen pada 11-14 MST. Lisianthus

dipanen apabila memiliki minimal 2 bunga kembar yang mekar. Bunga lisianthus selanjutnya diikat dalam rumah pengemasan. Dalam 1 bunch terdapat 10 tanaman


(4)

lisianthus dan pada setiap tanaman terdapat sekurang-kurangnya 2 kuntum bunga yang mekar. Setiap bunch lisianthus dibungkus menggunakan plastik transparan dan dimasukkan ke dalam larutan berpengawet Chrysal selama 3-4 jam, untuk kemudian dikemas dalam dus karton yang dapat berisi hingga 10 bunch lisianthus. Pengiriman ke kantor pemasaran yang berjarak 65 km menggunakan mobil yang memiliki pengatur suhu udara ruangan dan dipertahankan suhunya pada 15 0C. Bunga lisianthus disimpan dalam cold storage dan dipertahankan pada suhu 15 0C sebelum dipasarkan ke dalam dan luar kota, yaitu Bali dan Jakarta.

Selama menjadi karyawan harian, penulis aktif bekerja dari pukul 08.00-17.00 waktu setempat, dan menempati posisi sebagai kru greenhouse, aplikasi, media, panen, dan pekerjaan umum. Sebagai pendamping supervisor, penulis merencanakan dan mengawasi kegiatan harian pekerja, baik pada kebun I maupun kebun II. Penulis mengawasi seluruh aktivitas dalam kebun terhadap 2 supervisor yang membawahi total 34 karyawan harian dengan luasan areal mencapai sekitar dua hektar selama menjadi pendamping manajer.

Teknik budidaya lisianthus masih harus terus diperbaiki karena produktivitas lisianthus Bali Rose masih rendah. Dari 12 varietas lisianthus yang diamati hanya terdapat 3 varietas saja yang memiliki persentase tanaman produktif diatas 50 %, yakni Xcalibur Pure White (70.77 %), Picorosa Pink Picotee (69.32 %), dan Rosina Lavender (57.02 %). Lisianthus varietas Picorosa Blue, Haru Urara, Yuki Temari, Paleo Champagne, dan Setti Green memiliki persentase produktivitas 30-40%, sementara Lination Pink, Picorosa Snow, Picorosa Rose Pink, dan Carmen Violet hanya memiliki persentase tanaman produktif dibawah 20 %. Diperlukan tindak lanjut untuk mengatasi permasalahan yang ada, terutama masalah kondisi lingkungan pembibitan, lisianthus yang roset, dan serangan penyakit layu. Kegiatan magang baik selama menjadi karyawan harian, pendamping supervisor, maupun pendamping manajer di kebun Bali Rose mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penulis dalam kegiatan budidaya serta manajemen kebun.

Bali Rose dibawah PT. Mid Duta International dikepalai Direktur yang membawahi tenaga kerja sebanyak 52 orang, terdiri dari 18 orang karyawan tetap dan 34 orang karyawan harian. Karyawan tetap perusahaan memiliki tanggungjawab yang terbagi menjadi bagian produksi, logistik, akuntansi, pembelian, kasir, dan pemasaran.

Bali Rose diharapkan dapat terus meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil produksinya dengan teknik budidaya yang tepat, disertai perencanaan produksi yang kontinu agar mampu terus bersaing dengan pengusaha bunga potong lain yang lebih berpengalaman. Perbaikan terus-menerus pada sistem produksi dan pemasaran, serta kestabilan kondisi perusahaan perlu menjadi pertimbangan dalam upaya memajukan pengelolaan usaha.


(5)

Judul : BUDIDAYA LISIANTHUS (Eustoma grandiflorum

(Raf.) Shinn.) DI BALI ROSE, PT. MID DUTA INTERNATIONAL, MAYUNGAN, BALI

Nama : Antony Demas

NIM : A24050543

Menyetujui : Pembimbing I,

(Dr. Dewi Sukma, SP., MSi.) NIP. 19700404 199702 2 001

Pembimbing II,

(Juang Gema Kartika, SP., MSi.) NIP. 19810701 200501 2 005

Mengetahui :

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

(Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr.) NIP . 19611101 198703 1 003


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta Barat, DKI Jakarta pada tanggal 13 Oktober 1987. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Darman Sumarto dan Ninik Indrawati.

Tahun 1999 penulis menyelesaikan pendidikan di bangku Sekolah Dasar di SD St. Kristoforus, Jakarta. Pada tahun 2002 lulus dari SLTP Bunda Hati Kudus, Jakarta. Tahun 2005 pemulis lulus dari SMU Bunda Hati Kudus dan diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SPMB. Tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian dengan Sistem Mayor Minor.

Penulis cukup aktif di berbagai aktivitas organisasi selama mengikuti kegiatan akademik. Pada tahun 2005, penulis menjadi Bendahara I OSIS SMA Bunda Hati Kudus. Tahun 2006 penulis bergabung dalam klub fotografi Lensa IPB. Tahun 2007 penulis menjadi anggota Biro Buku Angkatan Keluarga Mahasiswa Katolik Institut Pertanian Bogor (KEMAKI IPB), dan pada tahun 2008 Ketua Biro Buku Angkatan Keluarga Mahasiswa Katolik Institut Pertanian Bogor (KEMAKI IPB). Penulis juga mengikuti berbagai kompetisi seperti

Smukiez Mathematic Competition, „Have Fun Go Math‟ Mathematic

Competition, dan Stock Exchange Simulation Competition, serta berpartisipasi dalam Pencatatan Rekor MURI Rampak Gitar dan Program Kreatifitas Mahasiswa 2008. Penulis juga berpartisipasi dalam berbagai seminar seperti Pengembangan Pendidikan Pasar Modal Se-Jabodetabek, 4th National Paper

Competition, „Dare To Be A Smart Future Leader‟ Leadership Training, TRADEMARK Marketing Seminar, Create Your Success Future Seminar by Andrie Wongso, Peningkatan Soft Skill Kewirausahaan di Bidang Pertanian.

Selama masa perkuliahan di IPB, penulis pernah mengikuti magang di Kurnia Strawberry Petik Sendiri : Farm & Bussiness di Ciwidey Jawa Barat pada tahun 2007, dan Godong Ijo Nursery, Depok, Jakarta pada tahun 2008. Selama bulan Februari – Juli 2009, penulis melaksanakan magang di Bali Rose, PT. Mid Duta International, Bedugul, Bali sebagai salah satu syarat penulisan skripsi.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi magang yang berjudul “Budidaya Lisianthus (Eustoma grandiflorum (Raf.) Shinn.) di Bali Rose, PT. Mid Duta International, Mayungan, Bali” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis sehingga laporan tugas akhir ini dapat diselesaikan. Penulis menyampaikan terima kasih secara khusus kepada :

 Keluarga besar penulis atas doa, perhatian, kesabaran, waktu, semangat, dan dukungan tulus sepanjang masa tak tergantikan kepada penulis,  Dr. Dewi Sukma, SP., MSi. dan Juang Gema Kartika, SP, MSi. selaku

dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan waktu, pengarahan, dan ilmu bermanfaat yang tak terlupakan selama kegiatan magang dan penulisan skripsi,

 Prof. Dr. Ir. Bambang S. Purwoko, MSc. selaku dosen pembimbing akademik atas waktu dan pendampingan selama masa perkuliahan,  Dr. Ir. Endah Retno Palupi, MSc. selaku dosen penguji skripsi atas

saran-saran yang membangun,

 Manajemen PT. Mid Duta International atas kesempatan magang yang telah diberikan. Bapak Rudy Suliawan, Ibu Yoko Kawano, Ibu Maiko Kawano, I Made Widhiada, Bapak Eko Widiyono, Bapak Bambang Siswantoro, Bapak Asep Saepurrahman, Bapak Suli Rudiyono, dan Bapak Sapto Asmoro atas segala kebaikan, dukungan moral, dan pengalaman tak terlupakan selama magang. Cak Kus, Mas Robi, Mas Dowi, Bli Mudana, Me Swini, Bli Suardana, Me Luki, Tice, Me Diani, Bli Sutama, Bli Puglo, Mas Prapto, Me Sukerti, Bli Koba, Bli Kwek, Bli Rijasa, Mbo Tarmi, Bli Rudy, Me Mita, Mas Supri, Mas Umbar, Mas Yono, Mas Jack, Mas Nanang, Mas Deni, Mas Roni, Mas Syaiful, Mbo Wil, Mbo Dut, Meta, Nila, Mbo Aryani, Bli Dante, Mba Eli, Mba Yuni,


(8)

Pak Yasa, Mba Santi, atas seluruh ketulusan, dorongan semangat, hiburan, dan pengalaman unik tak terlupakan selama magang,

 Keluarga besar Bapak Sudi dan keluarga besar Bapak Kanon, serta Pak Gede dan Dedi Sembalun atas segala kebaikan dan kesempatan mengenal Anda semua,

 Keluarga besar Pendeta Altry dan Tante Jelambar yang telah memberikan dukungan spiritual berupa berkat dan doa terus-menerus,  Chung Li Fen, Bam Bam sekeluarga, teman-teman mahasiswa

Agronomi dan Hortikultura khususnya angkatan ke-42, dan teman-teman kosan Perwira.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis, baik selama menjalani masa perkuliahan di IPB maupun selama menjalani kegiatan magang di Bali Rose. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua baik saat ini maupun di saat yang akan datang.

Bogor, 8 Desember 2009


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... ... 1

1.2. Tujuan ... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1. Asal Usul Tanaman... 3

2.2. Klasifikasi Tanaman ... 3

2.3. Budidaya Lisianthus ... 4

2.3.1. Pembibitan... 4

2.3.2. Penanaman... 4

2.3.3. Pencahayaan... 5

2.3.4. Irigasi... 6

2.3.5. Nutrisi... 6

2.3.6. Pembungaan... 7

2.3.7. Organisme Pengganggu Tanaman... 10

2.3.8. Panen dan Pasca Panen ... 15

2.3.9. Permasalahan Lain ... 17

BAB III. METODE MAGANG ... 19

3.1. Tempat dan Waktu ... 19

3.2. Metode Pelaksanaan ... 19

3.3. Pengamatan dan Pengumpulan Data ... 20

3.4. Analisis Data dan Informasi ... 23

BAB IV. KEADAAN UMUM ... 24

4.1. Letak Geografi dan Administratif ... 24


(10)

4.3. Luas Areal dan Tata Guna Lahan ... 24

4.4. Keadaan Tanaman dan Produksi ... 27

4.5. Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja ... 27

BAB V. PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ... 30

5.1. Aspek Teknis ... 30

5.1.1. Karakteristik Lisianthus ... 30

5.1.2. Pembibitan ... 37

5.1.3. Penyiapan Lahan ... 42

5.1.4. Persiapan Tanam ... 43

5.1.5. Penanaman ... 44

5.1.6. Pemeliharaan ... 45

5.1.7. Panen ... 50

5.1.8. Pasca Panen ... 53

5.1.9. Pengemasan ... 55

5.1.10. Pengiriman ... 56

5.1.11. Penyimpanan ... 56

5.1.12. Pemasaran ... 57

5.2. Aspek Manajerial ... 58

5.2.1. Karyawan Harian ... 58

5.2.2. Pendamping Supervisor ... 59

5.2.3. Pendamping Manajer ... 59

BAB VI. PEMBAHASAN ... 61

6.1. Pembibitan ... 61

6.2. Tanaman Lapang ... 63

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

7.1. Kesimpulan ... 70

7.2. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Bahan Tanaman Lisianthus yang Diamati di Pembibitan ... 21 2. Produksi Lisianthus Bali Rose ... 27 3. Karakteristik Berbagai Varietas Lisianthus ... 36

4. Daya Berkecambah Benih Lisianthus pada Berbagai Varietas .... 42 5. Pemupukan Tanaman Lisianthus di Kebun Bali Rose ... 46 6. Penggunaan Pestisida untuk Lisianthus di Kebun Bali Rose ... 49 7. Hasil Uji Vase Life Beberapa Varietas Lisianthus ... 55


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Tipe Bunga Lisianthus ... 7

2. Kelompok Lisianthus American Takii Seed ... 8

3. Kelompok Lisianthus Sakata Seed America ... 9

4. Beberapa Gejala Penyakit pada Lisianthus ... 14

5. Bangunan Tanam di Kebun I Bali Rose a. Pembibitan ... 25

b. Rumah Naungan dengan Kerangka Besi ... 25

6. Bangunan Tanam di Kebun II Bali Rose ... 25

a. Rumah Naungan dengan Kerangka Bambu ... 25

b. Rumah Naungan dengan Kerangka Besi ... 25

7. Bunga Lisianthus Berbagai Varietas di Bali Rose ... 30

8. Akar, Batang, dan Daun Lisianthus ... 31

9. Alat Perkembangbiakan Lisianthus ... 33

10. Tinggi Berbagai Varietas Lisianthus Saat Panen ... 35

11. Jumlah Bunga Berbagai Varietas Lisianthus Per tanaman ... 35

12. Diameter Bunga Berbagai Varietas Lisianthus Saat Mekar ... 35

13. Kemasan Sachet Benih Lisianthus ... 38

14. Penyemaian Benih Lisianthus ... 39

15. Transplantasi Bibit Lisianthus ... 40

16. Lalat Bibit dan Lumut pada Pembibitan Lisianthus ... 41

17. Perkembangan Lisianthus di Persemaian ... 42

18. Penanaman Lisianthus ... 44

19. Penyiraman Tanaman Lisianthus dengan Sprinkler Irrigation .... 45

20. Pemupukan pada saat Tanaman Lisianthus Muda ... 46

21. Disbudding pada Tanaman Lisianthus ... 47

22. Hama Ulat dan Kerusakan yang Diakibatkan ... 49

23. Gejala Penyakit Layu pada Lisianthus ... 50


(13)

25. Perkembangan Bunga Lisianthus Varietas Yuki Temari ... 51 26. Perkembangan Bunga Lisianthus Varietas Setti Green ... 51 27. Perkembangan Bunga Lisianthus Varietas Picorosa Blue ... 52 28. Perkembangan Bunga Lisianthus Varietas Picorosa Rose Pink ... 52 29. Perkembangan Bunga Lisianthus Varietas Rosina Lavender ... 52 30. Persentase Tanaman Produktif Berbagai Varietas Lisianthus ... 53 31. Rumah Pengemasan dan Sortasi Lisianthus ... 54 32. Pengemasan Bunga Potong Lisianthus dalam Kardus Karton

Berventilasi ... 55 33. Mobil untuk Pengiriman Bunga Potong dan Kondisi Bunga

Potong dalam Bagasi ... 56 34. Cold Storage untuk Penyimpanan Bunga Lisianthus

Sebelum Dikirimke Konsumen... 57 35. Beberapa Gejala Penyakit Layu pada Lisianthus ... 66 36. Lisianthus yang Mengalami Penghambatan Pertumbuhan


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Tabel

1. Kegiatan Mahasiswa sebagai Karyawan Harian ... 74

2. Kegiatan Mahasiswa sebagai Pendamping Supervisor ... 78

3. Kegiatan Mahasiswa sebagai Pendamping Manajer ... 80

4. Varietas Lisianthus yang Diamati Saat Panen ... 84

5. Pertambahan Jumlah Daun Berbagai Varietas Lisianthus ... 85

6. Pertambahan Tinggi Berbagai Varietas Lisianthus ... 85

7. Tinggi Berbagai Varietas Lisianthus ... 87

8. Jumlah Bunga Berbagai Varietas Lisianthus ... 88

9. Diameter Bunga Berbagai Varietas Lisianthus ... 89

10. Panjang Tangkai Berbagai Varietas Lisianthus ... 90

11. Jumlah Daun Mahkota Berbagai Varietas Lisianthus ... 91

12. Jumlah Daun Berbagai Varietas Lisianthus ... 92

13. Panjang Daun Berbagai Varietas Lisianthus ... 93

14. Lebar Daun Berbagai Varietas Lisianthus ... 94

15. Diameter Batang Berbagai Varietas Lisianthus ... 95

16. Panjang Internode Berbagai Varietas Lisianthus ... 96

17. Percabangan Berbagai Varietas Lisianthus ... 97

18. Rincian Jumlah Panen Berbagai Varietas Lisianthus ... 98

19. Jumlah Panen dan Persentase Tanaman Produktif Berbagai Varietas Lisianthus ... 99

20. Sebaran Panen Berbagai Varietas Lisianthus ... 100

21. Hasil Pengamatan Vase Life Lisianthus Varietas Yuki Temari ... 101

22. Hasil Pengamatan Vase Life Lisianthus Varietas Picorosa Snow ... 102

23. Hasil Pengamatan Vase Life Lisianthus Varietas Xcalibur Pure White ... 103


(15)

24. Hasil Pengamatan Vase Life Lisianthus Varietas

Picorosa Pink Picotee ... 104

25. Data Cuaca Kantor Klimatologi Kecamatan Pancasari Tahun 2008 ... 105

26. Contoh Perencanaan Produksi Lisianthus Bali Rose ... 108

27. Rincian Suhu Harian di Pembibitan Bulan Mei 2009 ... 109

28. Rincian Suhu Harian dalam Greenhouse di Kebun II Bulan Mei 2009 ... 110

Gambar 1. Pertambahan Jumlah Daun Berbagai Varietas Lisianthus ... 86

2. Pertambahan Tinggi Berbagai Varietas Lisianthus ... 86

3. Denah Bali Rose ... 106


(16)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman hias berperan penting dalam perdagangan komoditas pertanian dan akan selalu dibutuhkan manusia. Bisnis bunga dan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang pesat. Menurut Sari (2008), komoditas agribisnis florikultura meliputi tanaman hias daun dan bunga potong serta bunga pot. Saat ini bunga potong merupakan bunga yang paling banyak digunakan dalam bentuk rangkaian bunga di berbagai acara seperti acara pernikahan, keagamaan, kelahiran, ucapan selamat sampai dengan acara kematian. Laws (2007) mengemukakan bahwa saat ini Indonesia mengekspor bunga potong senilai $5 juta per tahun. Hal ini menjadikan Indonesia negara ke- 33 terbesar dalam ekspor bunga potong, dengan pangsa pasar dunia sebesar 0.07%. Ekspor bunga Indonesia pada tahun 2002-2006 (US$) adalah 2 956 189, 2 516 870, 2 670 739, 4 060 113, dan 4 109 907 (Laws, 2007).

Lisianthus cukup populer dalam dunia hortikultura sebagai tanaman hias baik tanaman indoor dalam pot, maupun sebagai bunga potong (Anonim, 2005). Lisianthus memiliki sejumlah kualitas dari kriteria sebuah “bunga potong yang

ideal” karena memiliki bunga yang menarik dan umur vase life yang lama (Maryland Cooperative Extension, 2000). Hankins (2002) mendukung dengan alasan lisianthus disukai kalangan florist karena vase life dan tangkai bunga yang panjang, serta merupakan tampilan baru yang menyegarkan. Pada tahun 1995, lisianthus ditempatkan pada peringkat ke-11 dalam pasar bunga potong Belanda (Ledger et al., 1997). Berdasarkan Harbaugh (2007), lisianthus menjadi bunga potong nomor satu dengan penjualan mencapai lebih dari 129 juta tangkai pada tahun 2001 di Jepang, dan termasuk ke dalam daftar 10 bunga potong urutan teratas di Eropa dengan tingkat penjualan sedikitnya 122 juta tangkai pada tahun 2001. Sementara itu di Amerika, lisianthus tidak hanya dimanfaatkan sebagai bunga potong (nilai penjualan lebih dari 14 juta tangkai pada tahun 2002) namun juga sebagai bedding plants dan bunga pot. Lisianthus tergolong baru apabila dibandingkan dengan mawar, anyelir, dan krisan, dan sangatlah jarang untuk


(17)

bunga potong seperti lisianthus yang mampu mendapat peringkat dalam daftar 10 bunga potong teratas hanya dalam periode 20-30 tahun.

Bunga lisianthus masih belum banyak dibudidayakan di kalangan petani Indonesia, karena benih ataupun bibit sulit untuk didapatkan dan mahal harganya. Benih lisianthus hanya bisa didapatkan dari negara-negara subtropis ,misalnya Belanda. Teknologi yang diterapkan juga masih relatif sedikit, terutama dalam hal pembibitan. Permasalahan yang lain adalah waktu panen lisianthus yang cukup lama (Hedy, 2008).

Lisianthus sudah sepatutnya terus dikembangkan dalam upaya meningkatkan popularitas serta pemenuhan permintaan pasar di masa mendatang. Oleh karena itu, perlu diamati teknik budidaya yang baik untuk mencapai produksi lisianthus yang maksimum dengan kualitas yang baik. Bali Rose dibawah naungan PT. Mid Duta International merupakan salah satu perusahaan florikultura yang memproduksi bunga potong. Salah satu komoditas potensial yang diproduksi perusahaan sebagai bunga potong adalah lisianthus.

1.2. Tujuan Magang

1. Mempelajari teknik budidaya tanaman lisianthus yang dikembangkan di Bali Rose, PT. Mid Duta International, Mayungan, Bali.

2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam kegiatan budidaya serta manajemen kebun.


(18)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Asal Usul Tanaman

Eustoma grandiflorum sebelumnya lebih dikenal dengan nama ilmiah Lisianthus russelianus. Penamaan baru Eustoma ditetapkan berdasarkan bahasa Yunani dari kata eu- (cantik, baik, bagus) dan stoma (mulut). Nama lisianthus sendiri juga berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata lysis yang berarti putus dan anthos yang berarti bunga (Anonim, 2005).

Lisianthus merupakan tanaman semi berkayu yang berasal dari wilayah padang luas yang membentang dari Colorado hingga Nebraska, kemudian meluas ke bawah hingga Texas (Anonim, 2003). Bunga lisianthus memiliki bentuk yang elegan dan sering kali keliru dianggap sebagai mawar. Asal-usul genus Eustoma adalah dari bagian barat Amerika Serikat yaitu daerah pegunungan dengan wilayah padang yang luas (Maryland Cooperative Extension, 2000).

Lisianthus ditemukan pada daerah hangat sekitar Amerika Serikat bagian selatan, Mexico, Carribean dan bagian utara Amerika Selatan. Nama lain lisianthus antara lain Prairie Gentian, Texas bluebell, Tulip gentian, Bluebells dan Lira de San Pedro (Anonim, 2005).

Di tahun 1970-an, perusahaan benih dari Jepang pertama kali memproduksi varietas polinasi terbuka dan pada tahun 1982 varietas F1 pertama kali dilepaskan untuk lisianthus bunga mahkota tunggal. Baru pada tahun 1996, varietas bunga mahkota tumpuk tersedia di pasar internasional (Highsun Express, 2008).

2.2. Klasifikasi Tanaman

Klasifikasi tanaman lisianthus adalah sebagai berikut (Anonim, 2005) : Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Gentianales Famili : Gentianaceae Genus : Eustoma


(19)

2.3. Budidaya Lisianthus

2.3.1. Pembibitan

Bobot benih lisianthus sangat kecil yaitu 19 000 benih/g. Pada pembibitan, benih disemai diatas permukaan media, bukan dibenamkan. Perkecambahan biasanya berlangsung selama 10-20 hari. Variasi waktu perkecambahan akan menghasilkan ukuran bibit yang bervariasi pula. Suhu di pembibitan tidak boleh melebihi 20 oC (68 oF). Suhu pertumbuhan terbaik pada 15-18 oC (59-65 oF). Keterampilan dan perawatan yang intensif diperlukan untuk mengatur jumlah air serta untuk menghindari kerentanan bibit terhadap penyakit. Bibit dengan penyiraman berlebih sangat rentan terhadap serangan cendawan. Horizontal Airflow Fans (HAF) dapat diinstalasikan untuk mengatur pertukaran udara dan menjaga kelembaban media (Maryland Cooperative Extension, 2000).

2.3.2. Penanaman

Sebelum dilakukan penanaman, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut. Pada saat malam hari, suhu optimal greenhouse berkisar antara 15–18 0C (59-65 0F), dan pada saat siang hari 18-20 0C (65-68 0F). Suhu diatas 26 0C (86

0

F) dapat menginduksi terjadinya roset ataupun pembungaan prematur pada tanaman muda (Maryland Cooperative Extension, 2000). Menurut Klingaman (2006), tanah yang bersifat lebih masam dapat menyebabkan lisianthus keracunan Zn, sehingga tanaman tumbuh sangat lamban. Suhu yang berkisar pada 24 0C (75

0

F) pada masa pembibitan akan menyebabkan tanaman berbunga sebagai anual, tetapi pada suhu 29 0C (85 0F) dapat menyebabkan tanaman roset. Lisianthus membutuhkan pH tanah yang berkisar pada 6.5-7. Highsun Express (2008) mengemukakan bahwa derajat kemasaman tanah untuk lisianthus sangat baik apabila berkisar pada 6.3-7 dan suhu tanah sebaiknya tidak lebih rendah dari 15

0

C. Sebagai pupuk dasar dipergunakan pupuk NPK dengan perbandingan 8:3.5:6.5 sebanyak 5 kg/100 m2. Lisianthus juga tumbuh sangat baik pada media yang mengandung kalsium tinggi dan fosfor yang cukup. Pengolahan lahan pada bedeng lisianthus dilakukan sedikitnya sekali setahun, termasuk pembongkaran


(20)

bedeng dan sterilisasi tanah. Agar kualitas batang baik, maka dipergunakan net penyangga ganda, dengan ukuran 15 cm x 15 cm atau 15 cm x 20 cm.

Penanaman bibit dilakukan saat tanaman muda dan tumbuh aktif (memiliki 4-6 helai daun). Penanaman diatur sehingga plug lisianthus berada sedikit lebih tinggi dari permukaan tanah untuk menghindari busuk batang. Kelembaban relatif yang tinggi diperlukan selama 10 hari pertama dan tanah tidak boleh kering. Penanaman dilakukan sebelum akar-akar saling berlilitan dan dilakukan secara hati-hati tanpa merusak akar. Akar yang rusak mengakibatkan pertumbuhan yang lambat, tertundanya pendewasaan, hingga kematian tanaman (Highsun Express, 2008). Kerapatan tanaman lisianthus untuk bunga mahkota tunggal adalah 84 tanaman/m2, sedangkan pada bunga mahkota tumpuk 64 tanaman/m2 (Highsun Express, 2008).

2.3.3. Pencahayaan

Pencahayaan optimal untuk tanaman dalam greenhouse berkisar pada 4000–6000 fc (foot candle) atau 40 000–60 000 lux. Pencahayaan berlebihan (lebih dari 7000 fc), dapat mereduksi tinggi tanaman (Pan American Seed, 2005). Sedangkan menurut Highsun Express (2008), cahaya yang dibutuhkan lisianthus berkisar pada 32 000 – 65 000 lux.

Untuk lisianthus yang merupakan tanaman hari panjang, penyinaran selama 16 jam merupakan panjang hari yang optimal untuk mencapai kualitas terbaik. High intensity discharge (HID) dapat dipergunakan untuk mengontrol intensitas cahaya dan panjang hari yang diinginkan. Alternatif lain adalah dengan melakukan penyinaran tambahan dengan lampu pijar 100 watt yang digantung tiap jarak 3 meter dan 3 meter tingginya dari tanaman, penyinaran dapat dilakukan dari pukul 22.00 - 02.00 waktu setempat secara kontinu atau dengan penyinaran bersiklus 6 menit di tiap jam. Penyinaran tambahan ini mampu memperkuat dan memperpanjang batang tanaman (Maryland Cooperative Extension, 2000).

2.3.4. Irigasi

Irigasi pada lisianthus perlu mendapat perhatian. Irigasi berlebihan mampu meningkatkan kerentanan tanaman terhadap patogen cendawan yang terbawa


(21)

tanah. Sebaliknya, tanaman yang stres akibat kekeringan menyebabkan inisiasi bunga dini yang berakibat batang pendek dan lemah. Semakin rendah suhu dan intensitas cahaya, semakin sedikit air yang diperlukan (Highsun Express, 2008).

Penyiraman dilakukan dari atas tajuk tanaman (overhead irrigation), namun setelah akar telah berkembang maka penyiraman dilakukan secara tetes (drip irrigation). Peningkatan kelembaban sebelum siang hari dengan overhead irrigation dapat meningkatkan panjang batang pada wilayah penanaman dengan intensitas cahaya dan panas yang tinggi (Highsun Express, 2008).

2.3.5. Nutrisi

Menurut Maryland Cooperative Extension (2000), pada fase pertumbuhan awal bibit, lisianthus memiliki akar tanaman yang rentan dan mudah rusak apabila terkena oleh garam terlarut dengan konsentrasi tinggi. Penggunaan pupuk slow release 3 bulan sekali diaplikasikan segera setelah penanaman. Sumber nitrogen diberikan dalam bentuk pupuk nitrat. Komposisi pemberian potasium sama dengan nitrogen, misalnya pupuk 15-0-15. Suplemen kalsium dibutuhkan apabila tanah kekurangan unsur Ca. Saat inisiasi pembungaan berlangsung, pemberian nitrogen dikurangi sedangkan potasium ditambahkan. Menurut American Takii Seed (2005), electro conductivity (EC) tanah tempat penanaman lisianthus sebaiknya dipertahankan pada 1.0 – 2.25 mS/cm.

Menurut Ohta et al. (2004), pemberian 1 % (w/w) chitosan pada media tanam tanah mampu mempercepat pertumbuhan bibit dan meningkatkan kualitas bunga potong Eustoma grandiflorum. Bobot basah dan kering dari pucuk dan akar tanaman, jumlah buku, bobot bunga potong, dan jumlah bunga meningkat pada perlakuan media mengandung chitosan atau tryptone (1%). Waktu pembungaan pertama dapat dipercepat melalui perlakuan media mengandung chitosan, tryptone, casein, dan collagen. Tryptone, casein, dan collagen mampu meningkatkan pertumbuhan dan pembungaan tanaman lisianthus, dan menjadi alternatif dari chitosan.


(22)

2.3.6. Pembungaan

Berdasarkan tipe bunga, lisianthus dibedakan menjadi dua, yakni lisianthus dengan bunga bermahkota 1 lapis (tunggal) dan lisianthus dengan bunga bermahkota lebih dari 1 lapis (tumpuk). Bunga mahkota tumpuk memiliki 10-20 helai mahkota yang terlihat menyerupai mawar saat mekar (Maryland Cooperative Extension, 2000). Bunga mahkota tunggal memiliki jumlah mahkota yang sedikit sehingga tersusun menjadi satu lapis saja, sedangkan pada bunga mahkota tumpukmemiliki jumlah mahkota yang lebih banyak sehingga mahkota terlihat lebih dari satu lapis seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Tipe Bunga Lisianthus : (a) Lisianthus dengan Bunga Bermahkota Satu Lapis (Tunggal) dan Lisianthus dengan Bunga Bermahkota Lebih dari Satu Lapis (Tumpuk) (Sumber : Anonim (2005))

Pasar bunga Eropa dan Jepang lebih memilih bunga mahkota tunggal, sementara pasar Amerika didominasi varietas dengan bunga mahkota tumpuk. Warna bunga lisianthus yang penting di pasar Eropa adalah biru tua, sementara di pasar Jepang didominasi bunga berwarna ganda yaitu putih dengan semburat biru (white with blue rim bicolour). Warna-warna lainnya adalah merah muda, putih, ungu, blue blush, pink blush, bicolour pink, ivory dan kuning (Highsun Express, 2008).

Pada periode intensitas cahaya yang tinggi dan suhu hangat, diperlukan naungan ringan pada atap greenhouse agar warna bunga tidak pudar. Biasanya lisianthus dipanen pada saat satu bunga atau lebih mekar. Periode pembungaan dari bunga pertama ke kedua lebih lama dibandingkan periode dari bunga kedua ke ketiga. Kebanyakan penanam membuang bunga pertama untuk dijual dan


(23)

tanaman baru dipanen setelah bunga kedua dan ketiga mekar (Highsun Express, 2008).

American Takii Seed (2002) mengelompokkan lisianthus menjadi 3 kelompok yakni Arena, Vulcan, dan Tiramisu. Morfologi ketiga kelompok tersebut seperti dapat terlihat pada Gambar 2 berikut ini.

Gambar 2. Kelompok Lisianthus American Takii Seed : (a) Arena, (b) Vulcan, dan (c) Tiramisu

(Sumber : American Takii Seed (2002)) a) Arena

Arena merupakan kelompok lisianthus dengan bunga bermahkota tumpuk dengan diameter bunga hingga 3” (7.62 cm), termasuk tipe tanaman yang tinggi, dan hanya digunakan untuk pemenuhan kebutuhan bunga potong. Pada kelompok ini tersedia warna putih, hijau, merah muda, kuning, dan merah.

b) Vulcan

Vulcan merupakan kelompok lisianthus dengan bunga bermahkota tunggal dengan ukuran bunga kecil hingga sedang dan merupakan lisianthus tipe spray. Bunga memiliki berukuran 4.5 – 6 cm, cocok untuk rangkaian bunga. Varietas memiliki batang yang kuat dan petal yang tebal, dan biasanya diperdagangkan sebagai bunga potong. Pada kelompok ini tersedia warna putih dan pink picotee. c) Tiramisu

Tiramisu merupakan kelompok lisianthus yang kerdil, terdiri dari lisianthus berbunga mahkota tunggal dan mahkota tumpuk dengan tinggi 20–25 cm. Tanaman memiliki percabangan pada bagian dasar yang kuat dan biasa diperdagangkan sebagai tanaman pot, dikarenakan bunga yang tahan lama dan akan terus berbunga selama periode waktu yang cukup panjang. Pada kelompok ini tersedia warna cream dan ungu untuk bunga mahkota tumpuk, untuk bunga


(24)

mahkota tunggal tersedia warna cream, merah muda, pink picotee, violet, dan violet picotee.

Sakata Seed America (2007) mengelompokkan lisianthus menjadi 6 kelompok yaitu Borealis, Echo, Excalibur, Flamenco, Heidi, dan Mermaid. Morfologi ke-6 kelompok tersebut seperti terlihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Kelompok Lisianthus Sakata Seed America : (a) Borealis, (b) Excalibur, (c) Echo, (d) Flamenco, (e) Heidi, dan (f) Mermaid (Sumber : Sakata Seed America (2007)).

a) Borealis

Borealis merupakan kelompok lisianthus dengan bunga bermahkota tumpuk dan sering dipasarkan sebagai bunga potong, yang tersedia dalam berbagai warna bunga seperti biru, merah muda, putih, apricot, kuning, dan hijau. b) Excalibur

Excalibur merupakan kelompok lisianthus dengan bunga bermahkota tumpuk, mudah tumbuh, dan memiliki ukuran bunga sedang. Pertumbuhan cepat dan seragam pada stadia bibit. Lisianthus memiliki batang tanaman yang kuat dan risiko roset yang rendah. Kelompok ini menyediakan pilihan warna bunga putih, hijau, dan blue picotee.

c) Echo

Echo merupakan kelompok lisianthus dengan bunga bermahkota tumpuk tipe spray dengan tinggi tanaman mencapai 70 cm. Lisianthus memiliki batang tanaman dan tangkai bunga yang kuat, mampu menopang bunga mahkota


(25)

tumpuknya. Kelompok ini memiliki beberapa warna bunga seperti merah muda, kuning, putih, lavender, pink picotee, blue picotee, lilac rose, dan champagne. d) Flamenco

Flamenco merupakan kelompok lisianthus dengan bunga bermahkota tunggal dengan kualitas yang tinggi, batang yang panjang (90-120 cm), dan tidak terpengaruhi oleh panjang hari maupun suhu yang tinggi. Perawakan tanaman akan lebih besar dan berbunga lebih banyak daripada kelompok Heidi. Kelompok ini memiliki warna bunga biru muda, putih, ungu, blue rim, dan cherry blossom. e) Heidi

Heidi merupakan kelompok lisianthus tipe spray dengan bunga tunggal, seragam, dan memiliki tinggi 90-120 cm. Kelompok lisianthusi ini dipasarkan sebagai bunga potong dan memiliki warna bunga kuning, putih, hijau, merah, biru, champagne, blue rim, pink rim, rose pink, cherry blossom, dan lilac rose. f) Mermaid

Mermaid merupakan kelompok lisianthus kerdil dengan bunga bermahkota tunggal. Dalam perawatannya tidak memerlukan pemangkasan ataupun aplikasi zat pengatur tumbuh. Tinggi tanaman mencapai 15 cm dengan diameter bunga 6 cm. Cocok untuk tanaman dalam pot berukuran 10 cm, dan tersedia dalam 4 warna bunga yakni biru, merah muda, putih dan lilac rose.

Benih lisianthus hasil produksi Sakata Seed dan Takii Seed dapat diperoleh dengan pemesanan langsung secara online. Cara lainnya adalah melakukan kontak dengan pihak perusahaan terlebih dahulu untuk konfirmasi prosedur pemesanan, ataupun melakukan pembelian melalui outlet-outlet resmi yang menjual benih lisianthus.

2.3.7. Organisme Pengganggu Tanaman a) Hama

Lisianthus tidak rentan terhadap serangga, namun dapat diserang oleh kutu daun, leaf miner, larva Lepidoptera, thrips, dan whitefly. Di pembibitan, serangga yang mengganggu adalah larva fungus gnat (Highsun Express, 2008).


(26)

Whitefly

Dua spesies whitefly yang sering menimbulkan permasalahan utama pada lisianthus yang ditanam dalam greenhouse adalah silverleaf whitefly (Bemisia argentifolia) dan greenhouse whitefly (Trialeurodes vaporariorum). Seluruh siklus hidup whitefly berlangsung dibawah permukaan daun. Whitefly berwarna putih dan berukuran sangat kecil (1-2 mm), menghisap cairan daun dan bila dihisap dalam jumlah banyak mengakibatkan perubahan warna daun tanaman menjadi kuning. Pengendalian hama ini dapat dilakukan secara biologis menggunakan tawon, parasitoid whitefly antara lain Encarsia formosais dan Eretmocerus eremosces, patogen berupa fungi Beauveria bassiana, dan pengendalian secara kimiawi (Maryland Cooperative Extension, 2000).

 Thrips

Thrips dewasa berukuran 1-2 mm. Betina dewasa merobek kulit daun dan menyimpan telur didalamnya. Baik dalam bentuk larva maupun dewasa, thrips mendapat makanannya dengan menyerang bunga, daun, dan pucuk baru dengan memotong dan menghisap yang mengakibatkan rusaknya bunga, daun, maupun pucuk yang baru terbentuk. Thrips biasanya meninggalkan jejak berupa lintasan ataupun bintik berwarna keperakan pada helai daun yang diserang. Pengendalian thrips dapat dilakukan secara kimiawi maupun biologis, yaitu dengan menggunakan kutu predator Amblyseius cucumerias dan Amblyseius degenerans (Maryland Cooperative Extension, 2000).

b) Penyakit

Lisianthus sangat rentan terkena serangan penyakit pada saat tanaman masih muda, berbeda dengan tanaman dewasa yang dapat tumbuh dengan baik pada bedengan, selama tanah berada dalam kondisi drainase yang baik dengan pengairan yang teratur. Akar pada bibit tanaman muda berkembang lambat dan sangat sensitif terhadap serangan busuk akar. Virus dapat sangat merusak dan risiko serangan infeksinya akan lebih tinggi bila lisianthus berada dalam greenhouse bersamaan dengan tanaman lainnya (Maryland Cooperative Extension, 2000).


(27)

Menurut Daughtrey (2000), penyakit pada lisianthus disebabkan oleh fungi dan virus. Penyakit dan fungi yang menyebabkan penyakit pada lisianthus adalah hawar botrytis (Botrytis cinerea Pers.:Fr), bercak daun cercospora (Cercospora eustomae Peck), curvularia leaf blotch (Curvularia sp.) seperti terlihat pada gambar 4, downy mildew (Peronospora chlorae deBary), busuk batang fusarium (Fusarium solani (Mart.) Sacc. dan Fusarium avenaceum (Fr.:Fr.)), layu fusarium (Fusarium oxysporum (Schlechtend):Fr.), bercak daun phyllosticta (Phyllosticta sp.), busuk akar phytium (Pythium sp.), busuk batang rhizoctonia (Rhizoctonia solani Kühn), dan hawar batang sclerophoma (Sclerophoma eustomis Taubenhaus & Ezekiel). Sedangkan penyakit beserta virus yang menyebabkan penyakit pada lisianthus yakni bean yellow mosaic (Bean yellow mosaic virus / BYMV), cucumber mosaic (Cucumber mosaic virus / CMV), impatiens necrotic spot (Impatiens necrotic spot virus / INSV), nekrosis lisianthus (Lisianthus necrosis virus / LNV), Iris Yellow Spot (Iris Yellow Spot Virus / IYSV), dan tobacco mosaic (Tobacco mosaic virus / TMV).

Keterangan : (a) Layu Fusarium, (b) Layu Fusarium pada Tanaman Muda., (c) Gray

mold (Botrytis Blight), (d) Busuk Akar, (e) Bercak Daun, dan (f) Bercak Curvularia.

Gambar 4. Beberapa Gejala Penyakit pada Lisianthus (Sumber : McGovern et al (1998))


(28)

 Busuk Akar

Terdapat 3 fungi yang dapat menimbulkan penyakit busuk akar pada lisianthus antara lain Phytium sp., Rhizoctonia solani, Fusarium solani dan Fusarium avenaceum. Perakaran yang lembab memicu pembusukan oleh Phytium. Perakaran yang terjangkit penyakit ini akan berwarna kuning kecoklatan dan terlihat basah dengan lapisan kortek yang mudah mengelupas. Fungi Rhizoctonia mengakibatkan kekeringan pada akar, sehingga akar menjadi rapuh dan jika menyebar ke batang dapat membuat tanaman menjadi layu. Dalam suhu hangat, kondisi lembab miselium Rhizoctonia dapat terlihat pada permukaan tanah dan batang. Saat Fusarium menginfeksi perakaran, struktur akar menjadi lembut, berwarna coklat hingga hitam. Fusarium yang menyebar hingga ke batang dapat dilihat berwarna putih krim sampai oranye muda yang merupakan kotak sporanya seperti terlihat pada gambar 4. Untuk menghindarinya diperlukan sanitasi dan perawatan tanaman yang baik. Drainase merupakan faktor yang sangat krusial. Pengairan diatur agar media tidak terlalu lembab. Pencegahan serangan penyakit busuk akar dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida kimia maupun biologis (Maryland Cooperative Extension, 2000).

 Penyakit oleh virus

Beberapa jenis virus yang menyerang lisianthus adalah impatiens necrotic spot tospovirus (INSV), broad bean wilt (BBWV), bean yellow mosaic (BYMV), tobacco mosaic (TMV), dan cucumber mosaic (CMV), yang semuanya bersifat destruktif. Sekali tanaman terinfeksi maka tidak dapat disembuhkan. Membuang atau membakar tanaman yang terinfeksi dengan segera merupakan cara yang paling baik dilakukan agar virus tidak menyebar ke tanaman lainnya (Maryland Cooperative Extension, 2000).

Dengan menanam lisianthus bersamaan dengan tanaman lainnya dalam greenhouse yang sama dapat meningkatkan risiko serangan virus INSV, yang vektornya adalah thrips. INSV menghentikan pertumbuhan tanaman, berubah warna menjadi kuning dan dipenuhi gejala nekrotik dan bercak-bercak pada daun dan batang, kemudian tanaman akan layu dan mati seperti terlihat pada gambar 4. BYMV, BBWV, dan CMV dapat dibawa oleh kutu daun dan menimbulkan gejala


(29)

berupa bercak pada daun, bercak cincin, bercak kekuningan, mosaik, keabnormalan bunga, daun keriting pada tanaman lisianthus, yang kemudian akan layu dan mati (Maryland Cooperative Extension, 2000).

TMV dapat ditularkan oleh tanaman terinfeksi yang dibawa ke dalam greenhouse dan hanya memperlihatkan sedikit gejala berupa mosaik pada daun. Apabila tergabung dengan virus lainnya mampu mempercepat kematian tanaman. TMV memiliki wilayah serangan yang luas pada tanaman hias, pangan bahkan gulma. TMV sangat berbahaya karena berbentuk kristal yang mudah berpindah pada saat perawatan tanaman dan dapat bertahan hidup pada peralatan maupun permukaan benda dalam waktu yang lama (Maryland Cooperative Extension, 2000).

Tomato Yellow Leaf Curl Virus (TYLCV) dapat merusak penampakan tanaman dengan mengubah bentuk daun menjadi seperti mangkuk dan mengakibatkan pembengkakan pada pembuluh di bagian bawah daun, serta dapat menggagalkan pembungaan. Virus ini dapat dibawa oleh Bemisia tabaci (Highsun Express, 2008).

 Botrytis

Keberadaan fungi Botrytis cinerea menimbulkan permasalahan serius pada tanaman lisianthus dalam greenhouse, dengan gejala berupa bintil-bintil yang dapat membunuh tanaman. Pada lahan terbuka Botrytis menimbulkan gejala bercak pada bunga dan hawar pada musim penghujan. Karakteristiknya berupa lapisan abu-abu menyerupai tisu pada kondisi lembab. Gejala awal berupa kekeringan dan bercak kuning kecoklatan, yang kemudian meluas dan menyebabkan busuk pada batang dan hawar pada bunga seperti terlihat pada gambar 4. Botrytis dapat dihindari dengan sanitasi dan mengontrol kelembaban daun beserta lingkungannya. Dalam greenhouse, penyiraman yang tidak terlambat, aliran udara yang lancar, dan udara yang hangat pada malam hari dapat mengurangi kelembaban berlebih dan embun pada daun sehingga mengurangi risiko serangan penyakit botrytis (Maryland Cooperative Extension, 2000).


(30)

 Bercak Daun Phyllosticta

Fungi Phyllosticta dapat menyebabkan bercak-bercak pada daun lisianthus. Gejala meliputi bercak kecoklatan yang memiliki kotak spora berukuran kecil tersebar berwarna kehitaman diselubungi lapisan tipis seperti tisu. Kondisi lembab meningkatkan infeksi yang jarang menjadi perhatian. Penyakit bercak daun ini dapat dihindari penyebarannya dengan membuang bagian tanaman yang terinfeksi (Maryland Cooperative Extension, 2000).

c) Gulma

Teknik pengendalian gulma dapat menggunakan mulsa plastik, mulsa organik dari tanaman, dan herbisida non selektif merupakan cara yang sering dilakukan. Herbisida seperti glifosat mampu membunuh gulma diatas maupun didalam tanah. Pengendalian ini ditujukan untuk gulma musiman. Namun untuk gulma tahunan, penggunaan alat bantu seperti kored dan sabit dapat membabat habis tanaman dipermukaan tanah, tapi tidak akan membinasakan perakarannya. Salah satu cara lainnya adalah membiarkan terjadinya perkecambahan gulma dahulu sebelum penanaman, perlakuan ini dapat memberi waktu pada lisianthus untuk tumbuh selama periode tertentu tanpa ancaman gangguan gulma (Maryland Cooperative Extension, 2000).

Penanaman tanaman penutup tanah seperti kacang-kacangan mampu memperbaiki struktur tanah terutama ketersediaan nitrogen didalamnya. Mulsa plastik dapat digunakan untuk pengendalian gulma di sela-sela tanaman. Mulsa plastik terdiri dari berbagai ketebalan dan diaplikasikan dengan bantuan traktor untuk aplikasi secara luas. Mulsa plastik meningkatkan suhu tanah serta mengendalikan pertumbuhan gulma, dan mampu mempercepat pertumbuhan tanaman. Pada kasus yang lebih serius dapat digunakan tindakan fumigasi, misalnya dengan basamid, mampu mengendalikan biji gulma, nematoda maupun penyakit dalam tanah (Maryland Cooperative Extension, 2000).

2.3.8. Panen dan Pasca Panen

Waktu dari penanaman hingga panen dipengaruhi varietas dan lingkungan tumbuh. Umumnya, produksi lisianthus membutuhkan 15 minggu pada suhu dan


(31)

intensitas cahaya yang rendah, namun mampu mencapai 12 minggu pada intensitas cahaya tinggi dan suhu yang optimum. Sementara kualitas batang sangat baik pada suhu rendah, waktu pemanenan justru semakin lama. Pemanenan sebaiknya dilakukan pagi hari, saat udara masih sejuk (Highsun Express, 2008).

Pemanenan tangkai bunga dilakukan saat terdapat satu bunga yang setengah membuka kemudian setelah panen diberikan perlakuan pulsing selama 24 jam dengan larutan mengandung sukrosa dan bahan lainnya seperti asam sitrat (300 ppm) dan 8-hydroxquinoline sitrat (250 ppm). Waktu dari pemanenan pertama dan kedua adalah 3-4 bulan. Bunga hasil panen ke-2 memiliki kualitas yang lebih rendah dari hasil pemanenan pertama, batang yang lebih pendek dan bunga lebih sedikit per tangkainya, sehingga dapat disimpulkan bahwa pemanenan kedua walaupun memungkinan, tidak memiliki nilai ekonomis (Halevy dan Kofranek, 1984).

Setelah pulsing, bunga dibungkus kertas koran dan polyethylene, kemudian di pak dalam kotak. Sesampainya di tempat tujuan bunga ditempatkan dalam wadah berisi deionizied water untuk mempertahankan kualitasnya. Perlakuan pulsing dengan larutan gula mampu meningkatkan panjang umur bunga dan pemekaran kuncup bunga. Pembukaan sempurna didapat dari perlakuan pulsing dengan kandungan gula 5-10% dan perlakuan selama 24 jam menggunakan larutan gula kandungan 10% mampu menggandakan vase life bunga lisianthus (Halevy dan Kofranek, 1984).

Hal yang perlu dilakukan pada saat pemanenan sebagai berikut. Pemanenan dilakukan pagi hari pada saat kadar gula tertinggi. Panen dilakukan saat terdapat dua bunga yang mekar bersamaan. Untuk penjualan dengan kondisi segar, sebaiknya menunggu hingga 4 kuntum membuka sebelum panen. Perlakuan pendinginan hingga 55 oF (13 oC) sebelum pengiriman untuk mempertahankan kualitas bunga agar tidak mudah layu akibat suhu lingkungan yang tinggi (Maryland Cooperative Extension, 2000).

Hal yang perlu diperhatikan pada saat pemanenan sebagai berikut. Lisianthus memiliki daya mempertahankan bentuknya yang kuat dan tidak mudah rusak. Memperlihatkan dalam kondisi baik hingga jangka waktu 2 minggu setelah


(32)

potong. Mudah dikemas. Tidak terlalu sensitif terhadap gas etilen. (Maryland Cooperative Extension, 2000).

Hal yang perlu dilakukan dalam penanganan oleh penjual bunga potong adalah sebagai berikut. Tangkai bunga dipotong kembali dan ditempatkan pada air hangat dengan pH 3.5 dan suhu 65-75 0F, semakin dekat 65 0F makin baik. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut. Penjagaan dari gangguan sangat diperlukan. Larutan gula 2-4 % dan anti bakteri dapat mempertahankan vase life bunga hingga 14 hari. Bunga pink dan biru dapat hilang warnanya pada lingkungan kurang cahaya dan pucuk yang kecil sering kali gagal membuka setelah pemanenan (Maryland Cooperative Extension, 2000).

2.3.9. Permasalahan Lain a) Defisiensi hara

Permasalahan yang paling serius dalam pemenuhan hara lisianthus adalah kurangnya unsur hara mayor. Gejalanya adalah pertumbuhan yang lambat, yang hanya terlihat apabila dibandingkan dengan tanaman yang dipupuk dengan baik. Oleh karena itu, pengecekan analisis substrat dan aplikasi pemupukan perlu dilakukan secara rutin (Highsun Express, 2008).

Defisiensi kalsium menyebabkan ujung daun muda terbakar, kuncup gagal, dan batang lemah. Defisiensi kalsium dapat terjadi bahkan bila kandungan kalsium dalam tanah cukup. Udara disekitar tanaman yang lembab dapat mencegah translokasi kalsium. Pupuk kalsium yang diaplikasikan pada daun juga dibutuhkan (Highsun Express, 2008).

Derajat kemasaman yang rendah mengakibatkan pertumbuhan tanaman lambat dan batang lemah. Keracunan Zn sering terjadi bersamaan dengan pH tanah yang rendah dengan gejala klorosis pada jaringan pengangkut hingga daun menjadi berwarna keputihan (Highsun Express, 2008).

b) Roset

Tanaman yang roset memiliki sejumlah daun dengan internode yang sangat pendek dibagian batangnya. Penyebab utama tanaman roset adalah suhu


(33)

yang tinggi saat tanaman muda. Suhu malam dibawah 210C atau diatas 36 0C dapat menginisiasi terjadinya roset (Highsun Express, 2008).

Kerentanan lisianthus terhadap gangguan fisiologis berupa roset bergantung pada varietas dan dapat pula dipengaruhi oleh kondisi selama benih diproduksi. Tanaman yang roset dapat dirangsang untuk tumbuh dengan aplikasi asam giberelin. Aplikasi dilakukan pada minggu ketiga atau keempat setelah transplantasi apabila menunjukkan gejala roset. Aplikasi dapat dilakukan satu atau dua kali dengan konsentrasi 10-200 ppm. Tanaman yang roset dapat segera tumbuh namun biasanya kualitas batang menurun, waktu berbunga sangat lama, dan hasil panen tidak sesuai untuk produksi komersial (Highsun Express, 2008).


(34)

BAB III. METODE MAGANG

3.1. Tempat dan Waktu

Magang dilaksanakan di Bali Rose, PT. Mid Duta International yang berlokasi di Banjar Mayungan, Desa Antapan, Kecamatan Baturiti, Tabanan, Bali yang dimulai pada tanggal 11 Februari sampai 27 Juni 2009.

3.2. Metode Pelaksanaan

Metode yang dilaksanakan pada kegiatan magang adalah praktek kerja langsung di kebun. Pelaksanaan pekerjaan di lapangan atau di kantor sesuai dengan tingkatan pekerjaan yang diijinkan mulai dari pekerja harian selama 2 bulan, pendamping asisten manajer selama 1 bulan hingga pendamping manajer selama 1 bulan.

Selama menjadi pekerja harian, mahasiswa melakukan kegiatan budidaya bersama dengan pekerja lainnya dimulai dari persemaian, persiapan lahan, penanaman bibit, pemeliharaan tanaman, pengendalian gulma dan hama serta penyakit tanaman, kegiatan panen dan pasca panen tanaman hingga siap dikirim. Sedangkan selama bekerja menjadi pendamping supervisor dan pendamping manajer mahasiswa mempelajari aspek manajerial dalam pengelolaan kebun. Kegiatan magang baik aspek teknis maupun manajerial seperti tercantum dalam Tabel Lampiran 1, 2 dan 3.

Beberapa tahapan kegiatan yang dilaksanakan antara lain: 1. Orientasi lapang

Merupakan kegiatan yang pertama dilakukan untuk mengenal perusahaan lebih dekat mengenai lokasi, sistem kerja yang dijalankan, dan pengarahan lebih lanjut oleh manajer mengenai seluruh kegiatan di kebun.

2. Bekerja sebagai pekerja harian

Tahapan kegiatan ini dilaksanakan selama dua bulan. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi penanaman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, hingga panen dan penanganan pasca panen.


(35)

3. Bekerja sebagai pendamping kru manajerial

Kegiatan ini dilaksanakan selama dua bulan. Adapun pekerjaan yang dilaksanakan disesuaikan dengan aktivitas kru manajerial kebun yang terdiri dari supervisor dan manager. Selama proses magang dilakukan pula diskusi dengan kru manajerial berkenaan dengan magang kerja, pengumpulan data, dan penulisan laporan.

3.3. Pengamatan dan Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan hasil kegiatan wawancara dan diskusi dengan manajer dan karyawan, serta hasil pengamatan langsung di lapang berupa data yang berkenaan dengan aspek budidaya, termasuk tingkat pertumbuhan tanaman, bibit, pemeliharaan, organisme pengganggu, dan produksi tanaman, panen dan pasca panen. Data sekunder didapat dari arsip dan studi literatur perusahaan berupa kondisi perusahaan, tanah, bangunan tanam, dan tenaga kerja.

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data baik primer dan data sekunder antara lain:

1. Wawancara dengan staf dan pekerja PT. Mid Duta International selama magang berlangsung,

2. Mengikuti secara langsung kegiatan budidaya, panen, dan pasca panen bunga lisianthus,

3. Mengumpulkan data mengenai produksi, baik data pertumbuhan tanaman contoh ataupun data dari perusahaan,

4. Melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan budidaya bunga lisianthus.

Beberapa pengamatan berkenaan dengan aspek teknis budidaya lisianthus adalah sebagai berikut.

a) Daya Berkecambah Benih Lisianthus

Pengamatan dilakukan pada pembibitan. Penentuan sampel tray semai dilakukan secara acak, yaitu 14 varietas dengan total tray semai


(36)

sebanyak 61 tray pengamatan (@200 sel dan @288 sel) seperti tercantum pada Tabel 1. Penentuan jumlah tray untuk diamati berbeda pada masing-masing varietas karena disesuaikan dengan jumlah tray di pembibitan. Tabel 1. Bahan Tanaman Lisianthus yang Diamati di Pembibitan

Varietas Tray

@ 200 sel @ 288 sel Jumlah Takii Seed :

Yuki Temari 4 4

Setti Green 2 2 4

Paleo Champagne 2 1 3

Sakata Seed :

Carmen Violet 3 3

Haru Urara 5 1 6

Lination Pink 5 5

Marshmellow White 1 1

Picorosa Blue 3 3

Picorosa Pink Picotee 6 1 7

Picorosa Rose Pink 6 6

Picorosa Snow 5 5

Rosina Lavender 4 1 5

Rosina Yellow 1 2 3

Xcalibur Pure White 6 6

Jumlah 53 8 61

Peubah yang diamati adalah daya berkecambah dan keseragaman. Pengamatan dilakukan setiap minggu setelah semai hingga sebelum proses transplantasi. Perhitungan daya berkecambah menggunakan rumus sebagai berikut.

Daya berkecambah % = Jumlah benih yang berkecambah

Jumlah benih yang disemai × 100 %

b) Karakteristik Lisianthus

Penentuan tanaman sampel dilakukan secara acak pada 12 varietas tanaman @ 10 sampel tanaman, sehingga total berjumlah 120 tanaman. Varietas tersebut adalah Yuki Temari, Setti Green, Paleo Champagne, Picorosa Blue, Rosina Lavender, Carmen Violet, Picorosa Rose Pink, Picorosa Snow, Haru Urara, Lination Pink, Xcalibur Pure White, dan


(37)

Picorosa Pink Picotee. Keterangan varietas lisianthus lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 4.

Pemberian label dengan menggunakan ajir dengan kertas label yang dibungkus plastik. Peubah yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, lebar daun, diameter batang, panjang ruas (internode), jumlah cabang, waktu muncul bunga pertama, waktu muncul bunga kembar, jumlah bunga, diameter bunga, panjang tangkai bunga, dan jumlah daun mahkota dan waktu panen pertama. Pengamatan dilakukan setiap minggu setelah transplanting hingga sebelum panen. Hasil pengamatan karakteristik lisianthus secara lebih detail dapat dilihat pada Tabel Lampiran 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, dan 17, serta Gambar Lampiran 1 dan 2.

a) Penyiraman Tanaman Lisianthus

Peubah yang diamati adalah volume penyiraman lisianthus (l/m2). Air yang keluar dari nozzle ditampung menggunakan kantong plastik yang sudah diikat pada pipa. Kantong plastik ditempatkan di tiga nozzle yakni dibagian tengah dan kedua ujung bedeng. Setelah penyiraman selama 3 menit, volume air diukur menggunakan gelas ukur. Selain itu data yang dikumpulkan antara lain luas bedeng, jumlah nozzle per bedeng, dan waktu penyiraman pada umumnya. Melalui data-data tersebut kemudian dihitung volume penyiraman lisianthus (I) dengan rumus sebagai berikut.

= � � � × ℎ � ×� ��

�� �

b) Pengamatan Periode Kemekaran Bunga Lisianthus

Langkah pertama adalah menentukan sampel bunga sebanyak 6 kuntum bunga dari masing-masing varietas, yakni Paleo Champagne, Yuki Temari, Picorosa Blue, Setti Green, Rosina Lavender, dan Picorosa Rose Pink dengan kriteria bunga merupakan calon bunga kembar yang berukuran satu ruas ibu jari orang dewasa (± 3,5 cm x 2 cm). Tangkai bunga kemudian diberi label. Peubah yang diamati adalah waktu mekar bunga, satuannya adalah hari setelah tagging (hst).


(38)

c) Panen Lisianthus

Pendataan jumlah lisianthus yang dipanen dalam 1 periode tanam dilakukan pada 12 varietas, yakni Yuki Temari, Setti Green, Paleo Champagne, Picorosa Blue, Rosina Lavender, Carmen Violet, Picorosa Rose Pink, Picorosa Snow, Haru Urara, Lination Pink, Xcalibur Pure White, dan Picorosa Pink Picotee, untuk kemudian diketahui persentase tanaman produktif dan sebaran panennya, seperti terlampir pada Tabel Lampiran 18, 19, dan 20.

d) Vase Life Lisianthus

Bahan tanaman yang dipergunakan sebanyak 30 tangkai tanaman lisianthus yang terdiri dari 10 tangkai varietas Yuki Temari, 10 tangkai varietas Picorosa Snow, 5 tangkai varietas Xcalibur Pure White, dan 5 tangkai varietas Picorosa Pink Picotee.

Setelah dipanen, tanaman dipotong pangkal batangnya hingga memiliki tinggi 80 cm. Masing-masing tanaman selanjutnya dimasukkan dalam botol air mineral 330 ml berisi larutan perlakuan, yaitu air, larutan desinfektan (NaClO 5.25 %) 0.5 cc/L, larutan Chrysal 2 cc/L, larutan gula 3 g/L, dan larutan campuran gula 3 g/L dengan desinfektan (NaClO 5.25%) 0.5 cc/L. Peubah yang diamati adalah waktu bunga mekar dan bunga layu, satuannya dalam hari. Setiap 2 hari sekali selama pengamatan dilakukan penggantian larutan lama dengan yang baru dan pemotongan pangkal batang tanaman sepanjang 0.5-1 cm menggunakan gunting yang tajam. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel Lampiran 21, 22, 23, dan 24.

3.4. Analisis Data dan Informasi

Hasil kegiatan magang berupa data primer maupun sekunder dengan berbagai peubah dan rekomendasi teknis yang diterapkan diolah dengan menggunakan rataan dan analisis deskriptif untuk kemudian digunakan sebagai bahan laporan akhir digabung dengan studi pustaka tentang budidaya tanaman lisianthus.


(39)

BAB IV. KEADAAN UMUM

4.1. Letak Geografi dan Administratif

PT. Mid Duta International berkantor pusat di Komplek Pertokoan Tragia Nusa Dua, Lingkungan Bualu, Kelurahan Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali dan memiliki alamat gudang di Jl. Karang Mas Sejahtera, Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali. Kebun produksi PT. Mid Duta International terletak di Banjar Mayungan, Desa Antapan, Kecamatan Baturiti, Tabanan, Bali terbentang dari 8018‟37” LS – 8018‟42” LS dan 115012‟1” BT – 115012‟20.5” BT. Kebun produksi memiliki ketinggian 915 m diatas permukaan laut dan dikelilingi oleh lahan pertanian berupa ladang dan sawah milik penduduk setempat. Kebun produksi berjarak sekitar 45 km dari kota Denpasar dan ditempuh dengan alur jalan sedikit menanjak, namun kondisi jalan cukup baik.

4.2. Keadaan Iklim dan Tanah

Lahan produksi PT. Mid Duta International memiliki pH tanah 5.5-7 dengan jenis tanah latosol. Menurut Kantor Klimatologi Kecamatan Pancasari (2008), pada tahun 2008 curah hujan mencapai 4 200 mm/thn dengan jumlah hari hujan 199 hari. Sedangkan suhu berkisar diantara 15–23 0C dengan tingkat kelembaban udara 88%, seperti tercantum pada Tabel Lampiran 25.

4.3. Luas Areal dan Tata Guna Lahan

PT. Mid Duta International memiliki lahan seluas 3.5 ha dengan topografi yang relatif datar. Lahan yang digunakan terbagi menjadi 2, masing-masing disebut kebun I dan kebun II yang memiliki luas produktif 11 000 m2 dan 7000 m2, seperti tercantum pada Gambar Lampiran 3.

PT. Mid Duta International dalam menjalankan kegiatan usaha memiliki sarana produksi, transportasi, administrasi, dan pemasaran. Sarana transportasi yang dimiliki perusahaan adalah mobil dengan pengatur suhu udara ruangan (air conditioner).


(40)

Ruang pembibitan lisianthus terdiri dari 2 greenhouse, masing-masing memiliki ukuran luas 190.44 m2 (13.8 m x 13.8 m) dan 308 m2 (28 m x 11 m). Pembibitan dilengkapi dengan meja dari belahan bambu dengan ketinggian 1 m dari tanah, satu compressor, selang, dan sprayer. Kapasitas nursery I adalah 696 tray, sedangkan nursery II memiliki kapasitas 1324 tray, sehingga nursery memiliki kapasitas total menampung 2020 tray (baik untuk tray @200 maupun @288).

Lahan produksi untuk di kebun I terdiri dari 3 rumah naungan, yaitu 2 rumah naungan terbuat dari bambu untuk pembibitan berukuran 13.8 m x 13.8 m dan 28 m x 11 m, 1 rumah naungan terbuat dari besi untuk mawar berukuran 32 m x 30 m. Ilustrasi bangunan tanam di Kebun I dapat dilihat pada Gambar 5 sebagai berikut.

Gambar 5. Bangunan Tanam di Kebun I Bali Rose: (a) Pembibitan, (b) Rumah Naungan dengan Kerangka Besi.

Gambar 6. Bangunan Tanam di Kebun II Bali Rose: (a) Rumah Naungan dengan Kerangka Bambu, dan (b) Rumah Naungan dengan Kerangka Besi.

b

b a


(41)

Pada kebun II terdapat 12 rumah naungan, dengan keterangan sebagai berikut yaitu 8 rumah naungan dengan kerangka bambu berukuran 30 m x 15 m, dan 4 rumah naungan dengan kerangka besi masing-masing berukuran 60 m x 15 m, 32 m x 28 m, 64 m x 16 m, dan 64 m x 8 m. Lisianthus ditanam hanya pada kebun II, pada 4 greenhouse, yaitu 3 greenhouse dengan kerangka bambu (30 m x 15 m) dan 1 greenhouse dengan kerangka besi (64 m x 16 m). Ilustrasi bangunan tanam di Kebun II dapat dilihat pada Gambar 6 diatas.

Seluruh greenhouse memiliki atap yang terbuat dari plastik ultraviolet (UV) 14%. Dinding pengaman seluruh greenhouse kebun II pada bagian bawahnya menggunakan plastik UV 14% setinggi 1 meter dari permukaan tanah, sedangkan bagian dinding lainnya ditutupi menggunakan insect screen yang terbuat dari bahan nilon yang dapat dinaikturunkan seperti tirai. Sedangkan pada greenhouse dengan kerangka besi pada kebun I dan pembibitan, sebagai dindingnya dipergunakan paranet 70%. Greenhouse baik dari kerangka bambu maupun besi di kebun II dilengkapi dengan satu unit kipas (Horizontal Air Flow) yang dipasang di tengah bangunan, serta telah memiliki instalasi irigasi berupa pipa-pipa yang berada dibawah greenhouse yang terhubung dengan pompa irigasi. Kebun memiliki 3 gudang masing-masing berisi obat-obatan, pupuk, dan peralatan budidaya kebun seperti cangkul, compressor, dan bak penampung. Packing house dilengkapi dengan meja berukuran 180 cm x 100 cm dengan ketinggian 1 m dari tanah, 2 bak dengan lapisan keramik berukuran 4.5 m x 0.8 m, papan tulis, alat pemotong besar, dan sejumlah ember.

Air yang dipakai untuk keperluan perusahaan berasal dari kolam penampungan mata air yang berada di lingkungan sekitar kebun. Terdapat 4 kolam penampungan, namun hanya debit air dari 2 kolam saja yang terus-menerus dipergunakan. Melalui pipa, air selanjutnya dialirkan dan ditampung dalam rumah penampungan air sementara. Kemudian dengan bantuan genset diesel 100 Kva (80 000 watt), air ditarik menuju bangunan penampungan air di masing-masing kebun. Untuk kebutuhan irigasi, air disalurkan melalui pipa-pipa ke dalam greenhouse dengan didorong untuk menambah tekanan menggunakan bantuan pompa irigasi. Sedangkan listrik yang dipergunakan untuk segala aktivitas perusahaan berasal dari PLN.


(42)

4.4. Keadaan Tanaman dan Produksi

Tahap awal budidaya dimulai dengan persiapan sarana dan prasarana dilakukan pada Desember 2007. Penanaman pertama dilakukan pada bulan April 2008 dan produksi pertama kali pada bulan Agustus 2008. Saat ini PT. Mid Duta International memproduksi berbagai jenis bunga seperti mawar, lisianthus, snapdragon, delphinium, dan jenis tanaman hias daun pelengkap rangkaian bunga. Benih lisianthus diperoleh melalui konsultan perusahaan yang berasal dari Jepang. Benih yang diperoleh merupakan hasil produksi 2 perusahaan produsen benih yakni Sakata Seed dan Takii Seed. Bali Rose mengalokasikan 4 greenhouse untuk penanaman lisianthus, yaitu greenhouse II-4, II-5, II-6, dan II-11. Lamanya waktu dari proses persemaian hingga panen berkisar pada 21-24 minggu. Masing-masing greenhouse dapat ditanami hingga lebih dari 16 000 tanaman, kecuali untuk II-11 dengan luasan greenhouse lebih besar yang mampu menampung lebih dari 43 000 tanaman. Selama 7 bulan produksi lisianthus (November 2008 – Mei 2009), Bali Rose mampu menghasilkan 12 000 tangkai tanaman, dengan interval produksi berkisar dari 500 hingga 6 000 tangkai lisianthus per bulan.

Tabel 2. Produksi Lisianthus Bali Rose

Bulan Produksi (tanaman)

November 2008 6 081

Desember 2008 1 440

Januari 2009 520

Februari 2009 894

Maret 2009 599

April 2009 982

Mei 2009 1 607

Jumlah 12 123

Sumber : Kebun Bali Rose (2009)

4.5. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

PT. Mid Duta International merupakan sebuah perusahaan florikultur yang berdiri pada tanggal 18 April 2008 atas kepemilikan Ibu Maiko Kawano sebagai pemegang saham tunggal.

Pada tahun 2009, PT. Mid Duta International memiliki tenaga kerja sebanyak 52 orang yang terdiri dari 18 orang karyawan tetap dan 34 orang


(43)

karyawan harian. Jumlah karyawan harian perusahaan yang berasal dari penduduk setempat dan daerah lain memiliki perbandingan yang sama. Tingkat pendidikan karyawan tetap di PT. Mid Duta International di mulai dari tamat SLTA hingga Sarjana (S1). Karyawan tetap perusahaan memiliki tanggungjawab yang terbagi menjadi bagian produksi, logistik, akuntansi, pembelian, kasir, dan pemasaran. Bagian produksi dipimpin seorang manajer, bagian pemasaran terdiri dari sales, floris, dan supir, sedangkan bagian lainnya masing-masing terdiri dari satu orang karyawan saja. Manager produksi dan karyawan pada masing-masing bagian lainnya langsung bertanggungjawab terhadap Direktur. Struktur organisasi seperti tercantum pada Gambar Lampiran 4.

Manajer produksi bertanggungjawab terhadap seluruh aktivitas yang berlangsung di kebun meliputi budidaya seluruh tanaman yang diproduksi mulai dari persiapan lahan hingga panen, pasca panen bunga potong, pemeliharaan sarana dan prasarana yang digunakan dalam proses produksi, pengadaan tenaga kerja sesuai kebutuhan, dan rencana produksi beserta perencanaan lainnya yang termasuk dalam perjanjian kerja. Perencanaan produksi oleh manajaer dapat dilihat dalam Tabel Lampiran 26. Manajer produksi dalam pekerjaannya dibantu oleh seorang asisten manajer dan 2 orang supervisor. Baik asisten manajer maupun supervisor bertugas membantu manajer terutama dalam pelaksanaan kegiatan operasional di lapang dan bertanggungjawab langsung kepada manajer. Asisten manajer bertanggungjawab terhadap pekerjaan umum dan panen dan pasca panen, sementara supervisor bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan di kebunnya masing-masing secara langsung.

Bagian logistik bertanggungjawab dalam penyediaan seluruh sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan produksi. Bagian akuntansi, pembelian, dan kasir bertanggungjawab terhadap pemasukan dan pengeluaran uang perusahaan, pembukuan seluruh transaksi yang dilakukan, pengadaan barang-barang produksi dan keperluan lainnya, serta pembuatan laporan inventarisasi bulanan mengenai mutasi dan stok barang. Sedangkan bagian pemasaran bertanggungjawab terhadap penjualan hasil panen maupun barang lainnya ke tangan konsumen.

Hari kerja di PT. Mid Duta International dimulai pada hari Senin hingga Minggu. Jam kerja dimulai dari pukul 08.00 – 17.00 WITA dengan waktu


(44)

istirahat sebayak satu kali yaitu pada pukul 12.00 – 13.00 WITA. Karyawan yang bekerja di luar jam kerja perusahaan dimasukkan dalam perhitungan lembar kerja.

Sistem penggajian yang diterapkan sesuai dengan tingkat pendidikan dan jabatan. Seluruh karyawan PT. Mid Duta International menerima pembayaran gaji sekali sebulan yaitu setiap periode akhir bulan.

Fasilitas yang diberikan perusahaan kepada karyawan berupa tempat tinggal, jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek), tunjangan kesehatan, dan tunjangan hari raya (THR) serta hal lainnya yang termasuk dalam perjanjian kerja.


(45)

c b

a d

e f g h

i j k l

BAB V. PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

5.1. Aspek Teknis 5.1.1. Karakteristik Lisianthus

Bali Rose telah membudidayakan sedikitnya 20 varietas tanaman lisianthus. Keunikan masing-masing varietas jelas terlihat dari warna bunganya. Warna bunga lisianthus yang diproduksi di Bali Rose antara lain putih, hijau, cream, light purple, deep purple, pink, light pink, dan pink rim sebagai berikut.

Gambar 7. Bunga Lisianthus Berbagai Varietas di Bali Rose : a) Yuki Temari; b) Setti Green; c) Paleo Champagne; d) Picorosa Blue; e) Rosina Lavender; f) Carmen Violet; g) Picorosa Rose pink; h) Picorosa Snow; i) Haru Urara; j) Lination Pink; k) Excalibur Pure White; l) Picorosa Pink Picotee.


(46)

Sifat-sifat penampakan luar yang dimiliki tanaman lisianthus meliputi akar, batang, daun, dan bunga adalah seperti terlihat pada Gambar 8 sebagai berikut. Penggolongan morfologi tanaman lisianthus didasarkan pada penggolongan morfologi tumbuhan menurut Tjitrosoepomo (2007).

Gambar 8. Akar, Batang, dan Daun Tanaman Lisianthus (a) Akar (Radix)

Tanaman lisianthus memiliki sistem akar serabut yang tersusun dari akar-akar serabut kecil yang berbentuk benang. Akarnya mampu menembus tanah hingga kedalaman 10-15 cm, yang merupakan panjang akar dari leher batang hingga ke ujungnya.

(b) Batang (Caulis)

Tanaman lisianthus memiliki batang setengah berkayu. Batang tanaman berbentuk bulat yang ukurannya dari pangkal sampai ke ujung tidak besar bedanya. Permukaan batang licin berwarna hijau. Arah tumbuh batang tanaman lisianthus adalah tegak lurus ke atas (erectus). Percabangan lisianthus menggarpu atau dikotom, batang utama tanaman tumbuh kemudian menjadi dua atau tiga cabang yang sama besarnya. Arah pertumbuhan cabang adalah tegak (fascigiatus), sama seperti batang utama sebelum menggarpu. Tanaman lisianthus yang dibudidayakan umurnya tidak melebihi dari satu tahun, sehingga lisianthus termasuk tanaman anual atau semusim.

Pertumbuhan kuncup (gemma) tanaman lisianthus berada pada ujung batang (kuncup ujung) dan ketiak daun (kuncup ketiak). Kuncup pada tanaman lisianthus dapat berarti kuncup daun, kuncup bunga, dan kuncup campuran.


(47)

Ketiga jenis kuncup ini dapat tumbuh baik pada ujung maupun ketiak daun. Namun pada lisianthus yang dibudidayakan, kuncup daun dan campuran yang tumbuh pada ketiak daun biasanya segera diwiwil.

(c) Daun (Folium)

Dari segi kelengkapan daun, daun lisianthus hanya terdiri dari helaian saja, tanpa upih ataupun tangkai, sehingga helaian langsung melekat atau duduk pada batang. Daun yang demikian disebut juga sebagai daun duduk (sessilis). Dari segi bangun atau bentuk (circumscriptio), bagian terlebar helaian daun (lamina) lisianthus berada di tengah-tengah helaian daun dengan bentuk bangun jorong (ovalis atau ellipticus), yaitu dengan perbandingan panjang dan lebar daun berkisar antara 1½ - 2 : 1. Bentuk ujung daun (apex folii) tanaman adalah runcing, yaitu kedua tepi daun di kanan kiri ibu tulang sedikit demi sedikit menuju ke atas dan pertemuannya pada puncak daun membentuk sudut lancip (lebih kecil dari 900). Pada pangkal daun (basis folii), tepi daunnya tidak bertemu melainkan terpisah oleh batang tanaman. Pangkal daun lisianthus termasuk tumpul (obustus). Dari segi susunan tulang daun (nervatio atau venatio), ibu tulang daun pada tanaman lisianthus membelah helaian daun menjadi dua bagian yang setangkup atau simetris. Sedangkan tulang-tulang cabang daun (tingkat I) berpusat pada pangkal daun dan membengkok ke arah ujung daun, tidak sampai pada tepi daun. Berdasarkan susunan tulang daun, daun lisianthus termasuk dalam daun-daun yang bertulang melengkung (cervinervis). Daun memiliki beberapa tulang yang besar, satu di tengah, yaitu yang paling besar, sedang lainnya mengikuti jalannya tepi daun. Jadi semula memencar kemudian kembali menuju satu arah yaitu ke ujung daun, hingga selain tulang yang ada di tengah semua tulang-tulangnya kelihatan melengkung. Dari segi tepi daunnya (margo folii), daun lisianthus memiliki tepi daun yang rata (integer). Daun lisianthus apabila dilihat dari daging daunnya (intervenium) termasuk dalam daun yang tipis lunak (herbaceus). Daun berwarna hijau, licin namun suram, lebih tua apabila dibandingkan dengan warna tulang daunnya yaitu hijau kekuningan. Permukaan daun atas sedikit lebih hijau dibanding permukaan bawahnya. Dari segi tata letak daun pada batang (phyllotaxis), pada setiap buku tanaman (nodus) terdapat dua daun yang


(48)

berhadap-hadapan dan pada buku berikutnya kedua daunnya membentuk silang dengan daun-daun sebelum atau setelahnya. Tata letak daun tanaman lisianthus yang demikian ini disebut berhadapan bersilang.

(d) Bunga (Flos)

Bunga lisianthus sebelumnya berasal dari kuncup bunga yang berada pada ujung batang atau ujung cabang maupun ketiak daun. Jumlah bunga pada satu tanaman lebih dari satu atau disebut tumbuhan berbunga banyak, dan letaknya terpisah-pisah.

Bunga lisianthus merupakan bunga lengkap dan sempurna yang terdiri dari bagian-bagian bunga seperti tangkai bunga (pedicellus), dasar bunga (receptaculum), hiasan bunga (perianthium) yang terdiri dari kelopak (kalyx) dan mahkota (corolla), alat kelamin jantan (androecium) dan alat kelamin betina (gynaecium). Tangkai bunga memiliki penampang bulat dan berwarna hijau seperti batang utama. Dasar bunga lisianthus berbentuk rata, yaitu semua bagian bunga duduk sama tinggi di atas dasar bunga. Kedudukan perhiasan bunga lisianthus sama atau sedikit lebih tinggi daripada duduknya putik, sehingga disebut perigin. Daun kelopak (sepala) berwarna hijau, tidak berlekatan satu sama lain atau bebas, dan simetris beraturan berbentuk bintang. Mahkota bunga memiliki sifat simetris beraturan dengan susunan daun-daun mahkota (petala) yang membentuk mangkuk.

Gambar 9. Alat Perkembangbiakan Tanaman Lisianthus

Benang sari (stamen) sebagai alat kelamin jantan tumbuhan terdiri dari tangkai sari (filamentum) yang berwarna hijau dan kepala sari (anthera) berbentuk seperti perahu terbalik berwarna kuning hingga coklat dan diseluruh


(49)

permukaannya dipenuhi dengan serbuk sari (pollen) berwarna kuning. Kedudukan benang sari berada diatas dasar bunga dan berjumlah sekitar 5-10 benang sari per tangkai. Putik (pistillum) berwarna hijau dan hanya berjumlah satu di tiap tangkainya. Bakal buah (ovarium) menumpang pada dasar bunga, yaitu bakal buah duduk di atas dasar bunga sehingga bagaian samping bakal buah tidak pernah berlekatan dengan dasar bunga. Tangkai putik (stylus) lebih besar dan lebih panjang daripada tangkai sari, sehingga kedudukan kepala putik sedikit lebih tinggi daripada tangkai sari. Kepala putik (stigma) yang sudah siap diserbuki akan membuka mulutnya menjadi dua belahan seperti belahan daun lembaga pada tanaman kacang tanah setelah sebelumnya melekat satu sama lain.

(e) Karakteristik Berbagai Varietas Lisianthus

Lisianthus yang dibudidayakan di Bali Rose hingga saat ini tidak kurang dari 20 varietas dan semuanya merupakan varietas berbunga mahkota tumpuk, antara lain Yuki Temari, Setti Green, Paleo Champagne, Aguropis White, Bridal Snow, Carmen Violet, Exrosa Blue, Picorosa Blue, Rosina Lavender, Rosina Yellow, Rosina Lime, Rosina Green, Rosina Rose Pink, Rosina Pink, Exrosa Lila, Picorosa Rose Pink, Picorosa Snow, Picorosa Pink Picotee, Haru Urara, dan Lination Pink.

Pengamatan karakteristik lisianthus dilakukan pada 12 varietas, yaitu Yuki Temari, Setti Green, Paleo Champagne, Picorosa Blue, Rosina Lavender, Carmen Violet, Picorosa Rose Pink, Picorosa Snow, Haru Urara, Lination Pink, Xcalibur Pure White, dan Picorosa Pink Picotee dengan parameter pengamatan yaitu waktu tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, lebar daun, diameter batang, panjang ruas (internode), jumlah cabang, waktu muncul bunga pertama, waktu muncul bunga kembar, jumlah bunga, diameter bunga, panjang tangkai bunga, dan jumlah daun mahkota dan waktu panen pertama. Karakteristik lisianthus yang paling penting bagi produksi bunga potong di Bali Rose adalah tinggi dan jumlah bunga tanaman lisianthus seperti terlihat pada Gambar 10, 11, dan 12, sedangkan karakter lainnya dapat dilihat secara lebih detail pada Tabel 3 sebagai berikut.


(50)

Gambar 10. Tinggi Berbagai Varietas Lisianthus Saat Panen

Gambar 11. Jumlah Bunga Berbagai Varietas Lisianthus Per Tanaman

Gambar 12. Diameter Bunga Berbagai Varietas Lisianthus Saat Mekar 93,0 91,3

81,8 79,0 77,8

71,9 67,8

59,2 59,0 58,6 57,4 54,6

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Ti n g g i (c m ) 12,5

9,8 9,8 9,5

8,2 7,8 7,1

6,2 5,5

5,3 4,6 4,6

0 2 4 6 8 10 12 14 Ju m lah B u n g a ( ku n tu m )

9,1 8,9 8,9

7,2 6,8 6,8 6,8 6,7

6,2 5,6 5,5 5,3 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Di am e te r B u n ga (c m )


(51)

(1)

Tabel Lampiran 24. Hasil Pengamatan Vase Life Lisianthus Varietas Picorosa Pink Picotee

Hari ke- Perlakuan Keterangan

A B C D E

0 M1M2 M1M2 M1M2 M1M2 M1M2

1 . . . . .

2 . M3 . . . Ganti larutan

4 . . . . M3 Ganti larutan

5 . . . . .

6 M3 . M3 . . Ganti larutan

7 . . M4 M5 . M4

8 . M4 . . . Ganti larutan

9 . L2 M5 . M3 .

10 M4 . L2 . L2 Ganti larutan

11 . . . . .

12 L1 L1 L1 . L1 M5 Ganti larutan

13 L2 M5 L3 L4 M4 M6

14 L3 L2 L1 L5 Ganti larutan

15 L6

Keterangan : A = air

B = larutan desinfektan (NaClO 5.25%) 0.5 cc/L C = larutan Chrysal 2cc/L

D = larutan gula 3 gr/L

E = larutan gula 3 gr/L dan desinfektan (NaClO 5.25%) 0.5 cc/L M1 = Bunga no.1 mekar


(2)

Tabel Lampiran 25. Data Cuaca Kantor Klimatologi Kecamatan Pancasari Tahun 2008

Bulan Suhu (

0

C) Kelembaban

(%)

Curah Hujan (mm)

Hari Hujan (hari) Rata-rata Maksimum Minimum

Januari 19.48 25.90 14.87 88.18 517.50 19.00

Februari 19.29 24.03 15.54 90.99 810.50 24.00

Maret 19.72 23.99 14.52 91.86 712.50 27.00

April 19.35 24.35 13.62 92.72 193.50 14.00

Mei 18.82 23.72 12.61 90.79 188.00 18.00

Juni 19.04 23.74 12.33 97.54 23.00 6.00

Juli 17.56 23.33 11.04 89.90 41.00 6.00

Agustus 18.32 23.51 13.83 91.41 81.00 10.00

September 19.01 23.93 14.01 88.26 126.00 9.00

Oktober 20.21 24.77 15.41 89.63 422.00 18.00

Nopember 23.69 24.62 18.35 89.54 617.00 27.00

Desember 19.09 22.69 14.66 89.99 494.50 21.00

Jumlah 233.58 288.58 170.79 1090.81 4226.50 199.00


(3)

(4)

(5)

Tabel Lampiran 27. Rincian Suhu Harian di Pembibitan Bulan Mei 2009 Tangga

l

Suhu Minimum (0C)

Suhu Maksimum (0C)

Rata-rata Suhu Harian (0C)

1 16 30 23.0

2 16 32 24.0

3 15 31 23.0

4 18 29 23.5

5 16 30 23.0

6 16 30 23.0

7 22 30 26.0

8 17 30 23.5

9 16 30 23.0

10 15 30 22.5

11 16 30 23.0

12 15 31 23.0

13 15 30 22.5

14 15 31 23.0

15 16 30 23.0

16 17 30 23.5

17 16 30 23.0

18 16 30 23.0

19 16 30 23.0

20 16 30 23.0

21 16 30 23.0

22 16 30 23.0

23 13 31 22.0

24 16 31 23.5

25 16 28 22.0

26 16 27 21.5

27 16 29 22.5

28 18 27 22.5

29 16 29 22.5

30 15 31 23.0

31 15 30 22.5

Rataan 16.06 29.9 22.98

StD. 1.44 1.08 0.75

Maks. 22 32 26.00


(6)

Tabel Lampiran 28. Rincian Suhu Harian dalam Greenhouse di Kebun II Bulan Mei 2009

Tanggal Suhu Minimum (0C)

Suhu Maksimum (0C)

Rata-rata Suhu Harian (0C)

Kelembaban

(%) Keterangan

2 15 40 27.5 61 Berawan

3 15 34 24.5 60 Berawan

4 17 36 26.5 60 Berawan

5 15 34 24.5 61 Mendung

6 17 35 26.0 61 Berawan

7 15 36 25.5 60 Cerah

8 17 37 27.0 61 Mendung

9 15 35 25.0 61 Hujan

10 15 38 26.5 60 Hujan

11 15 35 25.0 60 Berawan

12 16 37 26.5 60 Mendung

13 14 37 25.5 60 Berawan

14 15 36 25.5 60 Berawan

15 15 35 25.0 61 Cerah

16 15 35 25.0 60 Berawan

17 15 38 26.5 61 Mendung

18 14 34 24.0 61 Hujan

19 16 30 23.0 62 Mendung

20 15 33 24.0 60 Mendung

21 15 34 24.5 61 Mendung

22 15 34 24.5 61 Mendung

23 13 34 23.5 60 Mendung

24 15 34 24.5 61 Hujan

25 16 36 26.0 60 Berawan

26 15 34 24.5 61 Hujan

27 16 35 25.5 60 Berawan

28 17 34 25.5 60 Mendung

29 15 32 23.5 61 Hujan

30 15 33 24.0 61 Berawan

31 15 36 25.5 60 Hujan

Rataan 15.27 35.03 25.15 60.53

StD. 0.91 1.96 1.10 0.57

Maks. 17 40 27.50 62.00