Organisme Pengganggu Tanaman a Hama

tumpuknya. Kelompok ini memiliki beberapa warna bunga seperti merah muda, kuning, putih, lavender, pink picotee, blue picotee, lilac rose, dan champagne. d Flamenco Flamenco merupakan kelompok lisianthus dengan bunga bermahkota tunggal dengan kualitas yang tinggi, batang yang panjang 90-120 cm, dan tidak terpengaruhi oleh panjang hari maupun suhu yang tinggi. Perawakan tanaman akan lebih besar dan berbunga lebih banyak daripada kelompok Heidi. Kelompok ini memiliki warna bunga biru muda, putih, ungu, blue rim, dan cherry blossom. e Heidi Heidi merupakan kelompok lisianthus tipe spray dengan bunga tunggal, seragam, dan memiliki tinggi 90-120 cm. Kelompok lisianthusi ini dipasarkan sebagai bunga potong dan memiliki warna bunga kuning, putih, hijau, merah, biru, champagne, blue rim, pink rim, rose pink, cherry blossom, dan lilac rose. f Mermaid Mermaid merupakan kelompok lisianthus kerdil dengan bunga bermahkota tunggal. Dalam perawatannya tidak memerlukan pemangkasan ataupun aplikasi zat pengatur tumbuh. Tinggi tanaman mencapai 15 cm dengan diameter bunga 6 cm. Cocok untuk tanaman dalam pot berukuran 10 cm, dan tersedia dalam 4 warna bunga yakni biru, merah muda, putih dan lilac rose. Benih lisianthus hasil produksi Sakata Seed dan Takii Seed dapat diperoleh dengan pemesanan langsung secara online. Cara lainnya adalah melakukan kontak dengan pihak perusahaan terlebih dahulu untuk konfirmasi prosedur pemesanan, ataupun melakukan pembelian melalui outlet-outlet resmi yang menjual benih lisianthus.

2.3.7. Organisme Pengganggu Tanaman a Hama

Lisianthus tidak rentan terhadap serangga, namun dapat diserang oleh kutu daun, leaf miner , larva Lepidoptera, thrips, dan whitefly. Di pembibitan, serangga yang mengganggu adalah larva fungus gnat Highsun Express, 2008.  Whitefly Dua spesies whitefly yang sering menimbulkan permasalahan utama pada lisianthus yang ditanam dalam greenhouse adalah silverleaf whitefly Bemisia argentifolia dan greenhouse whitefly Trialeurodes vaporariorum. Seluruh siklus hidup whitefly berlangsung dibawah permukaan daun. Whitefly berwarna putih dan berukuran sangat kecil 1-2 mm, menghisap cairan daun dan bila dihisap dalam jumlah banyak mengakibatkan perubahan warna daun tanaman menjadi kuning. Pengendalian hama ini dapat dilakukan secara biologis menggunakan tawon, parasitoid whitefly antara lain Encarsia formosais dan Eretmocerus eremosces , patogen berupa fungi Beauveria bassiana, dan pengendalian secara kimiawi Maryland Cooperative Extension, 2000.  Thrips Thrips dewasa berukuran 1-2 mm. Betina dewasa merobek kulit daun dan menyimpan telur didalamnya. Baik dalam bentuk larva maupun dewasa, thrips mendapat makanannya dengan menyerang bunga, daun, dan pucuk baru dengan memotong dan menghisap yang mengakibatkan rusaknya bunga, daun, maupun pucuk yang baru terbentuk. Thrips biasanya meninggalkan jejak berupa lintasan ataupun bintik berwarna keperakan pada helai daun yang diserang. Pengendalian thrips dapat dilakukan secara kimiawi maupun biologis, yaitu dengan menggunakan kutu predator Amblyseius cucumerias dan Amblyseius degenerans Maryland Cooperative Extension, 2000. b Penyakit Lisianthus sangat rentan terkena serangan penyakit pada saat tanaman masih muda, berbeda dengan tanaman dewasa yang dapat tumbuh dengan baik pada bedengan, selama tanah berada dalam kondisi drainase yang baik dengan pengairan yang teratur. Akar pada bibit tanaman muda berkembang lambat dan sangat sensitif terhadap serangan busuk akar. Virus dapat sangat merusak dan risiko serangan infeksinya akan lebih tinggi bila lisianthus berada dalam greenhouse bersamaan dengan tanaman lainnya Maryland Cooperative Extension, 2000. Menurut Daughtrey 2000, penyakit pada lisianthus disebabkan oleh fungi dan virus. Penyakit dan fungi yang menyebabkan penyakit pada lisianthus adalah hawar botrytis Botrytis cinerea Pers.:Fr, bercak daun cercospora Cercospora eustomae Peck, curvularia leaf blotch Curvularia sp. seperti terlihat pada gambar 4, downy mildew Peronospora chlorae deBary, busuk batang fusarium Fusarium solani Mart. Sacc. dan Fusarium avenaceum Fr.:Fr., layu fusarium Fusarium oxysporum Schlechtend:Fr., bercak daun phyllosticta Phyllosticta sp., busuk akar phytium Pythium sp., busuk batang rhizoctonia Rhizoctonia solani Kühn, dan hawar batang sclerophoma Sclerophoma eustomis Taubenhaus Ezekiel. Sedangkan penyakit beserta virus yang menyebabkan penyakit pada lisianthus yakni bean yellow mosaic Bean yellow mosaic virus BYMV, cucumber mosaic Cucumber mosaic virus CMV, impatiens necrotic spot Impatiens necrotic spot virus INSV, nekrosis lisianthus Lisianthus necrosis virus LNV, Iris Yellow Spot Iris Yellow Spot Virus IYSV, dan tobacco mosaic Tobacco mosaic virus TMV. Keterangan : a Layu Fusarium, b Layu Fusarium pada Tanaman Muda., c Gray mold Botrytis Blight , d Busuk Akar, e Bercak Daun, dan f Bercak Curvularia. Gambar 4. Beberapa Gejala Penyakit pada Lisianthus Sumber : McGovern et al 1998  Busuk Akar Terdapat 3 fungi yang dapat menimbulkan penyakit busuk akar pada lisianthus antara lain Phytium sp., Rhizoctonia solani, Fusarium solani dan Fusarium avenaceum. Perakaran yang lembab memicu pembusukan oleh Phytium . Perakaran yang terjangkit penyakit ini akan berwarna kuning kecoklatan dan terlihat basah dengan lapisan kortek yang mudah mengelupas. Fungi Rhizoctonia mengakibatkan kekeringan pada akar, sehingga akar menjadi rapuh dan jika menyebar ke batang dapat membuat tanaman menjadi layu. Dalam suhu hangat, kondisi lembab miselium Rhizoctonia dapat terlihat pada permukaan tanah dan batang. Saat Fusarium menginfeksi perakaran, struktur akar menjadi lembut, berwarna coklat hingga hitam. Fusarium yang menyebar hingga ke batang dapat dilihat berwarna putih krim sampai oranye muda yang merupakan kotak sporanya seperti terlihat pada gambar 4. Untuk menghindarinya diperlukan sanitasi dan perawatan tanaman yang baik. Drainase merupakan faktor yang sangat krusial. Pengairan diatur agar media tidak terlalu lembab. Pencegahan serangan penyakit busuk akar dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida kimia maupun biologis Maryland Cooperative Extension, 2000.  Penyakit oleh virus Beberapa jenis virus yang menyerang lisianthus adalah impatiens necrotic spot tospovirus INSV, broad bean wilt BBWV, bean yellow mosaic BYMV, tobacco mosaic TMV, dan cucumber mosaic CMV, yang semuanya bersifat destruktif. Sekali tanaman terinfeksi maka tidak dapat disembuhkan. Membuang atau membakar tanaman yang terinfeksi dengan segera merupakan cara yang paling baik dilakukan agar virus tidak menyebar ke tanaman lainnya Maryland Cooperative Extension, 2000. Dengan menanam lisianthus bersamaan dengan tanaman lainnya dalam greenhouse yang sama dapat meningkatkan risiko serangan virus INSV, yang vektornya adalah thrips. INSV menghentikan pertumbuhan tanaman, berubah warna menjadi kuning dan dipenuhi gejala nekrotik dan bercak-bercak pada daun dan batang, kemudian tanaman akan layu dan mati seperti terlihat pada gambar 4. BYMV, BBWV, dan CMV dapat dibawa oleh kutu daun dan menimbulkan gejala berupa bercak pada daun, bercak cincin, bercak kekuningan, mosaik, keabnormalan bunga, daun keriting pada tanaman lisianthus, yang kemudian akan layu dan mati Maryland Cooperative Extension, 2000. TMV dapat ditularkan oleh tanaman terinfeksi yang dibawa ke dalam greenhouse dan hanya memperlihatkan sedikit gejala berupa mosaik pada daun. Apabila tergabung dengan virus lainnya mampu mempercepat kematian tanaman. TMV memiliki wilayah serangan yang luas pada tanaman hias, pangan bahkan gulma. TMV sangat berbahaya karena berbentuk kristal yang mudah berpindah pada saat perawatan tanaman dan dapat bertahan hidup pada peralatan maupun permukaan benda dalam waktu yang lama Maryland Cooperative Extension, 2000. Tomato Yellow Leaf Curl Virus TYLCV dapat merusak penampakan tanaman dengan mengubah bentuk daun menjadi seperti mangkuk dan mengakibatkan pembengkakan pada pembuluh di bagian bawah daun, serta dapat menggagalkan pembungaan. Virus ini dapat dibawa oleh Bemisia tabaci Highsun Express, 2008.  Botrytis Keberadaan fungi Botrytis cinerea menimbulkan permasalahan serius pada tanaman lisianthus dalam greenhouse, dengan gejala berupa bintil-bintil yang dapat membunuh tanaman. Pada lahan terbuka Botrytis menimbulkan gejala bercak pada bunga dan hawar pada musim penghujan. Karakteristiknya berupa lapisan abu-abu menyerupai tisu pada kondisi lembab. Gejala awal berupa kekeringan dan bercak kuning kecoklatan, yang kemudian meluas dan menyebabkan busuk pada batang dan hawar pada bunga seperti terlihat pada gambar 4. Botrytis dapat dihindari dengan sanitasi dan mengontrol kelembaban daun beserta lingkungannya. Dalam greenhouse, penyiraman yang tidak terlambat, aliran udara yang lancar, dan udara yang hangat pada malam hari dapat mengurangi kelembaban berlebih dan embun pada daun sehingga mengurangi risiko serangan penyakit botrytis Maryland Cooperative Extension, 2000.  Bercak Daun Phyllosticta Fungi Phyllosticta dapat menyebabkan bercak-bercak pada daun lisianthus. Gejala meliputi bercak kecoklatan yang memiliki kotak spora berukuran kecil tersebar berwarna kehitaman diselubungi lapisan tipis seperti tisu. Kondisi lembab meningkatkan infeksi yang jarang menjadi perhatian. Penyakit bercak daun ini dapat dihindari penyebarannya dengan membuang bagian tanaman yang terinfeksi Maryland Cooperative Extension, 2000. c Gulma Teknik pengendalian gulma dapat menggunakan mulsa plastik, mulsa organik dari tanaman, dan herbisida non selektif merupakan cara yang sering dilakukan. Herbisida seperti glifosat mampu membunuh gulma diatas maupun didalam tanah. Pengendalian ini ditujukan untuk gulma musiman. Namun untuk gulma tahunan, penggunaan alat bantu seperti kored dan sabit dapat membabat habis tanaman dipermukaan tanah, tapi tidak akan membinasakan perakarannya. Salah satu cara lainnya adalah membiarkan terjadinya perkecambahan gulma dahulu sebelum penanaman, perlakuan ini dapat memberi waktu pada lisianthus untuk tumbuh selama periode tertentu tanpa ancaman gangguan gulma Maryland Cooperative Extension, 2000. Penanaman tanaman penutup tanah seperti kacang-kacangan mampu memperbaiki struktur tanah terutama ketersediaan nitrogen didalamnya. Mulsa plastik dapat digunakan untuk pengendalian gulma di sela-sela tanaman. Mulsa plastik terdiri dari berbagai ketebalan dan diaplikasikan dengan bantuan traktor untuk aplikasi secara luas. Mulsa plastik meningkatkan suhu tanah serta mengendalikan pertumbuhan gulma, dan mampu mempercepat pertumbuhan tanaman. Pada kasus yang lebih serius dapat digunakan tindakan fumigasi, misalnya dengan basamid, mampu mengendalikan biji gulma, nematoda maupun penyakit dalam tanah Maryland Cooperative Extension, 2000.

2.3.8. Panen dan Pasca Panen