Analisis الادغام /Al-Idgamu/ dalam Bahasa Arab

(1)

ANALISIS

ﻡﺎﻏﺩﻻﺍ

/AL-

IDGĀMU/

DALAM BAHASA ARAB

SKRIPSI SARJANA

Disusun oleh :

RATU BULAN HASPINA

080704011

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

DEPARTEMEN SASTRA ARAB

MEDAN

2013


(2)

ANALISIS ﻡﺎﻏﺩﻻﺍ /AL-IDGĀMU/ DALAM BAHASA ARAB SKRIPSI SARJANA

DISUSUN O

L E H

RATU BULAN HASPINA NIM. 080704011

Pembimbing I Pembimbing II

U

Dra. Rahlina Muskar Nst, M.Hum U UDrs. Mahmud Khudri, M.Hum

NIP. NIP.

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA HUMANIORA

dalam Bidang Ilmu Bahasa Arab

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA PROGRAM STUDI SASTRA ARAB

MEDAN 2013


(3)

Disetujui oleh:

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN SASTRA ARAB

Ketua,

19621204 198703 2 001 Dra. Pujiati, M.Soc., Ph.D.

Sekretaris,

19650112 199003 2 001 Dra. Fauziah, M.A.


(4)

PENGESAHAN: Diterima oleh:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA HUMANIORA dalam Ilmu Bahasa pada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, pada:

Tanggal : Mei 2013 Hari :

Fakultas Ilmu Budaya USU Dekan,

NIP. 19511013 197603 1 001 Dr. Syahron Lubis, M.A.

No. Nama Tanda Tangan

Panitia Ujian

1. Dra. Pujiati, M.Soc., Ph.D. (...) 2. Dra. Fauziah, M.A. (...) 3. Dra. Rahlina Muskar Nst, M.Hum (...) 4. Drs. Mahmud Khudri, M.Hum (...) 5. Dra. Rahimah, M.Ag (...)


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar pustaka.

Apabila pernyataan yang saya perbuat tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, Mei 2013


(6)

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN

Pedoman transliterasi yang digunakan adalah Sistem Transliterasi Arab-Latin

Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

A. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

Alif - Tidak dilambangkan

Ba b Be

Ta t Te

Sa ṡ es (dengan titik di atas)

Jim j Je

Ha

Ha (dengan titik di

bawah)

Kha kh Ka dan ha

Dal d De

Zal ż Zet (dengan titik di atas)

Ra r Er

Zai z Zet

Sin s Es

Syin sy Es dan ye

Sad ṣ Es (dengan titik di

bawah)

Dad ḍ de (dengan titik

dibawah)

Ta ṭ te (dengan titik di

bawah)

Za

zet (dengan titik di


(7)

`ain ‘ Koma terbalik (di atas)

Gain g Ge

Fa f Ef

Qaf q Ki

Kaf k Ka

Lam l El

Mim m Em

Nun n En

Waw w We

Ha h Ha

ء Hamzah ` Apostrof


(8)

B. Konsonan Rangkap

Konsonan rangkap (tasydid) ditulis rangkap

Contoh:

ﺔﻣﺪﻘﻣ : muqaddimah

ﺔﻨﻳﺪﻤﻟﺍﺓﺭﻮﻨﻤﻟﺍ : al- madīnah al- munawwarah

C. VOKAL

1. Vokal Tunggal

/fathah/ ditulis “a” contoh : ﺢﺘﻓ = fataha

/kasrah/ ditulis “I” contoh : ﻢﻠﻋ = ̒alima

/ dammah/ ditulis “u” contoh : ﺐﺘﻛ = kutub

2. Vokal Rangkap

Vokal rangkap /fathah dan ya/ ditulis “ai” contoh : ﻦﻳﺃ = aina

Vokal rangkap / fathah dan waw/ ditulis “au” contoh : ﻝﻮﺣ = haula

D. Vokal Panjang

/ fathah/ ditulis “ a” contoh : ﻉﺎﺑ = ba̒a

/kasrah/ ditulis “I” contoh : ﻢﻴﻠﻋ = ̒alīmun


(9)

E. Hamzah

Huruf hamzah (ء) di awal kata ditulis dengan vocal tanpa didahului oleh tanda apostrof (‘)

Contoh: ﻥﺎﻤﻳﺍ = ῑman

ﺍﺩﺎﺤﺗﺔﻣﻻﺍ = ittihād al-ummah

F. Lafzul- Jalalah

Lafzul- jalalah (kata ﷲ) yang berbentuk frase nomina ditransliterasikan tanpa hamzah

Contoh : ﺐﺘﻛ ﷲ ditulis : kitabullah

ﺪﺒﻋﷲ ditulis :̒ Abdullah

G. Kata Sandang “al-“.

1. Kata sandang “al-“ tetap ditulis “al-“, baik pada kata yang dimulai dengan huruf qamariah maupun syamsiah.

Contoh :

ﻦِﻛﺎَﻣَﻷﺍ

ﺔَﺳﱠﺪَﻘُﻤْﻟﺍ

= al-`amâkin al-muqaddasah

ُﺔَﺳﺎَﻴﱢﺴﻟﺍ

ُﺔﱠﻴِﻋْﺮُﺸﻟﺍ

= al-siyâsah al-syar’iyyah

2. Huruf “a” pada kata sandang “al-“ tetap ditulis dengan huruf kecil meskipun merupakan nama diri.

Contoh :

ﻱِﺩ ْﺭَﻭﺎَﻤْﻟﺍ

= al-Mâwardî

ﺮَﻫْﺯَﻷﺍ

= al-`Azhar

ﺓَﺭْﻮُﺼْﻨَﻤْﻟﺍ

= al-Manshûrah

3. Kata sandang “al-“ di awal kalimat dan pada kata “al-Qur`an” ditulis dengan huruf kapital. Contoh : Al-Afgânî adalah seorang tokoh pembaharu


(10)

DAFTAR SINGKATAN

A.s : `Alaihi al-Salam

H : Tahun Hijriah

M : tahun masehi

Q.S : Al-qura’an Surah

Ra : Radiyallahu `anhu

SAW : Salllahu `alaihin wa Sallam

SH : Sebelum Hijriah

SM : Sebelum Masehi

SWT : Subhanahu wa Ta’ala

T.P : Tanpa penerbit

T.T : Tanpa tahun

TBBA : Teks Buku Bahasa Arab BAK : Bahasa Arab Kamus


(11)

ABSTRAK

Ratu Bulan, 2013. Analisis

ﻡﺎﻏﺩﻻﺍ

/idgam/ dalam bahasa Arab. Medan: Departemen Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya USU.

Terdapat beberapa bentuk kata di dalam bahasa Arab yang dalam penulisannya tidak terdapat dalam pola morfologi bahasa Arab. Kata-kata ini telah dimasukan proses idgam sehingga kata-kata itu berubah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan proses idgam dalam bahasa Arab yang banyak terdapat di setiap pola-pola kata tertentu.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan buku Ibrahim Syamsani dalam buku durusu ilmu sarf. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif yang memaparkan hasil penelitian dengan cara mengumpulkan, mengklasifikasikan, menganalisis, dan menginterpretasikan data berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya. Penelitian ini merupakan penelitian pustaka yang menggunakan al-quran dan buku sebagai data primer.

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat dua jenis idgam yaitu idgam mutamasilain dan

idgam mutaqaribain dan memiliki beberapa proses idgam diantaranya penghilangan bunyi

konsonan, pembalikan bunyi konsonan, asimilasi sempurna, dan penghilangan bunyi serta asimilasi dalam bahasa Arab yang banyak terdapat disetiap pola kata tertentu.


(12)

ﺔﻳﺪﻳﺮﺠﺗ ﺓﺭﻮﺻ

ﻦﻟﻮﺑ ﻮﺗﺍﺭ

,

2013

.

ﺔﻴﺑﺮﻌﻟﺍ ﺔﻐﻠﻟﺍ ﻲﻓ ﻡﺎﻏﺩﻻﺍ ﻦﻋ ﻞﻴﻠﺤﺘﻟﺍ

.

ﻥﺍﺪﻴﻣ

:

ﺔﻴﺑﺮﻌﻟﺍ ﺏﺩﻻﺍ ﻢﺴﻗ

.

ﻡﻮﻠﻋ ﺔﻴﻠﻛ

ﺔﻴﻟﺎﻤﺸﻟﺍ ﻯﺮﻄﻣﻮﺳ ﺔﻌﻣﺎﺠﺑ ﺔﻓﺎﻘﺜﻟﺍ

.

ﺔﻴﺑﺮﻌﻟﺍ ﺔﻐﻠﻟﺍ ﻲﻓ ﺔﻤﻠﻜﻟﺍ ﺔﻐﻴﺻ ﺪﺟﻮﻳ

ﺔﻴﺑﺮﻌﻟﺍ ﺔﻐﻠﻟﺍ ﻒﻳﺮﺼﺘﻟﺍ ﻥﺯﻭ ﻲﻓ ﺪﺟﻮﻳ ﻻ ﻪﺘﺑﺎﺘﻛ ﻲﻓ ﻲﺘﻟﺍ

.

ﺮﻴﻐﺘﻳ ﺕﺎﻤﻠﻜﻟﺍ ﻰﺘﺣ ﻡﺎﻏﺩﻻﺍ ﺔﻴﻠﻤﻌﻟﺍ ﺖﻠﺧﺩ ﺪﻗ ﺕﺎﻤﻠﻜﻟﺍﻭ

.

ﻭ ﺱﺎﻨﺟﻻﺍ ﻦﻣ ﻑﺮﻌﻴﻟ ﺔﻘﻴﻘﺤﺘﻟﺍ ﻑﺍﺪﻫﺍ ﻭ

ﻦﻴﻌﻣ ﺕﺎﻤﻠﻜﻟﺍ ﻥﺍﺯﻭﺍ ﻲﻓ ﺍﺮﻴﺜﻛ ﺪﺟﻮﻳ ﻱﺬﻟﺍ ﻡﺎﻏﺩﻻﺍ ﺔﻴﻠﻤﻌﻟﺍ

.

ﻤﺸﻟﺍ ﻢﻴﻫﺍﺮﺑﺍ ﺱﻭﺍ ﺭﻮﺘﻛﻭﺩ ﺔﻳﺮﻈﻧ ﺔﺻﺎﺧ ﻭ ﺔﻳﺮﻈﻨﻟﺍ ﺔﺜﺣﺎﺒﻟﺍ ﺖﻣﺪﺨﺘﺳﺍ

ﻢﻠﻋ ﺱﻭﺭﺩ ﻪﺑﺎﺘﻛ ﻲﻓ ﻥﺎﺴ

ﻑﺮﺼﻟﺍ

.

ﻊﻤﺠﻳ ﺔﻘﻳﺮﻄﺑ ﺙﻮﺤﺒﻟﺍ ﺞﺋﺎﺘﻧ ﺡﺮﺷ ﻲﺘﻟﺍ ﺔﻴﻔﺻﻮﻟﺍ ﺔﻘﻳﺮﻁ ﺔﺜﺣﺎﺒﻟﺍ ﺖﻠﻤﻌﺘﺳﺍ ﻭ

,

ﻢﻴﺴﻘﺗ ﻭ

,

ﻞﻴﻠﺤﺗ

,

ﺮﻫﺎﻅ ﻖﺋﺎﻘﺣ ﻰﻠﻋ ءﺎﻨﺑ ﻥﺎﻴﺒﻟﺍ ﺮﻴﺴﻔﺗ ﻭ

.

ﺐﺘﻜﻟﺍ ﻖﻴﻘﺤﺘﻟﺍ ﻦﻣ ﺍﺬﻫ ﻭ

,

ﻥﺍءﺮﻘﻟﺍ ﺔﺜﺣﺎﺒﻟﺍ ﺖﻠﻤﻌﺘﺳﺍ

ﺔﻴﻟﻭﻻﺍ ﺔﻨﻴﺒﻛ ﺐﺘﻜﻟﺍ ﻭ

.

ﺎﻨﺟﻻﺍ ﻦﻣ ﺔﺜﺣﺎﺒﻟﺍ ﺕﺪﺟﻭ ﺙﻮﺤﺒﻟﺍ ﺞﺋﺎﺘﻧ

ﺕﺎﻤﻠﻜﻟﺍ ﻥﺍﺯﻭﺍ ﻲﻓ ﺍﺮﻴﺜﻛ ﺪﺟﻮﻳ ﻱﺬﻟﺍ ﻡﺎﻏﺩﻻﺍ ﺔﻴﻠﻤﻌﻟﺍ ﻭ ﺱ

ﻦﻴﻌﻣ


(13)

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan yang telah mengajarkan kalamnya kepada manusia dan memberikan petunjuk untuk membedakan kebenaran dan kebatilan. Tuhan yang telah memberi fitrah dalam diri manusia untuk memilih jalan yang baik atau yang buruk. Tuhan yang memberi balasan kepada manusia sesuai dengan amalnya.

Al-hamdulillah atas limpahan rahmat,taufik dan hidayah-Nya pula skripsi dengan judul “Analisis ﻡﺎﻏﺩﻻﺍ ‘Al-Idgāmu’ Dalam Bahasa Arab (Suatu Tinjauan Morfofonemik)”

ini dapat selesai pada waktunya. Skripsi adalah tugas akhir yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi dan memperoleh gelar sarjana pada Ilmu Bahasa Arab Fakultas Ilmu Budaya Univerrsitas Sumatera Utara.

Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah SWT curahkan keharibaan junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umat-Nya dari alam yang penuh dengan nuansa keimanan dan keislaman. Begitu juga kepada keluarga, para sahabat, para shalihin, dan penerus risalahnya.

Skripsi ini membahas dan menguraikan idgam, proses idgam, dan bentuk-bentuk

idgam.yang penulis analisis dalam beberapa contoh dari ayat al-Quran, wacana Arab, dan

kamus Arab-Indonesia.

Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit hambatan dan rintangan yang penulis hadapi, baik hambatan dan rintangan yang datang dari diri penulis sendiri ataupun dari pihak lain. Namun, penulis terus memohon kepada Allah SWT dan terus berusaha agar penyusunan skripsi ini berjalan lancar.

Penulis sadar bahwasanya skripsi ini masih jauh dari sempurna, terutama dikarenakan terbatasnya ilmu pengetahuan dan pengalaman penulis. Untuk itu, dengan kerendahan hati,


(14)

penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini.

Harapan penulis mudah-mudahan skripsi ini memberi manfaat bagi para pembaca sekalian pada umumnya dan pada penulis khususnya. Amin.

Medan, April 2013

Penulis,

080704011 Ratu Bulan Haspina


(15)

UCAPAN TERIMA KASIH

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan rida-Nya jugalah skripsi ini dapat diwujudkan. Penulis menyadari terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan berbagai pihak, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Teristimewa buat kedua orang tua tercinta Ayahanda Yushaspin Tambunan dan Ibunda Kholidah Hanum, terkhusus almarhumah Yenny Hewarati yang begitu besar pengorbanannya dan meneburkan kasih sayang dan tak jemu-jemunya memberi dukungan moril maupun materil. Berkat do’a beliau penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Perguruan Tinggi.

2. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Bapak Dr. M. Husnan Lubis, M.A. selaku Pembantu Dekan I, Bapak Drs. Samsul Tarigan selaku Pembantu Dekan II, dan Bapak Drs. Yuddi Adrian M.A selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Pujiati, M.Soc,Sc.Ph.D selaku Ketua Departemen Bahasa Arab dan Ibu Dra. Fauziah, M.A selaku Sekretaris Departemen Bahasa Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Rahlina Muskar Nasution, M.Hum selaku Dosen Pembimbing I, Bapak Drs. Mahmud Khudri,M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, bimbingan dan pengarahan bagi penulis sehingga skripsi ini dapat penulis rampungkan.

5. Kepada dosen pembimbing akademik Dra. Fauziah, M.A yang selalu memberikan dukungan dan semangat yang tak jemu-jemu kepada penulis.


(16)

6. Kepada seluruh Staf Pengajar Departemen Bahasa Arab pada khususnya dan Staf Pengajar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara pada umumnya yang telah mendidik dan menuangkan ilmunya kepada penulis selama masa perkuliahan.

7. Kepada Bang Andika selaku Staf Administrasi Departemen Bahasa Arab yang sudah membantu penulis dalam hal administrasi.

8. Kepada ibu Rahimah, ibu Khairina yang banyak memberikan masukan dalam penyusunan skipsi ini.

9. Tidak lupa buat adik-adik penulis Muhammad Shahid Fachri dan Shabrina Junita yang sangat memberi semangat penulis selama dalam menjalankan skripsi.

10. Buat sahabat-sahabatku tersayang di kampus Nurul Hidayah, Saidah Farhana, Nurul Ummi, Hidayati, Ahmad Zuhri, M. Ibnu, Sutan Gembira, Taufik Hidayat, Chairunnisa Panjaitan, Rimta andalusia, Aman Saputra, dan Syahriski Fahri Abda Sinaga. Penulis akan ingat dengan masa-masa indah selama kita kuliah bersama. Terima kasih atas persahabatan yang indah selama kita kuliah.

11. Teman terbaik penulis di saat galau Ferri Irawan, kakak-kakak penulis yang selalu memberi support dan menampung keluh kesah penulis Kiki Riski Sinaga dan Sri Meilani Sinaga, terima kasih banyak atas saran-saranya.

12. Buat keluarga besar penulis yang setia mendampingi dalam suka dan duka dalam mengerjakan skipsi ini.

13. Seluruh Mahasiswa Jurusan Sastra Arab yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab (IMBA).

14. Kepada seluruh pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Medan, 2013


(17)

DAFTAR ISI

PEDOMAN TRANSLITERASI. ... i

DAFTAR SINGKATAN ... ii

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

UCAPAN TERIMA KASIH ... x

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Metode Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian terdahulu ... 8

2.2. Pengertian Morfologi dan Fonologi ... 8

2.2.1 Morfologi ... 8

2.2.2 Fonologi ... 10

2.3 Morfofonemik ... 13

2.4 Batasan Idgam ... 15

2.4.1 Syarat- Syarat Idgam ... 15

2.4.2 Jenis Idgam ... 17

2.4.2.1 Idgam Mutamasilain ... 17

2.4.2.2 Idgam Mutaqaribain... 19

2.4.3 Perubahan Bunyi yang disebabkan Idgam... 20

2.5 Klasifikasi Bunyi Konsonan ... 14

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil penelitian ... 23

3.2 Pembahasan ... 23

3.2.1 Penghilangan Bunyi ... 23

3.2.1.1 Penghilangan Bunyi dalam Satu Kata ... 23

3.2.1.2 Penghilangan Bunyi dalam Dua Kata ... 35

3.2.2 Perpindahan Tempat ... 37

3.2.3 Asimilasi Sempurna ... 53

3.2.4 Penghilangan Bunyi dan Asimilasi ... 57

BAB IV PENUTUP 4.1Kesimpulan ... 66

4.2Saran ... 69


(18)

ABSTRAK

Ratu Bulan, 2013. Analisis

ﻡﺎﻏﺩﻻﺍ

/idgam/ dalam bahasa Arab. Medan: Departemen Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya USU.

Terdapat beberapa bentuk kata di dalam bahasa Arab yang dalam penulisannya tidak terdapat dalam pola morfologi bahasa Arab. Kata-kata ini telah dimasukan proses idgam sehingga kata-kata itu berubah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan proses idgam dalam bahasa Arab yang banyak terdapat di setiap pola-pola kata tertentu.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan buku Ibrahim Syamsani dalam buku durusu ilmu sarf. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif yang memaparkan hasil penelitian dengan cara mengumpulkan, mengklasifikasikan, menganalisis, dan menginterpretasikan data berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya. Penelitian ini merupakan penelitian pustaka yang menggunakan al-quran dan buku sebagai data primer.

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat dua jenis idgam yaitu idgam mutamasilain dan

idgam mutaqaribain dan memiliki beberapa proses idgam diantaranya penghilangan bunyi

konsonan, pembalikan bunyi konsonan, asimilasi sempurna, dan penghilangan bunyi serta asimilasi dalam bahasa Arab yang banyak terdapat disetiap pola kata tertentu.


(19)

ﺔﻳﺪﻳﺮﺠﺗ ﺓﺭﻮﺻ

ﻦﻟﻮﺑ ﻮﺗﺍﺭ

,

2013

.

ﺔﻴﺑﺮﻌﻟﺍ ﺔﻐﻠﻟﺍ ﻲﻓ ﻡﺎﻏﺩﻻﺍ ﻦﻋ ﻞﻴﻠﺤﺘﻟﺍ

.

ﻥﺍﺪﻴﻣ

:

ﺔﻴﺑﺮﻌﻟﺍ ﺏﺩﻻﺍ ﻢﺴﻗ

.

ﻡﻮﻠﻋ ﺔﻴﻠﻛ

ﺔﻴﻟﺎﻤﺸﻟﺍ ﻯﺮﻄﻣﻮﺳ ﺔﻌﻣﺎﺠﺑ ﺔﻓﺎﻘﺜﻟﺍ

.

ﺔﻴﺑﺮﻌﻟﺍ ﺔﻐﻠﻟﺍ ﻲﻓ ﺔﻤﻠﻜﻟﺍ ﺔﻐﻴﺻ ﺪﺟﻮﻳ

ﺔﻴﺑﺮﻌﻟﺍ ﺔﻐﻠﻟﺍ ﻒﻳﺮﺼﺘﻟﺍ ﻥﺯﻭ ﻲﻓ ﺪﺟﻮﻳ ﻻ ﻪﺘﺑﺎﺘﻛ ﻲﻓ ﻲﺘﻟﺍ

.

ﺮﻴﻐﺘﻳ ﺕﺎﻤﻠﻜﻟﺍ ﻰﺘﺣ ﻡﺎﻏﺩﻻﺍ ﺔﻴﻠﻤﻌﻟﺍ ﺖﻠﺧﺩ ﺪﻗ ﺕﺎﻤﻠﻜﻟﺍﻭ

.

ﻭ ﺱﺎﻨﺟﻻﺍ ﻦﻣ ﻑﺮﻌﻴﻟ ﺔﻘﻴﻘﺤﺘﻟﺍ ﻑﺍﺪﻫﺍ ﻭ

ﻦﻴﻌﻣ ﺕﺎﻤﻠﻜﻟﺍ ﻥﺍﺯﻭﺍ ﻲﻓ ﺍﺮﻴﺜﻛ ﺪﺟﻮﻳ ﻱﺬﻟﺍ ﻡﺎﻏﺩﻻﺍ ﺔﻴﻠﻤﻌﻟﺍ

.

ﻤﺸﻟﺍ ﻢﻴﻫﺍﺮﺑﺍ ﺱﻭﺍ ﺭﻮﺘﻛﻭﺩ ﺔﻳﺮﻈﻧ ﺔﺻﺎﺧ ﻭ ﺔﻳﺮﻈﻨﻟﺍ ﺔﺜﺣﺎﺒﻟﺍ ﺖﻣﺪﺨﺘﺳﺍ

ﻢﻠﻋ ﺱﻭﺭﺩ ﻪﺑﺎﺘﻛ ﻲﻓ ﻥﺎﺴ

ﻑﺮﺼﻟﺍ

.

ﻊﻤﺠﻳ ﺔﻘﻳﺮﻄﺑ ﺙﻮﺤﺒﻟﺍ ﺞﺋﺎﺘﻧ ﺡﺮﺷ ﻲﺘﻟﺍ ﺔﻴﻔﺻﻮﻟﺍ ﺔﻘﻳﺮﻁ ﺔﺜﺣﺎﺒﻟﺍ ﺖﻠﻤﻌﺘﺳﺍ ﻭ

,

ﻢﻴﺴﻘﺗ ﻭ

,

ﻞﻴﻠﺤﺗ

,

ﺮﻫﺎﻅ ﻖﺋﺎﻘﺣ ﻰﻠﻋ ءﺎﻨﺑ ﻥﺎﻴﺒﻟﺍ ﺮﻴﺴﻔﺗ ﻭ

.

ﺐﺘﻜﻟﺍ ﻖﻴﻘﺤﺘﻟﺍ ﻦﻣ ﺍﺬﻫ ﻭ

,

ﻥﺍءﺮﻘﻟﺍ ﺔﺜﺣﺎﺒﻟﺍ ﺖﻠﻤﻌﺘﺳﺍ

ﺔﻴﻟﻭﻻﺍ ﺔﻨﻴﺒﻛ ﺐﺘﻜﻟﺍ ﻭ

.

ﺎﻨﺟﻻﺍ ﻦﻣ ﺔﺜﺣﺎﺒﻟﺍ ﺕﺪﺟﻭ ﺙﻮﺤﺒﻟﺍ ﺞﺋﺎﺘﻧ

ﺕﺎﻤﻠﻜﻟﺍ ﻥﺍﺯﻭﺍ ﻲﻓ ﺍﺮﻴﺜﻛ ﺪﺟﻮﻳ ﻱﺬﻟﺍ ﻡﺎﻏﺩﻻﺍ ﺔﻴﻠﻤﻌﻟﺍ ﻭ ﺱ

ﻦﻴﻌﻣ


(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan media komunikasi dan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan, terutama dalam bersosialisasi antar individu maupun masyarakat. Komunikasi baru dapat dipahami jika bahasa yang digunakan saling dimengerti, baik dari pihak pembicara maupun lawan bicara. Para ahli mendefinisikan bahasa bermacam-macam antara lain :

Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa lambang bunyi, yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf 1984 :16).

Menurut al-Ghulayayni (2005 :4 ).

ﻢﻫﺪﺻﺎﻘﻣ ﻦﻋ ﻡﻮﻗ ﻞﻛ ﺎﻬﺑ ﺮﺒﻌﻳ ﻅﺎﻔﻟﺍ ﺔﻐﻠﻟﺍ

/al-lugatu alfāẓun yu’abbiru bihā kullu qaumin ‘an maqāṣidihim/ ‘Bahasa adalah ujaran-ujaran yang digunakan oleh setiap kelompok masyarakat untuk menyampaikan maksud mereka’.

Ujaran-ujaran yang digunakan oleh setiap kelompok dapat berupa kata, frasa, kalimat, klausa atau wacana. Dalam bahasa Arab (BA) kategori kata dapat digolongkan kepada tiga kategori sebagaimana yang dikatakan Ghulayayni (2005: 9):

ﺔﻤﻠﻜﻟﺍ

:

ﺩﺮﻔﻣ ﻰﻨﻌﻣ ﻰﻠﻋ ﻝﺪﻳ ﻆﻔﻟ

.

ﻡﺎﺴﻗﺍ ﺔﺛﻼﺛ ﻲﻫ ﻭ

:

ﻢﺳﺍ

,

ﻞﻌﻓ ﻭ

,

ﻑﺮﺣ ﻭ

/al-kalimatu : lafẓun yadullu ‘alā ma’nā mufradin. Wa hiya ṡalāṡatu aqsāmin:

ismun,wa fi’lun, wa harf/ ‘Kata ialah pengucapan yang menunjukkan arti tersendiri.

Kata itu terbagi dalam tiga bagian yaitu ism (nomina), dan fi’il (verba), dan harf (konjungsi)’.

Dan Dayyab (1997: 13) juga mengatakan:

ﻉﺍﻮﻧﺍ ﺔﺛﻼﺛ ﻲﻓ ﺕﺎﻤﻠﻜﻟﺍ ﺮﺼﺤﻨﺗ ﻭ

:

ﻞﻌﻓ

,

ﻢﺳﺍ ﻭ

,

ﻑﺮﺣ ﻭ

/wa tanḥaṣiru l-kalimāti fi ṡalāṣati anwā’in: fi’lun, wa ismun, wa ḥarfun/. ‘kata itu hanya ada tiga macam : verba, nomina, dan konjungsi’,

Kategori ism (nomina) dan fi’il (verba) di dalam gramatika BA dapat berubah dari bentuk dasarnya. Perubahan kata-kata ini dibahas dalam morfologi sebagaimana yang disampaikan oleh Ghulayayni (2005: 8) sebagai berikut:


(21)

ﻥﺎﺘﻟﺎﺣ ﺔﻴﺑﺮﻌﻟﺍ ﺕﺎﻤﻠﻜﻠﻟ

:

ﻥﺯﻭ ﻰﻠﻋ ﻥﻮﻜﺘﻟ ﺓﺩﺮﻔﻣ ﻲﻫ ﻭ ﺎﻬﻨﻋ ﺚﺤﺒﻟﺎﻓ ﺐﻴﻛﺮﺗ ﺔﻟﺎﺣ ﻭ ﺩﺍﺮﻓﺇ ﺔﻟﺎﺣ

ﻑﺮﺼﻟﺍ ﻢﻠﻋ ﻉﻮﺿﻮﻣ ﻦﻣ ﻮﻫ ﺔﺻﺎﺧ ﺔﺌﻴﻫ ﻭ ﺹﺎﺧ

/lil kalimāti al-‘Arabiyyati ḥālatāni : ḥālatun ifrādun wa ḥālatun tarkībun fal baḥṡu ‘anha wa hiya mufradatun litakūnu ‘alā wazni khāṣṣin wa hay’atin khassatin huwa min mawḍū’in ‘ilmi al-ṣarfi /. ‘Dalam morfologi ada dua hal yang dikaji yaitu: kata yang berdiri sendiri dan kata yang tersusun dalam kalimat yang mempunyai pola dan bentuk yang khusus. Dan pembahasan ini terdapat dalam ilmu sarf’.

Keadaan kata yang berdiri sendiri serta ketika kata itu dalam kalimat, kedua hal ini mempunyai pola dan bentuk tersendiri. Sebagaimana yang diterangkan Ghulayayni (2005: 8) sebagai berikut :

ءﺎﻨﺑﻻﻭ ﺏﺍﺮﻋﺎﺑ ﺖﺴﻴﻟ ﻰﺘﻟﺍ ﺎﻬﻟﺍﻮﺣﺍ ﻭ ﺔﻴﺑﺮﻌﻟﺍ ﺕﺎﻤﻠﻜﻟﺍ ﻎﻴﺻ ﺎﻬﺑ ﻑﺮﻌﺗ ﻝﻮﺻﺎﺑ ﻢﻠﻋ ﻑﺮﺼﻟﺍ ﺎﻓ

/fa al-arfu ‘ilmun bi uữlin ta’rifu bihā ṣiyagu al-kalimāti al-‘Arabiyyati wa ahwā luhā al-latī laisat bi i’rābin wa lā binā’in/ ‘morfologi merupakan ilmu yang membahas tentang pembentukan kata-kata BA dan hal-hal yang berkenaan dengan perubahan kata tersebut, bukan membahas satu kata dalam kalimat dan bukan membahas bunyi-bunyi vokal di akhir kata dalam satu kalimat’.

Menurut Ramlan dalam Mu’in (2004: 87) morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun semantik.

Pembentukan kata dalam BA menurut Ghulayaini (2005: 8) dapat dikaji dalam beberapa proses seperti berikut :

ﻢﻠﻜﻟﺍ ﻎﻴﺻ ﻂﺒﺿ ﻲﻓ ﻝﻮﻌﻤﻟﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻥﻻ ﺔﻴﺑﺮﻌﻟﺍ ﻡﻮﻠﻌﻟﺍ ﻢﻫﺍ ﻦﻣ ﻑﺮﺼﻟﺍﻭ

,

ﻭ ﺎﻫﺮﻴﻐﺼﺗ ﺔﻓﺮﻌﻣ ﻭ

ﻦﻣ ﺕﺎﻤﻠﻜﻟﺍ ﻯﺮﺘﻌﻳ ﺎﻣﻭ ﻪﺘﻓﺮﻌﻣ ﻭ ﺓﺫﺎﺸﻟﺍ ﻭ ﺔﻴﻋﺎﻤﺴﻟﺍﻭ ﺔﻴﺳﺎﻴﻘﻟﺍ ﻉﻮﻤﺠﻟﺎﺑ ﻢﻠﻌﻟﺍ ﻭ ﺎﻬﻴﻟﺍ ﺔﺒﺴﻨﻟﺍ

ﻝﻼﻋﺍ

,

ﻡﺎﻏﺩﺍ ﻭﺍ

,

ﻝﺍﺪﺑﺍ ﻭﺍ

.

/wa al-ṣarfu min ahammi al-‘ulumi al-‘Arabiyyati li`anna ‘alaihi al-mu’awwalu fi

ḍabṭi ṣiyagi al-kalami, wa ma’rifatun taṣgīruhā wa an-nisbatu ilaihā wa al-ilmu bi al-jumu’i al-qiyāsiyati wa al-simā’iyati wa al-syāzati wa ma’rifatuhu wa ma ya’tari

al-kalimatu min i’lāli, aw idgāmi, aw ibdāli./ ‘Morfologi adalah bagian ilmu BA

yang penting karena morfologi membahas tentang pembentukan kata secara tepat dan mengenalkan tentang pola kata yang membawa makna menjadi kecil ( ﺮﺤﺑ /baḥrun/ ‘laut’  ﺮﻴﺤﺑ /buḥairun/ ‘danau’) dan pola pembentukan kata yang membawa makna penggolongan atau pengelompokan ( ( ﺮﺼﻣ /misra/ ‘Mesir’

ّﻱﺮﺼﻣ /misriyun/ ‘bangsa Mesir)) dan ilmu tentang jama’ kiasi dan sima’i dan kalimat asing dan mengenalkan tentang perubahan bentuk kata dengan mengganti huruf-huruf yang lemah (i’lal), seperti ﺐﺛﻭ - ﺐﺛﻮﻳ /waṡaba-yauṡibu/ ‘melompat’  ﺐﺜﻳ /yaṡibu/ ‘melompat’ dan perubahan bentuk diakibatkan adanya bunyi yang berdekatan dengannya (idgam), seperti ﺩﺪﻣ /madada/  ّﺪﻣ /madda/ ataupun perubahan bentuk kata dengan mengganti huruf yang shahih (ibdal), seperti ﻭﺎﻋﺩ /du’āwun/ءﺎﻋﺩ/du’ā`un/ .


(22)

Salah satu bentuk perubahan kata yang akan peneliti bahas dalam morfologi BA seperti yang dikatakan Ghulayaini adalah idgam. Idgam menurut Ghulayaini (2005: 252) dan George Mitri (1996: 6) :

ﻡﺎﻏﺩِﻻﺍ

:

ﻪﺴﻨﺟ ﻦﻣ ﺮﺧﺍ ﻑﺮﺣ ﻲﻓ ﻑﺮﺣ ﻝﺎﺧﺩِﺍ

,

ﺩﺪﺸﻣ ﺍﺪﺣﺍﻭ ﺎﻓﺮﺣ ﻥﺍﺮﻴﺼﻳ ﺚﻴﺤﺑ

.

ﻢﻜﺣ ﻭ

ﻦﻴﻓﺮﺤﻟﺍ

,

ﺎﻤﻬﻨﻴﺑ ﻞﺻﺎﻓ ﻼﺑ ﺎﻛﺮﺤﺘﻣ ﻲﻧﺎﺜﻟﺍﻭ ﺎﻨﻛﺎﺳ ﺎﻤﻬﻟﻭﺍ ﻥﻮﻜﻳ ﻥﺍ ﻡﺎﻏﺩﻻﺍ ﻲﻓ

/al-idgāmu : idkhālu ḥarfin fi ḥarfin akhar min jinsihi, bi ḥay ṡu yaṣīrāni ḥarfan wāḥidan musyaddidan. Wa ḥukmu al-ḥarfaini, fi l-idgāmi an yakūna awwaluhumā sākinan wa tsāni mutaḥarrikan bilā fāṣilin bainahumā/. al-idgām adalah masuknya satu huruf kepada huruf lain yang sejenis, lalu menjadi satu huruf yang memakai

tasydid. Kaedah bagi kedua huruf yang sejenis itu adalah huruf yang pertama sukun

dan huruf yang kedua berharkat tanpa ada pemisah di antara kedua huruf tersebut. Dari pendapat kedua tokoh tersebut diperoleh batasan bahwa idgam adalah penggabungan dua huruf yang memiliki kesamaan menjadi sebuah huruf yang diberi tanda

tasydid. Tasydid (

) merupakan tanda penekanan dua bunyi pada satu huruf yang terletak di

atas huruf. George Mitri (1996: 5) mengatakan :

ﺤﻟﺍ ّﻥﺍ ﻰﻠﻋ ّﻝﺪﻳ ﻮﻫ ّﺪﺸﻟﺍ

ﻡّﺪﻗ ﻑﺮﺤﻟﺍ ﻕﻮﻓ ﻦﻣ ﻢﺳﺮﻳ ﻭ ﻥﺎﻓﺮﺣ ﻑﺮ

ﻡﺩْﺪﻗ

/asy-syaddu huwa yadullu ‘alā anna l-harfa harfāni wa yursamu min fauqa l-harfi,

qaddama – qad-dama/. tasydid adalah lambang yang menjelaskan bahwa sebuah huruf itu

merupakan dua huruf yang sama sehingga dalam penulisannya sebuah huruf itu diberi tanda tasydid (

) di atasnya, seperti

َﻡ

َﻗ ﱠﺪ

bentuk awal dari

َﻡ

َﺩْﺪ

َﻗ

’.

Idgam juga terdapat dalam dua huruf yang makhrajnya berdekatan sebagaimana yang

dijelaskan al-Ghulayaini (2005:252) sebagai berikut:

ﺝﺮﺨﻤﻟﺍ ﻲﻓ ﻦﻴﺑﺭﺎﻘﺘﻤﻟﺍ ﻦﻴﻓﺮﺤﻟﺍ ﻲﻓ ﻥﻮﻜﻳ ﻡﺎﻏﺩﻹﺍﻭ

,

ﻦﻴﺴﻧﺎﺠﺘﻤﻟﺍ ﻦﻴﻓﺮﺤﻟﺍ ﻰﻓ ﻥﻮﻜﻳ ﺎﻤﻛ

.

ﻚﻟﺍﺫﻭ

ﺮﺧﻵﺍ ﺲﻧﺎﺠﻴﻟ ﻝﻭﻷﺍ ﻝﺍﺪﺑﺈﺑ ﺓﺭﺎﺗ ﻥﻮﻜﻳ

/wal-idgāmu yakūnu fil ḥ arfaini al-mutaqāribaini fil makhraj kamā yakūnu

filḥarfaini al-mutajānisaini. Wa żālika yakūnu tāratan bi ibdāli al-awwali liyujānisa

al-akhar/. ‘Dan idgam terjadi pada 2 huruf yang berdekatan pada makhrajnya ,

sebagaimana yang terjadi pada dua huruf yang sejenis, kadangkala terjadi pergantian huruf awal untuk menjadikan huruf lainnya sejenis’.

Seperti contohnya:

ﻥﺯﻭ ﻰﻠﻋ ﻰﺤﻤﻧﺍ ﻪﻠﺻﺍ ﻭ ﻰﺤّﻣﺈﻛ

"

ﻞﻌﻔﻧﺍ

"

ﻝﻭﻷﺍ ﺲﻧﺎﺠﻴﻟ ﻰﻧﺎﺜﻟﺍ ﻝﺍﺪﺑﺈﺑ ﺓﺭﺎﺗ ﻥﻮﻜﻳ ﻭ

:

ﻰﻋّﺩﺍ

ﻥﺯﻭ ﻰﻠﻋ ﻰﻌﺗﺩﺍ ﻪﻠﺻﺍ

"

ﻞﻌﺘﻓﺍ

"

/ka “immaḥa:” wa aṣluhu inmaha: ‘al ā wazni “infa’ala” wa yakūnu tāratan bi

ibdāli al-tsāni: liyujānisa al-awwali : ka “idda’a wa aṣluhu idta’a: ‘ala wazni

“ifta’ala/. ‘seperti /immaha/ aslinya /inmaha/ pada pola infa’ala dan kadangkala juga terjadi pergantian huruf kedua dengan jenis huruf yang pertama, seperti idda’a dan aslinya idta’a pada pola ifta’ala.’


(23)

George mitri (1996: 6) mengatakan :

ﺓﺪﺣﺍﻭ ﺔﻤﻠﻛ ﻲﻓ ﺎﻤﻬﻧﺍ ﻮﻟ ﺎﻤﻛ ﻦﻴﺘﻤﻠﻛ ﻲﻓ ﻥﺎﻛ ﺍﺫﺍ ﺎﻤﻬﻟﻭﺍ ﻦﻛﺎﺴﻟﺍ ﻦﻳﺭﻮﺘﺠﺘﻤﻟﺍ ﻦﻴﻠﺜﻤﻟﺍ ﻡﺎﻏﺩﻻﺍ ﺐﺠﻳ

/yajibu l-`idgāmu l-miṡlaini l-mutajāwiraini s-sākini awwaluhumā iżā kānā fī kalimataini kamā lau annahumā fi kalimatin wāḥidatin/ . ‘bila ada dua huruf serupa yang berdampingan diantara dua kata dan huruf awal idgamnya sukun, maka harus di idgamkan seperti berada dalam satu kata’.

Menurut Sibawaihi dalam Kholisin (2005: 182) istilah idgam ini disebut dengan

ﺮﺛﺄﺗ

ﺪﻌﺒﺑ ﺎﻫﺪﻌﺑ ﺓﺭﻭﺎﺠﺘﻤﻟﺍ ﺕﺍﻮﺻﻻﺍ

/ta`aṡurul-aṣwātil-mutajāwirati ba’daha biba’din/ ‘proses saling mempengaruhi antara satu bunyi dengan bunyi lainnya yang berdampingan’. Batasan idgam yang diberikan oleh Sibawaihi ini sama pengertiannya dengan asimilasi sebagaimana yang dikatakan oleh Kridalaksana (1993: 20) asimilasi adalah proses perubahan bunyi yang mengakibatkannya mirip atau sama dengan bunyi lain di dekatnya. Dengan demikian idgam berkaitan erat dengan asimilasi.

Chaer (2007: 132) dalam bukunya mengatakan ucapan sebuah fonem dapat berbeda-beda sebab sangat tergantung pada lingkungannya, atau pada fonem-fonem lain yang berada di sekitarnya. Dalam beberapa kasus lain, pada bahasa-bahasa tertentu ada dijumpai perubahan fonem yang mengubah identitas fonem itu menjadi fonem lain. Muslich (2008: 105) mengungkapkan gejala asimilasi berarti proses penyamaan atau penghampirsamaan bunyi yang tidak sama. Misalnya : (1) /al- salam/ /assalam/ / asalam/ (2) /Inmoral/  /immoral/ /immoral/.

Dari batasan idgam dan asimilasi di atas ada dua bidang tata bahasa yang saling berhubungan. Kedua hal ini dapat dikaji dari bidang morfologi dan fonologi yang disebut dengan morfonologi. Sebagaimana yang dikatakan Kridalaksana (2007: 183) Morfofonemik adalah subsistem yang menghubungkan morfologi dan fonologi. Di dalamnya dipelajari bagaimana morfem direalisasikan dalam tingkat fonologi.

Dressler (1985) dalam Kholisin (2005: 180) morfonologi adalah studi tentang struktur fonemis morfem yang berkaitan dengan perubahan fonem sebagai struktur morfem. Menurut Trubetskoy dalam Kholisin (2005: 180)mengatakan, morfonologi merupakan salah satu disiplin linguistik yang berbeda dari fonologi maupun morfologi. Morfonologi berkaitan dengan penggunaan perbedaan fonologis yang bersifat morfemis.

Dressler (1985) dalam kholisin (2005: 180) mengatakan bahwa morfofonemik mempunyai tiga bidang kajian, yaitu (1) Mengkaji struktur fonologi morfem (the study of the


(24)

intramorfemik atau aturan struktur morfem, (2) Mengkaji modifikasi fonis yang bersifat kombinatoris (the study of the combinatory phonic modifications which morphemes undergo

morpheme combinations). Dalam hal ini morfofonemik dilihat dari sudut morfologi. Artinya,

modifikasi morfofonemis merupakan penyimpangan dari aturan morfologi yang sebenarnya, (3) Mengkaji berbagai alternasi untuk menangani masalah fungsi morfologis (the study of the

alternation series which serve morphological function). Di sini morfofonemik dilihat dari

sudut fonologi. Misalnya, perubahan realisasi fonem /c/ dari bunyi velar [k] menjadi [s] seperti dalam electric [k] electri [s]-ity, critic [k] criti [s] ize.

Salah satu contoh yang peneliti lihat sebagai kata yang dapat dikaji dalam morfofonemik ini adalah sebagaimana berikut :

ﺓﺪﺌﻓﻻﺍ ﻰﻠﻋ ﻊﻠّﻄﺗ ﻲﺘﻟﺍ

/allatī taṭṭali’u ‘alā l-af`idati/ ‘yang membakar sampai ke hati’ Kata

ﻊﻠّﻄﺗ

ini merupakan bentuk kata kerja akan datang yang bentuk asalnya

ﻊﻠﻁ

/ṭala’a/ [฀ala÷a] dalam pola

ﻞﻌﻓ

/fa’ala/ . Bentuk ini berubah ke dalam pola

ﻞﻌﺘﻓﺍ

/ifta’ala/. Pola ini dari bentuk tersebut mengalami afiksasi yaitu dengan bertambahnya konsonan stop glottal tak bersuara

ء

[/] di awal kata dan konsonan stop dental tak bersuara

[t] di tengah kata tersebut, sehingga kata tersebut berubah menjadi

ﻊﻠﺘﻁﺍ

/iṭtala’a/ [/i฀tala÷a]dalam bentuk ini konsonan stop dental velarisasi tidak bersuara

[฀] berdekatan dengan konsonan stop dental tak bersuara

[t]. Dalam hal ini terjadi proses idgam, sehingga bunyi konsonan stop dental velarisasi tidak bersuara

[฀] dan konsonan stop dental tidak bersuara

[t] berasimilasi. Dengan demikian konsonan yang berdekatan ini saling berpengaruh sehingga bunyi

ﻊﻠﺘﻁ

ﺍ /`iṭtala’a/ [/i฀tala÷a] menjadi

ﻊﻠّﻁﺍ

/iṭṭala’a/ [/i฀฀ala÷a]

dikarenakan kedua konsonan ini mempunyai titik artikulasi yang sama yaitu dental, maka ketika kedua konsonan ini berdekatan terjadi asimilasi yang mengakibatkan penghilangan bunyi konsonan stop dental tidak bersuara

[t] menjadi

ﻊﻠّﻁﺍ

/iṭṭala’a/ [/i฀฀ala÷a] . jenis idgam yang seperti ini disebut dengan idgam mutaqaribain yaitu idgam yang berdekatan makhraj atau titik artikulasinya.

Hal yang lain juga dapat dilihat seperti perubahan diantara dua morfem dalam kata

ﺕﺪﺟﻭ

/wajad tu/ ‘saya telah menemukan’. Morfem

ﺪﺟﻭ

/wajada/ verba yang dirangkaikan

dengan morfem

ُﺕ

/tu/ sebagai penanda kata ganti pertama tunggal. Karena bunyi konsonan stop dental bersuara

[d] dan stop dental tidak bersuara

[t] berdekatan dan mempunyai artikulasi yang sama yaitu dental, maka terjadi proses idgam. Dalam hal ini yang


(25)

membedakan kedua bunyi itu adalah

[d] konsonan tidak bersuara dan

[t] konsonan bersuara. Dengan demikian bunyi konsonan

[d] berasimilasi dengan konsonan

ُﺕ

[tu] sehingga diucapkan menjadi [wajattu] [wa∆at tu] tetapi ini hanya dalam segi fonetik tidak dalam morfologi.

Dari kedua contoh di atas maka peneliti ingin memfokuskan penelitian tentang idgam yang dilihat dari sudut morfologi dan fonologi yang disebut dengan morfofonemik. Penelitian ini belum pernah dibahas oleh mahasiswa Departemen Bahasa Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

1.2

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di dalam latar belakang, agar penelitian tidak menyimpang dari pokok bahasan yang dikehendaki maka penulis membuat batasan masalah yang meliputi: 1. Apa saja jenis idgam yang ada dalam BA dilihat dari sudut morfofonemik?

2. Bagaimana proses terjadinya idgam berdasarkan morfofonemik?

1.3

Tujuan

Penelitian

Secara khusus penelitian ini memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai yaitu : 1. Untuk mengetahui jenis idgam dalam BA yang dilihat dari morfofonemik. 2. Untuk mengetahui proses terjadinya idgam berdasarkan morfofonemik.

1.4

Manfaat Penelitian

Dalam suatu penelitian tentu mempunyai tujuan yang ingin dicapai, sehingga dengan adanya tujuan tersebut dapat dipetik sebuah manfaat. Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Untuk menambah wawasan peneliti dan pembaca tentang bahasa Arab khususnya tentang idgām dilihat dari sudut morfofonemik.

2. Untuk dapat dijadikan rujukan bagi peneliti selanjutnya

3. Untuk menambah referensi bacaan perpustakaan Departemen Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya USU.


(26)

1.5Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu penelitian yang mengambil data primer dan sekunder dari bahan kepustakaan. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang akan peneliti jadikan sebagai bahan kajian yaitu berupa data representatif atau data apa adanya. Sumber data ini diambil dari (1). Al-Quran Cetakan Departemen Agama Republik Indonesia, terbitan CV. Gema Risalah Brebes, Bandung 1994. (2) kamus arab- Indonesia, Prof. DR. H. mahmud yunus, cetakan ke-8, penerbit mahmud

yunus wadzurriyah, jakarta 1990. (3). Teks buku bahasa Arab, bulugul marram, hafiz bin

hajar ‘asqalani, darul ahya`i l-kutubi l-‘arabiyyati, sedangkan data sekunder adalah data-data yang diperoleh dari buku-buku, jurnal, makalah yang erat kaitannya dengan masalah yang peneliti kaji yang dapat dijadikan sebagai pendukung keberhasilan penelitian ini.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode analisis deskriptif yaitu prosedur pemecahan masalah yang dilakukan dengan cara mengumpulkan, mengklasifikasi, menganalisis dan menginterpretasikan data berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya (Surakhmad, 1980: 34)

Sistem penulisan dalam penelitian ini menggunakan pedoman transliterasi Arab-Latin yang merupakan SKB Menteri agama dan menteri pendidikan dan kebudayaan RI No 158/1987 dan No 0543 b/u/1987 tertanggal 22 januari 1988 dan lambang fonetik adalah lambang IPA (International Phonetic Association).


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulu

Penelitian tentang idgam telah dikaji sebelumnya oleh Abdu Sio Pulungan (2000) dengan judul “Analisis Idgam Pada Ilmu Sharfi dan Tajwid dalam Tinjauan Ilmu Ashwat (fonologi)” yang membahas al-idgam dalam ilmu sharfi dan menjelaskan secara umum tentang wajib tidaknya penggabungan antara dua huruf yang memiliki kesamaan ataupun kedekatan makhraj (artikulasi) pada fi’l (verba) dan ism (nomina) atau rangkaian kata dalam tiga bentuk idgam. Idgam dalam ilmu tajwid mengkaji tentang wajibnya penggabungan dua huruf yang sama atau hampir sama makhrajnya dan antara ﻥ/n/ sukun atau tanwin dengan salah satu huruf yang enam, yakni

/y/,

/w/

,

/m/,

/n/,

/l/, dan

/r/. Pengaruh idgam terhadap bentuk kata diuraikan dalam tiga bentuk keadaan al-idgam. Idgam terjadi melalui tahapan-tahapan berikut: (a.) Bila huruf awal idgam sukun, maka kedua huruf yang sama itu dapat langsung diidgamkan tanpa proses pelenyapan atau pemindahan harkat. (b.) Bila huruf awal idgam yang sukun memiliki makraj yang berdekatan dengan huruf di depannya, maka dapat diidgamkan setelah pergantian huruf. (c.) bila ada dua huruf sejenis sama-sama berharakat, maka mesti digabungkan setelah melalui proses pelenyapan atau pemindahan harakat huruf awal idgam. Fungsi idgam dari disiplin ilmu yang berbeda ini terutama sekali ditujukan untuk memudahkan pengucapan yang diakibatkan penggabungan huruf atau bunyi huruf dalam kata atau di antara rangkaian kata bahasa Arab sehingga indah didengar dan tidak kaku. Berdasarkan sebab terjadi idgam ialah (1) huruf yang sama, (2) pada makhraj yang berdekatan, (3) pada /n/ sukun dan tanwin dan (4) al- syamsiyah. Kemudian, pengaruh

idgam terhadap tajwid dalam tinjauan ilmu ashwat (fonologi), Pulungan (2000: 64).

2.2 pengertian Morfologi dan Fonologi 2.2.1 Morfologi

Morfem adalah bentuk linguistik yang paling kecil, bentuk linguistik yang tidak mempunyai bentuk lain sebagai unsurnya (Ramlan, 1980: 11). Samsuri (1980: 170) mendefinisikan morfem adalah menerangkan komposisi bentuk pengertian yang terkecl yang sama atau mirip yang berulang.


(28)

Betty (2009: 33) menyimpulkan bahwa morfem adalah bentuk bahasa terkecil berupa kata maupun imbuhan. Kata dan imbuhan tersebut dapat membentuk suatu kalimat, yang mana kalimat terdiri atas gabungan antara beberapa morfem, baik morfem bebas maupun morfem terikat.

Chaer (2007: 151) mengatakan yang dimaksud dengan morfem bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam pertuturan. Misalnya, bentuk pulang, makan, rumah, dan bagus adalah termasuk morfem bebas. Sebaliknya, yang dimaksud dengan morfem terikat adalah morfem yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam pertuturan.

Bagian linguistik yang mempelajari morfem adalah morfofogi. Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk-beluk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata, serta fungsi perubahan bentuk kata itu. Baik fungsi gramatik maupun fungsi semanti (Ramlan, 2001: 191).

Perubahan bentuk kata dalam bahasa Indonesia dikenal dengan proses morfologis yang meliput i proses afiksasi. Verhaar (2008: 107) diantara proses-proses morfemis, yang terpenting adalah afiksasi, yaitu pengimbuhan afiks. Afiks ada empat macam:

Prefiks, yang diimbuhkan di sebelah kiri dasar dalam proses yang disebut “prefiksasi” Sufiks, yang diimbuhkan di sebelah kanan dasar dalam proses yang disebut “sufiksasi”

Infiks, yang diimbuhkan dengana penyisipan di dalam dasar itu dalam proses yang namanya “infiksasi”.

Konfiks, atau simulfiks, atau ambifiks, atau sirkumfiks, yang diimbuhkan untuk sebagian di sebelah kiri dasar dan untuk sebagian di sebelah kanan dasar dalam proses yang dinamai “konfiksasi”, “simulfiksasi”, “ambifiksasi”, atau “sirkumfiksasi”.

Proses afiksasi dalam bahasa Arab terdapat dalam beberapa pola kata kerja, yaitu pola yang mengalami penambahan satu, dua, dan tiga bunyi konsonan ataupun vokal. Dalam penelitian ini, yang dibahas adalah pola kata kerja yang mengalami penambahan dua huruf. Menurut Munawwir (1997: 253) pola

َﻞَﻌَﻔْﻧِﺇ

/`infa’ala/ dan

َﻞَﻌَﺘْﻓِﺇ

/`ifta’ala/ adalah bentuk kata yang dapat merubah huruf yang sejenis dan berurutan, sedangkan menurut Ar-Rodi dalam Asy-syamsani (2007: 104) mengatakan beberapa pola yang mengalami penambahan huruf yang dapat merubah huruf yang berdekatan terdapat dalam pola seperti

,

ﻞﻌﻔﻧﺍ

,

ﻞّﻌﻔﺗ ﻭ

,

ﻞﻌﺘﻓﺍ

ﻞﻋﺎﻔﺗ ﻭ

,


(29)

2.2.2 Fonologi

Penambahan bunyi yang dapat merubah bunyi yang sejenis dan berurutan dapat dilihat dari jenis bunyi tersebut yang berhubungan dengan fonetiknya. Betty (2009: 30) menjelaskan bahwasannya bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia bermakna sehingga dikatakan bunyi bahasa. Ilmu yang mempelajari bunyi bahasa dengan segala proses terjadinya disebut fonetik. Di dalam fonetik dibicarakan bunyi –bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap yang sama atau bunyi-bunyi yang homorgan. Misalnya bunyi /p/, /b/, /m/ adalah bunyi bilabial, bunyi /t/, /d/, /n/ adalah bunyi apikodental, bunyi /k/, /g/, dan /ng/ adalah bunyi velar dan lain sebagainya

Dari beberapa sumber, pengertian fonologi dapat dikemukakan sebagai berikut: Fonologi ialah bagian dari tata bahasa yang memperlajari bunyi-bunyi bahasa (Keraf, 1984: 30), sedangkan Chaer, (2007: 102) menyatakan bahwa Fonologi ialah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa, yang secara etimologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi dan logi yaitu ilmu. Ilmu yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa itu lazim disebut dengan fonologi (Chaer, 2007: 102).

Dalam proses percakapan atau pengujaran yang wajar, sering terjadi saling pengaruh antara satu bunyi dan bunyi lain yang berdampingan. Dalam hal ini, setiap bunyi bahasa mempunyai ciri-ciri tersendiri yang mengakibatkannya mudah terpengaruh oleh (atau mempengaruhi) bunyi lainnya. Proses saling mempengaruhi antarbunyi itu dalam kajian fonologis disebut asimilasi. Menurut Laver dalam Kholisin (2005: 181) proses saling pengaruh antarbunyi mengakibatkan ciri-ciri bunyi yang dipengaruhi menjadi berubah untuk menyesuaikan dngan bunyi yang mmpengaruhi, dan pengaruh itu dapat terjadi antarsegmen dalam suatu kata atau antarkomponen dalam kata majemuk.

Kholisin (2005: 181) proses asimilasi itu terjadi akibat adanya kesamaan atau kemiripan alam beberapa ciri antara bunyi yang mempengaruhi dan bunyi lain yang dipengaruhi. Kesamaan itu mungkin terletak pada cara artikulasi, darah artikulasi, sifat bunyi, atau ciri-ciri fonetis lainnya.

Menurut Abercrombie (1974: 133-139) asimilasi dapat terjadi berdasarkan tiga faktor: getaran pita suara, pergerakan velum, dan perpindahan daerah artikulasi. Asimilasi yang berdasarkan getaran pita suara dapat mngakibatkan bunyi tak bersuara menjadi brsuara atau sebaliknya. Asimilasi yang mlibatkan pergerakan velum akan mngakibatkan bunyi non-nasal menjai berciri nasal. Asimilasi yang berdasarkan artikulator atau daerah artikulasi akan mengakibatkan suatu bunyi berubah menjadi bunyi lain yang berdekatan darah artikulasinya.


(30)

Asimilasi dapat dibagi berdasarkan beberapa segi, yaitu berdasarkan tempat fonem yang dihasilkan , dan sifat asimilasi itu sendiri (Keraf, 1984:37).

1) Penggolongan asimilasi berdasarkan tempat fonem yang diasimilasikan.

Berdasarkan tempat fonem yang diasimilasikan, asimilasi dapat dibedakan menjadi asimilasi progresif dan asimilasi regresif. Berikut ini penjelasannya.

a. Asimilasi progresif

Suatu asimilasi dikatakan asimilasi progresif apabila bunyi yang diasimilasikan terletak sesudah bunyi yang mengasimilasikan.

Contohnya: colnis (latin kuno) → collis (latin)

peN- + sabar → penyabar

meN- + pugar → memugar

b. Asimilasi regresif

Suatu asimilasi dikategorikan asimilasi regresif apabila bunyi yang diasimilasikan mendahului bunyi yang mengasimilasikan.

Contohnya: in- + possible → impossible

en- + power → empower

peN- + bela → pembela

meN- + dengar → mendengar

2) Penggolongan asimilasi berdasarkan sifat asimilasi itu sendiri.

Berdasarkan sifat asimilasi itu sendiri, asimilasi dapat dibedakan menjadi asimilasi total dan parsial.


(31)

a. Asimilasi Total

Yang dimaksud dengan asimilasi total yaitu penyamaan fonem yang diasimilasi benar-benar serupa, atau degnan perkataan lain dua buah fonem yang disamakan tersebut, dijadikan serupa betul.

Contohnya:

Proses Asimilasi Hasil Asimilasi Dalam Bahasa

Indonesia ad + salam (Arab)

in + moral (Ingg.)

ad + similatino (Lat)

meN- + periksa (Ind)

Assalam

Immoral

assimilasi

memeriksa

Asalam

imoral

asimilasi

memeriksa

b. Asimilasi Parsial

Suatu asimilasi dikategorikan asimilasi parsial bila kedua fonem yang disarnakan itu tidak persis melainkan hanya sejenis secara artikulatoris.

Contohnya: in- + possible → impossible

meN- + bawa → membawa

en + bitter → embitter

peN- + dengar → pendengar

bentuk asimilasi yang menyebabkan dua buah fonem yang disamakan tersebut dijadikan serupa atau digandakan. Penggandaan atau pemanjangan bunyi konsonan atau disebut dengan geminasi. Khuli (1982: 105) menjelaskan gemination dengan

ٌﻒْﻴْﻀَﺗ

/taḍ’ifu/ ‘penggandaan’ atau

ﱠﺪَﺷ

,

َﻡﱠﺪَﻗ ُﻞْﺜِﻣ

,

ٍﺓَﺪِﺣﺍﻭ

ٍﺔَﻤِﻠَﻛ ﻰِﻓ ِﻦْﻴ

َﺘْﻴِﻟﺎَﺘَﺘُﻣ ِﻦْﻴَﺗﱠﺮَﻣ ﻑﺮﺤﻟﺍﺭﺍ

َﺮْﻜِﺗ

/tikrāru l-ḥarfi marrataini mutatālītaini fī kalimatin wāḥidatin, miṡlu qaddama, syadda/ ‘pengulangan bunyi sebanyak dua kali secara berurutan dalam satu kata, seperti [qad:dama, Sad:da]’.


(32)

2.3 Morfofonemik

Samsuri (1980: 201) mengatakan: apabila dua morfem berhubungan atau diucapkan yang satu sesudah yang lain, adakalanya terjadi perubahan pada fonem atau fonem-fonem yang bersinggungan. Studi tentang perubahan-perubahan pada fonem-fonem yang disebabkan oleh hubungan dua morfem atau lebih itu serta pemberian tanda-tandanya disebut morfofonemik.

Ramlan (1987:83) menyatakan bahwa morfofonemik memperlajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem. Arifin (2007:8), morfofonemik adalah proses berubahnya suatu fonem menjadi fonem lain sesuai dengan fonem awal kata yang bersangkutan. Morfofonemik, disebut juga morfonemik, morfofonologi, atau morfonologi atau peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologis, baik afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi (Chaer, 2007:194).

Dalam bahasa Arab asimilasi merupakan salah satu proses morfofonemis. Proses morfofonemis selain asimilasi antara lain adalah ibdal, qalab, tashil, waqaf, dan idgam.

Husain (1983:124) menjelaskan:

ﺕﺎﻤﻴﻧﻮﻔﻟﺍ ﻊﺑﺎﺘﺗ ﻦﻋ ﺔﺠﺗﺎﻨﻟﺍ ﺕﺍﺮﻴﻴﻐﺘﻟﺍ

/attagyīrātu nātijatu ‘an tatābu’il fūnimāti/. ‘Perubahan- perubahan bunyi yang dikarenakan fonem’.

ﺔﻨﻴﻌﻣ ﺔﻴﻓﺮﺻ ﺔﻐﻴﺼﺑ ﻂﺒﺗﺮﻣ ﻱﺍ ﺪﻴﻘﻣ

/`aṡ-ṡānī muqīdun `ay murtabiṭun biṣīgatin ṣarfiyatin mu’ayyinatin/. ‘terikat atau berhubungan dengan gaya morfologi yang disebutkan’

.

Perubahan terikat tersebut dijelaskan Husain (1983: 131) sebagai berikut:

ﻲﻠﻳ ﺎﻣ ﺓﺪﻴﻘﻤﻟﺍ ﺕﺍﺮﻴﻴﻐﺘﻟﺍ ﻞﻤﺸﺗ ﻭ

:

1

.

ﻥﻮﻜﺗ ﺎﻣﺪﻨﻋ ﺩﺮﺠﻤﻟﺍ ﻱﻭﺍﻮﻟﺍ ﻉﺭﺎﻀﻤﻟﺍ ﻲﻓ ﻭﺍﻮﻟﺍ ﻑﺬﺣ

ﺓﺭﻮﺴﻜﻣ ﻪﻨﻴﻋ

.

2

.

ﺒﺷﺍ ﻦﻴﺑ ﻭﺍ ﺖﻣﻮﺼﻟﺍ ﻦﻴﺑ ﻲﻧﺎﻜﻤﻟﺍ ﺐﻠﻘﻟﺍ

ﺖﻣﺍﻮﺼﻟﺍ ﻩﺎ

.

/wa tasymilut tagyīrātul muqīdatu mā yalī: ḥażful wawi fil mudhara’il wawil mujarradi ‘indama takūnu ‘ainuhu maksūratun 2. Al-qalbul makāni baynaṣ ṣawāmiti `aw bayna asybāhuṣ ṣawāmiti/. ‘Dan perubahan bunyi yang terikat mencakup sebagai berikut : 1. penghilangan bunyi waw pada fi’l mudhori’ waw

mujarad ketika terdapat ain fi’l yang bertanda kasrah. 2. Pemindahan tempat

diantara dua bunyi konsonan atau di antara bunyi yang serupa konsonan’.

2.4 Batasan Idgam

Dalam kamus Munawwir (1997: 408) secara etimologi idgam berasal dari kata

ﻢﻏﺩﺍ

/adgama / ‘tertimpa’,

ﻡﺎﻏﺩﻻﺍ

/al-idgam/ artinya hal yang memasukkan satu huruf ke dalam

yang lain. Ibnu Jazri dalam Asy-Syamsani (1997: 93) mengatakan :

ﻝﺎﺧﺩﻹﺍ ﺔﻐﻠﻟﺍ ﻲﻓ

(

-

-

)


(33)

Sibawaihi dalam Asy-Syamsani (1997: 93) menjelaskan idgam sebagai berikut:

"

ﻪﻟﺎﺣ ﻰﻠﻋ ﺮﺧﻻﺍﻭ ﺮﺧﻻﺍ ﻲﻓ ﻝﻭﻻﺍ ﻪﻴﻓ ﻞﺧﺪﻳ ﺎﻤّﻧﺍ ﻡﺎﻏﺩﻻﺍﻭ

,

ﻝﻭﻻﺍ ﺐﻠﻘﻳ ﻭ

ﻰﺘﺣ ﺮﺧﻻﺍ ﻲﻓ ﻞﺧﺪﻴﻓ

ﺪﺣﺍﻭ ﻉﻮﺿﻮﻣ ﻦﻣ ﺮﺧﻻﺍﻭ ﻮﻫ ﺮﻴﺼﻳ

,

ﺢﻧ

:

ﻚﺘﻛﺮّﺗ ﺪﻗ

/wal `idghāma innamā yudkhalu fīhil-`awwali fīl-akhari wal-`akhari ‘alā ḥālihi, wa

yaqlubul-`awwalu fayudkhalu fīl-`akhiri ḥattā yaṣīra huwa wal -`akharu min mauḍū’in

wāḥidin. naḥwu: /qad taraktuka/  [qat taraktuka]/. ‘Ketika dimasukkan satu huruf ke dalam huruf yang sejenis dengannya, dan dipindahkan huruf pertama maka dimasukkan ke dalam huruf yang lain itu sehingga huruf tersebut menjadi satu bunyi. Seperti: /qad taraktuka/

[qat taraktuka]’.

Hasan (tanpa tahun : 9) menjelaskan apabila dua huruf sejenis yang berdampingan yang terdapat dalam satu kata, sedang yang pertamanya sukun dan yang kedua berharkat, wajib diidgamkan dengan tidak ada syarat apa-apa, seperti

ًﺍﺭْﺮﻓ

/farra‚n/ dengan pola

ﻼﻌﻓ

/fa’la‚n/

diidgamkan bunyi konsonan vibran alveolar bersuara /r/ yang pertama pada bunyi konsonan

vibran alveolar bersuara /r/ yang kedua, lalu menjadi

ًﺍّﺮﻓ

/farra‚n/.

2.7.1

Syarat- Syarat Idgam

Asy-Syamsani (1997: 95) menyatakan syarat-syarat idgam sebagai berikut:

ﺔﻴﻟﺎﺘﻟﺍ ﻁﻭﺮﺸﻟﺍ ﺎﻘﻘﺤﻳ ﻰﺘﺣ ﻥﺎﻤﻏﺪﻣ ﺎﻤﻬّﻧﺇ ﻦﻴﺗﻮﺼﻟﺍ ﻦﻋ ﻝﺎﻘﻳ ﻻ

:

/lā yuqālu ‘an aṣṣautayni innahumā mudghamāni ḥatta yuḥaqqiqan al -syurūṭi at

-taliyati/ ‘dua huruf yang sejenis dikatakn idgam jika telah memenuhi syarat-syarat sebagai

berikut’ :

1

ﺎّﻤﺗ ﻼﺛﺎﻤﺗ ﻦﻴﺗﻮﺼﻟﺍ ﻞﺛﺎﻤﺗ

,

ﻥﺎﻔﻠﺘﺨﻤﻟﺍ ﻥﺎﺗﻮﺼﻟﺍ ﻡﺎﻏﺪﻳ ﻼﻓ

,

ﺎﻬﻣﺎﻏﺩﺍ ﻞﺒﻗ ﻦﻴﺑﺭﺎﻘﺘﻤﻟﺍ ﻞﺛﺎﻤﺗ ﺐﺟﺍ ﻭ

1. /tumāṡilu aṣ-ṣautayni tumāṡilan tammān, falā yudghāmu aṣ-ṣautānil-mukhtalifāni, wājibun tumāṡilal -mutaqaribayni qabla `idghāmuhā/. ‘Menyamakan dua bunyi dengan bunyi yang sempurna, dua bunyi yang berbeda tidak bisa diidgamkan, dan harus menyamakan dua bunyi yang makhrajnya berdekatan sebelum menjadikanya idgam’.

2

ﻦﻴﺗﻮﺼﻟﺍ ﻊﺑﺎﺘﺗ

,

ﻡﺎﻏﺩﻻﺍ ﻊﻨﺘﻣﺍ ﺕﻮﺻ ﺎﻤﻬﻨﻴﺑ ﻝﺎﺣ ﻥﺈﻓ

2. /tutābi’u aṣ-ṣautayni, fa`inna ḥāla baynahumā ṣautun `imtinā’ul `idgami/. ‘dua bunyi konsonan yang sama berurutan, apabila kedua konsonan yang berurutan itu diantaranya itu diantarai oleh satu bunyi konsonan yang lain, maka tidak terjadi idgam.

3

ﻲﻧﺎﺜﻟﺍ ﻚﻳﺮﺤﺗ ﻭ ﻝﻭﻻﺍ ﻥﻮﻜﺳ


(34)

3. /sukūnul-`awwaalu wa taḥrīkuṡ -ṡānī/. ‘bunyi konsonan yang pertama tidak ada vokal setelahnya, dan bunyi konsonan yang kedua ada bunyi vokal sesudahnya atau dalam urutan (KKV)’.

4

ّﺪﻣ ﻱﺍ ﺔﻠﻳﻮﻁ ﺔﻛﺮﺣ ﻭﺍ ﺓﺮﻴﺼﻗ ﺔﻛﺮﺣ ﺎﻤﻬﻠﺒﻗ ﻥﻮﻜﻳ ﻥﺍ

4. /`an yakūna qablahumā ḥarkatun qaṣīratun au ḥarkatun ṭawīlatun ai madda/. ‘ada bunyi vokal pendek atau vokal panjang hadir sebelum konsonan yang berurutan tersebut (VKK)’.

5

ﺎﺿﺮﻏ ﻊﻴﻀﻳ ﻭﺍ ﺎﺴﺒﻟ ﻡﺎﻏﺩﻻﺍ ﺙﺪﺤﻳ ﻻﺍ

5. /alā yaḥduṡul -`idghāmu labsan au yaḍī’u gharḍan/. Ketahuilah bahwa tujuan terjadinya idgam adalah untuk menyamarkan atau menghapus sesuatu bunyi vokal atau konsonan dalam suatu kata.

2.7.2 Jenis Idgam

Asy-Syamsani (1997: 98) menjelaskan tentang jenis idgam, yaitu :

2.7.2.1 Idgam mutamasilaini

ﻦﻴﻠﺛﺎﻤﺘﻣ ﻡﺎﻏﺩﺍ

:

ﺪﺣﺍﻭ ﺲﻨﺟ ﻦﻣ ﻦﻴﺗﻮﺻ ﻡﺎﻏﺩﺍ

1

(

ﻡﺎﻜﺣﺍ ﺔﺛﻼﺛ ﻡﺎﻏﺩﻻﺍ ﻦﻣ ﻉﻮﻨﻟﺍ ﺍﺬﻬﻟ

:

ﺏﻮﺟﻮﻟﺍ

,

ﺯﺍﻮﺠﻟﺍ ﻭ

,

ﻉﺎﻨﺘﻣﻻﺍﻭ

/idgam mutamāṡilaini : idgāmu ṣautaini min jinsin wāḥidin. Lihāża an-nau’i min

al-idgāmi ṡalāṡatu aḥkāmin : al-wujūbu, wal-jawāzu, wal-imtinā’u/. ‘Idgam

mutamasilain ialah idgam yang terdiri dari dua bunyi yang sejenis. Idgam

mutamasilain memiliki tiga kaidah, yaitu wajib, jaiz, dan imtina’. Kaidah yang akan dibahas adalah wajib dan jaiz.

a. Wajib idgam

Asy-syamsani (1997: 98-100) menyatakan ada dua jenis dalam wajib idgam :

1

ﻭ ﻝﻭﻻﺍ ﺕﻮﺼﻟﺍ ﻥﻮﻜﺳ

ﻰﻧﺎﺜﻟﺍ ﻙﺮﺤﺗ

,

ﻦﻴﺘﻤﻠﻛ ﻡﺍ ﺓﺪﺣﺍﻭ ﺔﻤﻠﻛ ﻲﻓ ﻚﻟﺫ ﻥﺎﻛﺍ ءﺍﻮﺳ

1. /sukūniṣ ṣautil- `awwali wa taḥrīku aṡṡānī, sawā`un akāna żalika fī kalimatin wāḥidatin am kalimataini, bisyurūṭin hiya/ :’adanya urutan bunyi konsonan yang sama berurutan yaitu urutan /KKV/ dalam satu kata atau dua kata’

2

(

ﻲﻫ ﻁﻭﺮﺸﺑ ﻦﻴﻠﺜﻤﻟﺍ ﻚﻳﺮﺤﺗ

:


(35)

2. /Taḥrīkul miṡlaini bisyurūtin hiya/. ’Dua bunyi konsonan yang sama setelahnya ada bunyi vokal yang sama atau dalam urutan /KVKV/ dalam satu kata dengan syarat sebagai berikut’ :

ﺓﺪﺣﺍﻭ ﺔﻤﻠﻛ ﻲﻓ ﻥﻮﻜﻳ ﻥﺍ

,

ﻥﺈﻓ

ﺰﺋﺎﺟ ﻮﻬﻓ ﻦﻴﺘﻤﻠﻛ ﻲﻓ ﺎﻧﺎﻛ

.

/An yakūna fī kalimatin wāḥidatin, fa `in kāna fi kalimataini fa huwa jāizun /. jika bentuk ini terjadi dalam dua kata, maka boleh menjadi idgam boleh tidak.’.

ﺐﺟﺍﻮﻟﺍ ﻡﺎﻏﺩﻻﺍ ﻦﻣ ﻉﻮﻨﻟﺍ ﺍﺬﻫ ﻝﺎﺜﻣ ﻭ

:

/Wa miṡālun hażā `an-nau’i minal-`idgāmil wājibi/. ‘Contoh jenis idgam wajib yang seperti ini adalah :

1

(

ﻒﻌﻀﻤﻟﺍ ﺢﻴﺤﺼﻟﺍ ﻞﻌﻔﻟﺍ ﻦﻣ ﻉﺭﺎﻀﻤﻟﺍ ﻭ ﻰﺿﺎﻤﻟﺍ

,

ﻮﺤﻧ

:

ﺪﻗ

ﺪﻘﻳ

<

ّﺪﻗ

ﱡﺪﻘﻳ

1) /Al-māḍī wal muḍāri’i minal- fi’li ṣaḥiḥil muḍa’afu, naḥwu : qadada yaqdudu qadda – yaquddu/. ‘Fi’il madhi dan mudari’ dari fi’il sahih muda’af, seperti : qadada –yaqdudu qadda – yaquddu’.

2

(

ءﺎﻨﺑ ﻰﻠﻋ ﻒﻌﻀﻤﻟﺍ ﺢﻴﺤﺼﻟﺍ ﻦﻣ ﻝﻮﻌﻔﻤﻟﺍ ﻭ ﻞﻋﺎﻔﻟﺍ ﻢﺳﺍ

"

َﻞَﻌَﺘْﻓﺍ

"

ﻮﺤﻧ

:

ٌﻢِﻤﺘﻬﻣ

ﱞﻢﺘﻬﻣ

2) /`Ismul- fā’ili wal- maf’uli min aṣ -ṣāḥiḥil- muḍa’afu ‘alā binā`i ‘ifta’ala’, naḥwu muḥtamimun muḥtammun/. ‘Isim fi’il dan ism maf’ul dari pola

‘ifta’ala’, seperti muhtamimun – muhtammun pola dasarnya ialah ihtamama-

yahtamimu- ihtimaman -muḥtamimunpada proses ini terjadi penghilangan vokal.

b. Jaiz idgam

1

(

ﻥﺇ

ﻰﻧﺎﺜﻟﺍ ﻝﺎﺜﻤﻓ ﻩﺮﻴﻏ ﻦﻋ ﺎﺒﻠﻘﻨﻣ ﻥﻮﻜﻳ ﻥﺍ ﻰﻠﻋ ﻰﻧﺎﺜﻟﺍ ﻙﺮﺤﺗ ﻭ ﻝﻭﻷﺍ ﻦﻜﺳ

,

ﻮﺤﻧ

:

ﺎﻴْﺋﺭ

-)

ﺎﻔﻴﻔﺨﺗ ﺐﻠﻘﻟﺎﺑ

(

ﺎﻴْﻳﺭ

-)

ﻡﺎﻏﺩﻻﺎﺑ

(

ﺎّﻳﺭ

1. /`in sakanal `awwalu wa taḥ riku `aṡṡānī ‘alā `an yakūna munqaliban ‘an

gairihi famiṡālu` aṡṡāni , naḥwu : ra`ya – qalbi takhfifan) ray ya-

(bil-idgami) rayya/. ‘apabila terdapat dua bunyi konsonan yang berurutan/ berlainan,

dan sebelum konsonan yang kedua ada bunyi vokal maka bunyi konsonan yang pertama yang berlainan itu mengikuti bunyi konsonan yan kedua yang ada dalam satu kata, seperti [ra/ya] menjadi [rajja].


(36)

2

(

ﻰﻧﺎﺜﻟﺍ ﻦﻜﺳ ﻭ ﻝﻭﻻﺍ ﻙﺮﺤﺗ ﻥﺇ

.

ﻪﻨﻣ ﺮﻣﻻﺍﻭ ﻡﻭﺰﺠﻤﻟﺍ ﻒﻌﻀﻤﻟﺍ ﻉﺭﺎﻀﻣ ﻚﻟﺫﻭ

,

ﻮﺤﻧ

:

ﻢﻟ

ّﺪﺷ ﻭ ّﺪﺸﻳ

.

2 /`in taḥrikil- `awwali wa sakana aṡṡāni. Wa żalika muḍāri’ul muḍā’afil -

majzumi wal-` amri minhu naḥwu : lam yasyudda wa syaddu/. Apabila dua

konsonan yang sama tanda harkat diawal bunyi konsonan sejenis dan sukun terdapat di bunyi konsonan sejenis selanjutnya yang terdapat pada fi’il

mudhori muda’af majzum dan amr seperti : lam yasyudda wa syaddu’.

3

(

ﺎﺿﺭﺎﻋ ﺎﻋﺎﻤﺘﺟﺍ ﺎﻤﻬﻋﺎﻤﺘﺟﺍ ﺎﻧﺎﻛ ﻭ ﻥﻼﺜﻤﻟﺍ ﻙﺮﺤﺗ ﻥﺇ

,

ﺎﻬﻨﻣ ﺭﻮﺻ ﺍﺬﻬﻟ ﻭ

:

3./` in taḥrikil- miṡālāni wa kana ijtima’ihima ijtima’an ‘aridan, wa lihaza surun

minha/ : ‘Apabila dua bunyi konsonan sejenis berharakat, maka kedua bunyi itu

disatukan, dan untuk gambarannya adalah sebagai berikut’ :

(

ﻲﺿﺎﻤﻟﺍ ﻝﻭﺃ ﻲﻓ ﻥﺍءﺎﺘﻟﺍ

,

ﻞﺜﻣ

:

َﻊَﺒَﺗﺎَﺗ

<

َﻊَﺑﺎَﺘْﺗ

<

َﻊَﺑﺎﱠﺗِﺍ

.

a. /at-ta`ani fi awwalil- maḍi, misalu : tataba’a t-taba’a `ittaba’a/. Terdapat dua suku kata

َﺕ

/ta/ pada awal fi’il madhi, seperti

: /

tataba’a/ /t-taba’a/ /`ittaba’a/’.

2

(

ﻥﺯﻭ ﻰﻠﻋ ﻞﻌﻓ ﻲﻓ ﻦﻴﺋﺎﺗ ﻥﻮﻜﻳ ﻥﺍ

"

َﻞَﻌَﺘْﻓِﺍ

"

ﻮﺤﻧ

:

َﻞَﺘَﺘﻘﻳ

<

ُﻞِﺘْﺘَﻘﻳ

<

ُﻞﱢﺘﻘﻳ

.

b. /`an yakuna ta`aini fi fi’lin ‘ala qazni “ifta’ala” nahwu : yaqtatala

yaqt-tilu yaqattilu/. ‘Terdapat dua suku kata

َﺕ

/ta/ pada fi’il yang berada pada timbangan

َﻞَﻌَﺘْﻓِﺍ

” /Ifta’ala/, seperti :

َﻞَﺘَﺘْﻘَﻳ

َﻞﱠﺘَﻘَﻳ

/yaqtatala/ [jaqtatala]  /yaqattala/ [jaqattal]’.

3

(

ﻦﻴﺘﻤﻠﻛ ﻲﻓ ﻥﺎﻴﻘﺘﻠﻳ ﻥﺍ

,

ّﺪﻣ ﻭﺍ ﻙﺮﺤﺘﻣ ﺎﻤﻬﻠﺒﻗ

,

ﻚﻟﺫ ﻝﺎﺜﻣ

:

ْﻲِﻨَﻨﱠﻜﻣ

<

ْﻲِﻨْﻨﱠﻜﻣ

<

ْﻲﱢﻨﱠﻜﻣ

c. /an yaltaqiyani fi kalimataini, qablahuma mutaharrikun aw madda,

misalu zalika : makkanani makkan-nani makkanni/. ‘Bertemunya

dua bunyi konsonan pada dua kata yang pada bunyi konsonan dibelakangnya berharkat, sepertinya : /makkananī/ /makkan nī/ /makkannī.

2.7.2.2 idgam mutaqaribaini

Batasan idgam menurut Rimah (tanpa tahun: 12), adalah :

ﻭ ﺎﺟﺮﺨﻣ ﺏﺮﻘﺗ ﺎﻣ ﻮﻫ ﻦﻴﺑﺭﺎﻘﺘﻤﻟﺍ ﻡﺎﻏﺩﺍ

ﺔﻔﺻ

/

idgāmu l-mutaqāribaini huwa mā taqrabu makhrajān wa sifatan/. ‘idgam

mutaqaribain adalah bertemunya dua bunyi konsonan yang memiliki kedekatan


(37)

Seperti yang dikatakan Asy-syamsani (1997: 103) idgam yang asli adalah bertemunya dua bunyi konsonan yang sama, tetapi banyak keinginan dalam mempermudah pengucapan dan menjadikannya dalam pemakaian bahasa maka tidak disimpulkan hanya dari idgam mutamasilain saja, tetapi sebagian ialah mutaqaribain dalam artikulasi atau sifat-sifat yang lain. Maka bunyi konsonan awal atau bunyi konsonan kedua itu diganti mengikuti bunyi konsonan kedua atau bunyi konsonan awal, kemudian diidgamkan, kadangkala pula terjadi pergantian fonem konsonan untuk menjadikan huruf keduanya sejenis dan pergantian huruf kedua dengan jenis huruf pertama.

Ar-Rodi dalam Asy-syamsani (2007: 104) mengatakan salah satu pergantian huruf dalam idgam mutaqaribain yang terdapat dalam dua kata seperti

,

ﻞﻌﻔﻧﺍ

,

ﻞّﻌﻔﺗ ﻭ

,

ﻞﻌﺘﻓﺍ

ﻞﻋﺎﻔﺗ

.

(`ifta’ala, wa tafa’’ala, wa infa’ala, wa tafā’ala). dengan contoh sebagai berikut :

ﻰﺤﻤﻧﺍ

ﻰﺤّﻣﺍ

(`inmaḥā immaḥā)

,

ﺩﺮﺘﻁﺍ

ﺩﺮّﻁﺍ

(iʈtarada iʈʈarada)

,

ﻞﻗﺎﺜﺗ

ﻞﻗﺎّﺛﺍ

(taṡāqala iṡṡāqala)

.

Dalam Hasan (1974: 792) mengatakan :

ﻝﺎﻌﺘﻓﻻﺍ ءﺎﺘﻟﺍ ﻦﻣ ءﺎﻄﻟﺍ ﻝﺍﺪﺑﺍ

:

ﺐﺠﻳ

ﺐﻠﻗ

"

ﻝﺎﻌﺘﻓﻻﺍ ءﺎﺗ

"

ﻪﺗﺎﻘﺘﺸﻣ ﻭ

"

ءﺎﻁ

"

ﻥﺍ ﻁﺮﺸﺑ

ﻕﺎﺒﻁﺍ ﻑﺮﺣﺍ ﻦﻣ ﺎﻫﺅﺎﻓ ﺔﻤﻠﻛ ﻲﻓ ءﺎﺘﻟﺍ ﻩﺬﻫ ﻥﻮﻜﺗ

)

ﺩﺎﺼﻟﺍ ﻲﻫ ﻭ

,

ﺩﺎﻀﻟﺍ ﻭ

,

ءﺎﻄﻟﺍ ﻭ

,

ءﺎﻈﻟﺍ

(

ءﺎﺘﻟﺍ ﻩﺬﻫ ﻩﺪﻌﺑ ﻭ

.

/`ibdālu ṭ-ṭā`i mina t-tāi l-`ifti’āli: yajibu qalbu “tā`i l-ifti’āli” wa musytaqātihi “ṭā`u” bi syarṭin an takūna hażihi t-tā`u fī kalimatin fā`uhā min ahrufin itbāq (wa

hiya, ṣād, ḍād, ṭā, ẓā, ) wa ba’dahu hażihi tā`u/. ‘mengganti bunyi konsonan stop

dental tidak bersuara [t] pada pola ifta’ala dengan bunyi konsonan stop dental velarized tidak bersuara [ˇ] dengan syarat konsonan [ˇ] tersebut pada sebuah kata yang fa fi’ilnya dari huruf itbaq (yaitu, ß, Í, ˇ, ¸) yang setelahnya konsonan dental [t].

Contoh :

ﺮﺒﺻ

/ṣabara/ [ȿabara]

ﺮﺒﺘﺻﺍ

/iṣtabara/ [iȿtabara] 

ﺮﺒﻄﺻﺍ

/iṣṭabara/ [iȿʈabara].

ﻊﻠﻁ

/ṭala’a/ [ʈala÷a]

ﻊﻠﺘﻁﺍ

/iṭtala’a/[/ʈttala÷a]

ﻊﻠّﻁﺍ

/iṭṭala’a/ [iʈʈala÷a].

ﻢﻠﻅ

/ẓalama/ [¸alama]

ﻢﻠﺘﻅﺍ

/iẓtalama/ [i¸talama]

ﻢﻠﻄﻅﺍ

/iẓtalama/ [i¸ʈalama]

ﻢﻠ

ّﻅﺍ

/iẓẓalama/ [i¸¸alama].

Hasan (1974: 793) menambahkan:

ﻝﺎﻌﺘﻓﻻﺍ ءﺎﺗ ﻦﻣ ﻝﺍﺪﻟﺍ ﻝﺍﺪﺑﺍ

:

ﻝﺍﺪﻟﺍ ﻝﺍﺪﺑﻻﺍ ﺐﺠﻳ

ﻥﺍ ﻁﺮﺸﺑ ﻪﺗﺎﻘﺘﺸﻣ ﻭ ﻝﺎﻌﺘﻓﻻﺍ ءﺎﺗ ﻦﻣ

ﻝﺍﺪﻟﺍ ﺎﻫﺅﺎﻓ ﺔﻤﻠﻛ ﻲﻓ ءﺎﺘﻟﺍ ﻩﺬﻫ ﻥﻮﻜﺗ

,

ﻝﺍﺬﻟﺍ ﻭﺍ

,

ﻱﺍﺰﻟﺍ ﻭﺍ


(38)

/`ibdālu d-dāli min tā`i l-`ifti’āli: yajibu l-`ibdālu d-dāli min tā`i l-`ifti’āli wa musytaqātihi bi syurṭin `an takūna hażihi t-tā`u fī kalimatin fā`uhā d-dālu, aż -żālu, aw az-zai/. ‘Penggantian bunyi konsonan konsonan stop dental tidak bersuara [t] pada pola ifta’ala dengan bunyi konsonan stop dental bersuara [d] dengan syarat bahwasannya terdapat konsonan stop dental tidak bersuara [t] pada sebuah kata yang fa fi’ilnya terdapat konsonan [d, atau [ż], atau [z]’.

Contoh :

ﻢﻏﺩ

/dagama/ [da

ɤ

ama] 

ﻢﻐﺗﺩﺍ

/`idtagama/ [/idta

ɤ

ama] 

ﻢﻏّﺩﺍ

/`iddagama/ [/idda

ɤ

ama]

ﺮﺧﺫ

/żakhara/ [Daxara] 

ﺮﺨﺗﺫﺍ

/`iżtakhara/ [/iDtaxara] 

ﺮﺧﺩﺫﺍ

/`iżdakhara/ [/iDdaxara] 

ﺮﺧّﺩﺍ

/ `iddakhara/ [/iddaxara].

2.7.3 Perubahan Bunyi yang Disebabkan Idgam

Dengan syarat-syarat tersebut maka perubahan bunyi yang disebabkan idgam dikatakan Asy-Syamsani (1997: 96) sebagai berikut :

ﺎﻬﻴﻀﺘﻘﻳ ﺪﻗ ﻲﺘﻟﺍ ﺔﻴﺗﻮﺼﻟﺍ ﺕﺍﺮﻴﻐﺘﻟﺍ

:

/at-taghyirātuṣ-ṣautiyati allatī qad yaqtaḍīhā/ . ‘perubahan-perubahan bunyi yang menyebabkannya’

1

ﺔﻛﺮﺤﻟﺍ ﻑﺬﺣ

1. /ḥażful-ḥarakati/.’ Penghilangan bunyi vokal’. Contoh:

[

ﺩ ﺩ

] [

Ө

] [

ِﺵ

]

ّﺪﺷ

ﺩ ﺪﺷ

Dalam hal ini bunyi vokal [a] yang ada pada konsonan stop dental bersuara ﺩ [d] pada suku kata kedua dihilangkan sehingga bentuk kata berubah menjadi

َﺩْﺪَﺷ

[ßadda]. Pada hal ini bunyi konsonan ganda stop dental bersuara ﺩ [d] menjadi

gugus konsonan [dd] karena salah satu bunyi vokal dihilangkan, diganti menjadi tanda tasydid

ﱠﺪَﺷ

/syadda/.

2

ﻲﻧﺎﻜﻤﻟﺍ ﺐﻠﻘﻟﺍ

2. /al-qalbul-makānī/. ‘membalikkan tempat’. Contoh :

ﱠﻞَﻘَﺘْﺳِﺇ

َﻞَﻠْﻘَﺘْﺳِﺇ

10 9 8 7 6 5 4 3 2 1  10 9 8 7 6 5 4 3 2 1


(39)

Dari contoh di atas bunyi vokal [a] yang berada setelah konsonan lateral alveolar bersuara [l] dipindahkan ke depan konsonan konsonan lateral alveolar bersuara

[l] sehingga bentuk kata itu berubah menjadi

ﱠﻞَﻘَﺘْﺳِﺍ

[istaqalla]

3

ﻦﻴﺑ ﺔﻣﺎﺘﻟﺍ ﺔﻠﺛﺎﻤﻤﻟﺍ

ﻦﻴﺗﻮﺻ

3. /al-mumāṡalatut-tāmmati baina ṣautaini/. ‘Asimilasi total/ keseluruhan antara dua bunyi konsonan’. Contoh :

ﻰﺤﻤﻧﺍ

/inmaḥā/ dengan bentuk morfem dasar

ﺎﺤﻣ

/maḥā/. Kata ini mengalami afiksasi yaitu dengan bertambahnya prefiks

ﻥﺇ

/`in/ menjadi

ﻰﺤﻤﻧﺍ

/inmaḥā/. Dengan demikian bunyi nasal alveolar

[n] pada prefiks

ﻥﺇ

[`in] berasimilasi dengan konsonan nasal bilabial pada morfem dasar

ﺎﺤﻣ

/maḥā/ sehingga kata itu berubah menjadi

ﻰﺤّﻣﺍ

[immaa:]. bunyi nasal alveolar ﻥ [n] mengalami asimilasi menjadi bunyi nasal bilabial

[m] yang ada didekatnya.

4

ﺔﻠﺛﺎﻤﻣ ﻭ ﺔﻛﺮﺤﻟﺍ ﻑﺬﺣ

4. /ḥażful-ḥarakati wa mumāṡalatu/. ‘penghilangan bunyi vokal dan penyamaan bunyi konsonan’. Contoh:

/iṡṡāqaltum/

ﻢﺘﻠﻗﺎّﺛﺍ

/itṡāqaltum/

ﻢﺘﻠﻗﺎﺜﺗﺍ

/tṡāqaltum/

ﻢﺘﻠﻗﺎﺜﺗ

/tāṡāqaltum/

ﻢﺘﻠﻗﺎﺜﺗ

.

Bunyi vokal [a] yang berada setelah bunyi konsonan dental

[t] pada suku

kata pertama

َﺕ

[ta] dihilangkan sehingga bentuk kata menjadi

ْﻢُﺘﻠﻘَﺜْﺗ

[tPa:qaltum] kemudian pada gugus konsonan stop dental tidak bersuara

[t] dan frikatif interdental tidak bersuara

[T] ditambah huruf vokal [i] pada awal suku kata pertama menjadi

ﻢُﺘْﻠَﻗﺎَﺜْﺗِﺇ

[

itTa:qaltum].

Kemudian bentuk ini mengalami asimilasi bunyi konsonan stop dental tidak bersuara

[t] dengan konsonan frikatif interdental tidak bersuara

[T]. Sehingga bunyi konsonan dental

[t] diganti dengan konsonan interdental

[T] maka bentuk kata tersebut menjadi

ْﻢُﺘْﻠَﻗﺎﱠﺛِﺇ

[iTTa:qaltum].


(1)

BAB IV PENUTUP 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data pada bab sebelumnya, peneliti mendapatkan hasil mengenai pola idgam dalam bahasa Arab melalui data primer yaitu Al-quran dan buku wacana Arab. Adapun kesimpulan yang peneliti dapatkan ialah:

1. Idgam terdapat dalam al-Quran, buku teks wacana Arab, dan kamus

2. Idgam mutamasilain pada bagian penghilangan bunyi dalam satu kata seperti bentuk

dasar dari kata

ﱞﺏَﺭ

[rabbun] adalah dari perubahan kata kerja maḍi, mudori’, dan

masdar

ﺎًّﺑ َﺭ

,

ُﺐُﺑْﺮَﻳ

,

َﺐَﺑَﺭ

[rababa – jarbubu – rab:ba:n] Dalam kaidah idgam apabila dua bunyi konsonan yang sama setelahnya ada bunyi vokal, maka bunyi vokal yang pertama dari kedua konsonan tersebut dibuang. Dengan demikian kata kerja maḍi

َﺐَﺑَﺭ

[rababa] dalam pola suku kata (KVKVKV) maka untuk membentuk kata dasarnya dibuang bunyi vokal yang ada setelah bunyi konsonan stop bilabial bersuara [b] yang pertama. Bentuk kata berubah menjadi

َﺐْﺑَﺭ

[rabba] atau (KVKKV). Karena bunyi konsonan stop bilabial bersuara [b] berurutan dalam proses idgam lambang bunyi

yang serupa dan berurutan diganti dengan tanda tasydid

yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam, sehingga bunyi tulisannya menjadi

ﱞﺏَﺭ

[rab:bun]. Dalam kaedah idgam kedua bunyi konsonan yang mengalami idgam akan mengalami pemanjangan bunyi konsonan yang disebut dengan geminasi dalam bentuk fonologi yaitu [rab:bun].

3. Terdapat juga pada dua bunyi konsonan yang sama yang berurutan seperti dalam kata

ﺎﱠﻨَﻣﺍَء

[/a:man:na] yang terdiri dari dua morfem yaitu dalam kata

َﻦَﻣﺍَء

/āmana/ verba dari pola

َﻞَﻋﺎَﻓ

/fā`ala/ yang dirangkaikan dengan morfem

ﺎﻧ

/na/ sebagai penanda kata ganti pertama jamak (

ﻦﺤﻧ

). Bunyi vokal /a/ yang hadir setelah konsonan nasal alveolar bersuara

ﺎﻧ

[na:] sebagai kata ganti pertama jamak pada morfem

َﻦَﻣﺍَء

[/a:mana] dihilangkan dan dirangkaikan dengan morfem

َﻧﺎ

// menjadi

َﺄﻨْﻨَﻣﺁ

/āmannā/, dengan demikian dalam kedua morfem tersebut terdapat dua bunyi


(2)

konsonan nasal yang berurutan yaitu dalam bentuk

َﺎﻨْﻨَﻣﺍَء

[/a:manna]. Bentuk ini di

dalam proses idgam harus menghilangkan bunyi konsonan nasal [n] yang pertama dan

menggantinya dengan tanda tasydid [

] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam, sehingga menjadi bentuk

ﺎﱠﻨَﻣﺍَء

[/a:man:na:]. Konsonan nasal [n] yang berurutan dalam kata

ﺎَﻨْﻨَﻣﺍَء

[/a:manna:] dalam fonologi disebut dengan geminasi atau pemanjangan konsonan nasal [n] menjadi

ﺎﱠﻨَﻣﺍَء

[/a:man:na].

4. Idgam mutamasilain pada bagian pembalikan huruf terdapat pada bunyi berharakat

sukun sebelum kedua konsonan yang sama seperti dalam kata

ﱡﺐِﺤُﻳ

/yuḥibbu/

[ju฀i b bu] merupakan kata kerja mudori’, yang kata kerja maḍi dan mudori’nya

seperti

ُﺐِﺒْﺤُﻳ

َﺐَﺒْﺣَﺃ

[/a฀baba - ju฀bibu] dengan pola

ُﻞِﻌْﻔُﻳ

َﻞَﻌْﻓَﺃ

[/af÷ala - juf÷ilu] jika diuraikan maka asal katanya ialah

ُﺐِﺒْﺤُﻳ

[ju฀bibu]. Dalam morfem

ُﺐِﺒْﺤُﻳ

[ju฀bibu] ini ditemukan bunyi vokal hadir setelah dua konsonan yang sama yaitu stop bilabial bersuara [b]. Agar kedua konsonan stop bilabial itu dapat dibentuk menjadi

idgam, maka bunyi vokal [i] dipindahkan letaknya sebelum konsonan stop bilabial

bersuara [b] sehingga bentuk morfem tersebut menjadi

ُﺐْﺒِﺤُﻳ

[ju฀ibbu] dan dua bunyi konsonan stop bilabial bersuara menjadi konsonan berurutan yaitu [bb]. Dalam kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi

konsonan tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [

] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam. Oleh karena itu bentuk

ُﺐِﺒْﺤُﻳ

[ju฀b i b u] menjadi

ﱡﺐِﺤُﻳ

[ju฀i b b u]. Menurut kaedah fonologi bunyi konsonan stop bilabial sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan yang disebut dengan geminasi, menjadi [ju฀ib:bu].

5. Idgam mutaqaribain pada asimilasi sempurna terdapat dalam kata kerja yang

penambahan imbuhan konfiks dua huruf dengan pola kata kerja pola

َﻞَﻌَﺘْﻓِﺇ

/ifta’ala/ dan

َﻞَﻌَﻔْﻧِﺇ

/infa’ala/ seperti kata

ُﻊِﻠﱠﻄَﺗ

[taˇˇali/u] berasal dari morfem bebas

-

َﻊَﻠﱠﻁ

ُﻊَﻠﱠﻄَﻳ

[ˇala÷a - jaˇla÷u], kata ini mengalami penambahan afiksasi (konfiksasi) yaitu konsonan tambahan

ء

[hamzah] di awal dan

[ta’] ditengah morfem dengan pola

ُﻞِﻌَﺘْﻔَﻳ

-

َﻞَﻌَﺘْﻓِﺇ

[/ifta÷ala - jafta÷ilu] kemudian kata menjadi

ُﻊِﻠَﺘْﻄَﻳ

َﻊَﻠَﺘْﻁِﺇ

[/iˇtala÷a - jaˇtali÷u]. Ketika diubah ke dalam pola

ُﻞِﻌَﺘْﻔَﻳ

[jafta/ilu] maka


(3)

menjadi

ُﻊِﻠَﺘْﻄَﻳ

[jaˇtali÷u] dalam bentuk ini konsonan stop dental velarized tidak bersuara

[ˇ] berdekatan dengan konsonan stop dental tak bersuara

[t]. Untuk memudahkan pengucapan maka bunyi konsonan stop dental tidak bersuara ﺕ [t]

diidgamkan dengan bunyi konsonan stop dental velarized tidak bersuara

[ˇ],

sehingga bunyi konsonan stop dental velarized tidak bersuara

[ˇ] dan konsonan stop dental tidak bersuara

[t] berasimilasi menjadi

ُﻊِﻠَﻄْﻄَﻳ

َﻊَﻠَﻄْﻁِﺇ

[/iˇˇala÷a - jaˇˇali÷u] hal ini terjadi asimilasi progresif. Dalam kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi konsonan tersebut dihilangkan dan

digantikan dengan tanda tasydid [

] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam menjadi

ُﻊِﻠﱠﻄَﻳ

[jaˇˇali÷u]. Menurut kaedah fonologi bunyi konsonan stop dental velarized tidak bersuara

[ˇ] sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan yang disebut dengan geminasi, maka menjadi [taˇ:ˇali÷u]. 6. terdapat juga pada beberapa artikel yang titik artikulasinya berdekatan seperti kata

ﺎﱠﻣِﺇ

[/imma:] berasal dari dua morfem terikat yaitu dalam preposisi

ْﻥِﺇ

[/in] yang dirangkaikan dengan konjungsi

ﺎَﻣ

[ma:]. Bunyi nasal alveolar bersuara [n] mengalami asimilasi kepada bunyi nasal bilabial bersuara

[m]. Oleh karena itu bentuk gabungan morfem terikat

ْﻥِﺇ

[/in] dan

ﺎﻣ

[ma:] berubah menjadi

ﺎَﻤْﻣِﺇ

[/imma:]. Dua bunyi konsonan nasal bilabial bersuara

[m] yang berurutan ini diganti dengan tanda tasydid [

] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam menjadi

ﺎﱠﻣِﺇ

[/imma:]. Menurut kaedah fonologi bunyi konsonan stop dental bersuara

[d] sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan yang disebut dengan geminasi, maka menjadi [/im:ma:].

7. Idgam mutaqaribain pada bagian penghilangan bunyi dan menyamakannya terdapat

pada fi’l sulasi mazid dua huruf pola

َﻞَﻋﺎَﻔَﺗ

/tafaā’ala/ dan

َﻞﱠﻌَﻔَﺗ

/tafa’’ala/ seperti kata

َﻞَﻗﺎﱠﺛِﺇ

[/iTTaqala] berasal dari morfem bebas

َﻞَﻘَﺛ

[Taqala] setelah dimasuki pola dari pola

َﻞَﻋﺎَﻔَﺗ

[tafa:÷ala] maka menjadi

َﻞَﻗﺎَﺜَﺗ

[taTa:qala]. Dalam kaidah idgam bentuk


(4)

vokal [a] pada konsonan stop dental tidak bersuara ﺕ [t] dihilangkan menjadi

َﻞَﻗﺎَﺜْﺗ

[t-Ta:-qa-la], kemudian agar bunyi konsonan stop dental tidak bersuara ﺕ [t] dapat dibunyikan maka di awalnya ditambah bunyi konsonan stop glottal tidak bersuara ء [/] dan bunyi vokal tinggi [i] sehingga menjadi

َﻞَﻗﺎَﺜْﺗِﺇ

[/it-Ta:-qa-la]. Bunyi konsonan stop dental tidak bersuara ﺕ [t] mengalami asimilasi dengan bunyi konsonan frikatif interdental tidak bersuara ﺙ [T], sehingga bunyi konsonan stop dental tidak bersuara ﺕ [t] berubah menjadi konsonan frikatif interdental tidak bersuara ﺙ [T] dengan demikian kata ini berubah menjadi

َﻞَﻗﺎَﺜْﺛِﺇ

[/iTTa:qala]. Dalam kaidah idgam bunyi konsonan yang sama berurutan maka salah satu dari bunyi

konsonan tersebut dihilangkan dan digantikan dengan tanda tasydid [

] yang menandakan bahwa kedua konsonan itu mengalami idgam menjadi

َﻞَﻗﺎﱠﺛِﺇ

[/iTTa:qala]. Menurut kaedah fonologi bunyi konsonan stop dental bersuara

[d] sejenis yang berurutan berlaku pemanjangan konsonan yang disebut dengan geminasi, maka menjadi [/iT:Ta:qala].

6.2 Saran

Meneliti idgam dalam bahasa arab mempunyai banyak manfaat, namun sangat diperlukan tingkat kecermatan yang tinggi.

1. Peneliti berharap semoga tulisan ini dapat memberikan masukan terhadap pemahaman tentang idgam dalam bahasa Arab

2. Peneliti menyarankan agar ada penelitian lebih lanjut tentang idgam dalam bahasa Arab.

Penulis berharap agar teman-teman yang ingin meneliti hendaklah mempunyai pemahaman yang dalam tentang pola-pola tasrif sehingga tidak terkecoh dengan bentuk idgam dalam susunan kata tertentu.


(5)

DAFTAR PUSTAKA Al- Qur’an al-Karim.

Ahmad, Hasan Bin. Tanpa Tahun. Kitabu T-tashrif. :Rabhan Baghil

Arifin, Zainal dan Junaiyah. 2007. Morfologi :Bentuk, Makna, dan Fungsi. Jakarta: PT Grasindo.

Badri, Kamal Ibrahim. 1988. ‘ilm al-lughah al-mabramji. Riyad

Betty,Rosalina Nababan. 2009. Analisis Asimilasi Morfofonemik Bahasa Simalungun. Medan: USU Repository.

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

Dayyab, Hifni Bek dkk. 1997. Kaidah Tata Bahasa Arab. Jakarta: Darul ulum Press.

G, M, Abdi L-Masih, 1996. Qawa’idu L-lugati L-‘arabiyyah. Beirut: Maktabatul L-libnan.

Ghulayayni, Syeikh Mustafa. 2005. Jami’u ad-Durusi al-Arabiyyah. Kairo: Daru al-Hadis.

Hasan, Abbas. 1974. Annahwu L-wafi. Kairo: Daru L-ulum.

Husain, sholahuddin shalih. 1983. Dirasatu fi ‘ilmil lugati. Al-wasfi wat tarikhi wal maqarani. Kairo: daru al-ulum.

Asy-Syamsani, Abi Aus Ibrahim. 1997. Durusu ‘Ilmi Sharfi.. Riyad: maktabati rusydi.

Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Ende : Nusa Indah

Kholisin. 2005. “Pola Asimilasi dalam Bahasa Arab” dalam Bahasa Dan Seni, Tahun 33, Nomor 2.(Agustus). Malang

Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia : Pustaka Utama

---. 2007. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Muin, Abd. 2004. Analisis Kontrastif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Pustaka Al-Husna Baru


(6)

Muslich, Masnur. 2008. Tata Bentuk Bahasa Indonesia : Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif. Jakarta: Bumi Aksara

Muskar, Rahlina. 2009. Fonologi Bahasa Arab. Medan: program Studi Bahasa Arab.

Pulungan, Abdusio. 2000. Analisis Idgam pada Ilmu Sharfi dan Tajwid dalam Tinjauan Ilmu Ashwat (fonologi). Medan: Program Studi Bahasa Arab.

Ramlan,M. 1980. Ilmu Bahasa Indonesia. Morfologi : Suatu Tinjauan Deskriptif”. Yogyakarta: cv. Karyono.

Ramlan,M. 2001. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif”. Yogyakarta: cv. Karyono. Rimah, Abu. Tanpa Tahun. Hidayatu L-Mustafid . Surabaya: Al-Hikmah

Rofiq, Aunur. 2007. Mukhtarot qowaidil Lughotil Arobiyyah : Ringkasan Kaidah-Kaidah Bahasa Arab. Gresik: Pustaka Al Furqon.

Samsuri. 1980. Analisis Bahasa. Malang: PT. Gelora Aksara Pratama.

Surakhmad, Winarno. 1980. Pengantar Penelitian. Bandung: Tarsito

Verhaar. 2008. Asas- Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada.

Wierjosoedarmo. 1985 “Tata Bahasa Indonesia”. Surabaya: Sinar Wijaya.