2.2.2 Fonologi
Penambahan bunyi yang dapat merubah bunyi yang sejenis dan berurutan dapat dilihat dari jenis bunyi tersebut yang berhubungan dengan fonetiknya. Betty 2009: 30 menjelaskan
bahwasannya bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia bermakna sehingga dikatakan bunyi bahasa. Ilmu yang mempelajari bunyi bahasa dengan segala proses terjadinya disebut
fonetik. Di dalam fonetik dibicarakan bunyi –bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap yang sama atau bunyi-bunyi yang homorgan. Misalnya bunyi p, b, m adalah bunyi bilabial, bunyi t,
d, n adalah bunyi apikodental, bunyi k, g, dan ng adalah bunyi velar dan lain sebagainya
Dari beberapa sumber, pengertian fonologi dapat dikemukakan sebagai berikut: Fonologi ialah bagian dari tata bahasa yang memperlajari bunyi-bunyi bahasa Keraf, 1984:
30, sedangkan Chaer, 2007: 102 menyatakan bahwa Fonologi ialah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa, yang secara
etimologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi dan logi yaitu ilmu. Ilmu yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa itu lazim disebut dengan fonologi Chaer, 2007: 102.
Dalam proses percakapan atau pengujaran yang wajar, sering terjadi saling pengaruh antara satu bunyi dan bunyi lain yang berdampingan. Dalam hal ini, setiap bunyi bahasa
mempunyai ciri-ciri tersendiri yang mengakibatkannya mudah terpengaruh oleh atau mempengaruhi bunyi lainnya. Proses saling mempengaruhi antarbunyi itu dalam kajian
fonologis disebut asimilasi. Menurut Laver dalam Kholisin 2005: 181 proses saling pengaruh antarbunyi mengakibatkan ciri-ciri bunyi yang dipengaruhi menjadi berubah untuk
menyesuaikan dngan bunyi yang mmpengaruhi, dan pengaruh itu dapat terjadi antarsegmen dalam suatu kata atau antarkomponen dalam kata majemuk.
Kholisin 2005: 181 proses asimilasi itu terjadi akibat adanya kesamaan atau kemiripan alam beberapa ciri antara bunyi yang mempengaruhi dan bunyi lain yang
dipengaruhi. Kesamaan itu mungkin terletak pada cara artikulasi, darah artikulasi, sifat bunyi, atau ciri-ciri fonetis lainnya.
Menurut Abercrombie 1974: 133-139 asimilasi dapat terjadi berdasarkan tiga faktor: getaran pita suara, pergerakan velum, dan perpindahan daerah artikulasi. Asimilasi yang
berdasarkan getaran pita suara dapat mngakibatkan bunyi tak bersuara menjadi brsuara atau sebaliknya. Asimilasi yang mlibatkan pergerakan velum akan mngakibatkan bunyi non-nasal
menjai berciri nasal. Asimilasi yang berdasarkan artikulator atau daerah artikulasi akan mengakibatkan suatu bunyi berubah menjadi bunyi lain yang berdekatan darah artikulasinya.
Universitas Sumatera Utara
Asimilasi dapat dibagi berdasarkan beberapa segi, yaitu berdasarkan tempat fonem yang dihasilkan , dan sifat asimilasi itu sendiri Keraf, 1984:37.
1 Penggolongan asimilasi berdasarkan tempat fonem yang diasimilasikan. Berdasarkan tempat fonem yang diasimilasikan, asimilasi dapat dibedakan menjadi
asimilasi progresif dan asimilasi regresif. Berikut ini penjelasannya. a. Asimilasi progresif
Suatu asimilasi dikatakan asimilasi progresif apabila bunyi yang diasimilasikan terletak sesudah bunyi yang mengasimilasikan.
Contohnya: colnis latin kuno
→ collis lat in peN- + sabar
→ penyabar meN- + pugar
→ memugar b. Asimilasi regresif
Suatu asimilasi dikategorikan asimilasi regresif apabila bunyi yang diasimilasikan mendahului bunyi yang mengasimilasikan.
Contohnya: in- + possible
→ impossible en- + power
→ empower peN- + bela
→ pembela meN- + dengar
→ mendengar 2 Penggolongan asimilasi berdasarkan sifat asimilasi itu sendiri.
Berdasarkan sifat asimilasi itu sendiri, asimilasi dapat dibedakan menjadi asimilasi total dan parsial.
Universitas Sumatera Utara
a. Asimilasi Total Yang dimaksud dengan asimilasi total yaitu penyamaan fonem yang diasimilasi
benar-benar serupa, atau degnan perkataan lain dua buah fonem yang disamakan tersebut, dijadikan serupa betul.
Contohnya:
Proses Asimilasi Hasil Asimilasi
Dalam Bahasa Indonesia
ad + salam Arab in + moral Ingg.
ad + similatino Lat meN- + periksa Ind
Assalam Immoral
assimilasi memeriksa
Asalam imoral
asimilasi memeriksa
b. Asimilasi Parsial Suatu asimilasi dikategorikan asimilasi parsial bila kedua fonem yang disarnakan itu
tidak persis melainkan hanya sejenis secara artikulatoris. Contohnya:
in- + possible → impossible
meN- + bawa → membawa
en + bitter → embitter
peN- + dengar → pendengar
bentuk asimilasi yang menyebabkan dua buah fonem yang disamakan tersebut dijadikan serupa atau digandakan. Penggandaan atau pemanjangan bunyi konsonan atau
disebut dengan geminasi. Khuli 1982: 105 menjelaskan gemination dengan
ٌﻒْﻴْﻀَﺗ
ta ḍ’ifu
‘penggandaan’ atau
َﺮْﻜِﺗ َﺘْﻴِﻟﺎَﺘَﺘُﻣ ِﻦْﻴَﺗﱠﺮَﻣ ﻑﺮﺤﻟﺍﺭﺍ
ٍﺔَﻤِﻠَﻛ ﻰِﻓ ِﻦْﻴ ٍﺓَﺪِﺣﺍﻭ
, َﻡﱠﺪَﻗ ُﻞْﺜِﻣ
, ﱠﺪَﺷ
tikr āru l-ḥarfi
marrataini mutat ālītaini fī kalimatin wāḥidatin, miṡlu qaddama, syadda ‘pengulangan bunyi
sebanyak dua kali secara berurutan dalam satu kata, seperti [qad:dama, Sad:da]’.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Morfofonemik