Kajian Terdahulu Morfofonemik TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Terdahulu

Penelitian tentang idgam telah dikaji sebelumnya oleh Abdu Sio Pulungan 2000 dengan judul “Analisis Idgam Pada Ilmu Sharfi dan Tajwid dalam Tinjauan Ilmu Ashwat fonologi” yang membahas al-idgam dalam ilmu sharfi dan menjelaskan secara umum tentang wajib tidaknya penggabungan antara dua huruf yang memiliki kesamaan ataupun kedekatan makhraj artikulasi pada fi’l verba dan ism nomina atau rangkaian kata dalam tiga bentuk idgam. Idgam dalam ilmu tajwid mengkaji tentang wajibnya penggabungan dua huruf yang sama atau hampir sama makhrajnya dan antara ﻥn sukun atau tanwin dengan salah satu huruf yang enam, yakni ﻱ y, ﻭ w , ﻡ m, ﻥ n, ﻝ l, dan ﺭ r . Pengaruh idgam terhadap bentuk kata diuraikan dalam tiga bentuk keadaan al-idgam. Idgam terjadi melalui tahapan-tahapan berikut: a. Bila huruf awal idgam sukun, maka kedua huruf yang sama itu dapat langsung diidgamkan tanpa proses pelenyapan atau pemindahan harkat. b. Bila huruf awal idgam yang sukun memiliki makraj yang berdekatan dengan huruf di depannya, maka dapat diidgamkan setelah pergantian huruf. c. bila ada dua huruf sejenis sama-sama berharakat, maka mesti digabungkan setelah melalui proses pelenyapan atau pemindahan harakat huruf awal idgam. Fungsi idgam dari disiplin ilmu yang berbeda ini terutama sekali ditujukan untuk memudahkan pengucapan yang diakibatkan penggabungan huruf atau bunyi huruf dalam kata atau di antara rangkaian kata bahasa Arab sehingga indah didengar dan tidak kaku. Berdasarkan sebab terjadi idgam ialah 1 huruf yang sama, 2 pada makhraj yang berdekatan, 3 pada n sukun dan tanwin dan 4 al- syamsiyah. Kemudian, pengaruh idgam terhadap tajwid dalam tinjauan ilmu ashwat fonologi, Pulungan 2000: 64 . 2.2 pengertian Morfologi dan Fonologi 2.2.1 Morfologi Morfem adalah bentuk linguistik yang paling kecil, bentuk linguistik yang tidak mempunyai bentuk lain sebagai unsurnya Ramlan, 1980: 11. Samsuri 1980: 170 mendefinisikan morfem adalah menerangkan komposisi bentuk pengertian yang terkecl yang sama atau mirip yang berulang. Universitas Sumatera Utara Betty 2009: 33 menyimpulkan bahwa morfem adalah bentuk bahasa terkecil berupa kata maupun imbuhan. Kata dan imbuhan tersebut dapat membentuk suatu kalimat, yang mana kalimat terdiri atas gabungan antara beberapa morfem, baik morfem bebas maupun morfem terikat. Chaer 2007: 151 mengatakan yang dimaksud dengan morfem bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam pertuturan. Misalnya, bentuk pulang, makan, rumah, dan bagus adalah termasuk morfem bebas. Sebaliknya, yang dimaksud dengan morfem terikat adalah morfem yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam pertuturan. Bagian linguistik yang mempelajari morfem adalah morfofogi. Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk-beluk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata, serta fungsi perubahan bentuk kata itu. Baik fungsi gramatik maupun fungsi semanti Ramlan, 2001: 191. Perubahan bentuk kata dalam bahasa Indonesia dikenal dengan proses morfologis yang meliput i proses afiksasi. Verhaar 2008: 107 diantara proses-proses morfemis, yang terpenting adalah afiksasi, yaitu pengimbuhan afiks. Afiks ada empat macam: Prefiks, yang diimbuhkan di sebelah kiri dasar dalam proses yang disebut “prefiksasi” Sufiks, yang diimbuhkan di sebelah kanan dasar dalam proses yang disebut “sufiksasi” Infiks, yang diimbuhkan dengana penyisipan di dalam dasar itu dalam proses yang namanya “infiksasi”. Konfiks, atau simulfiks, atau ambifiks, atau sirkumfiks, yang diimbuhkan untuk sebagian di sebelah kiri dasar dan untuk sebagian di sebelah kanan dasar dalam proses yang dinamai “konfiksasi”, “simulfiksasi”, “ambifiksasi”, atau “sirkumfiksasi”. Proses afiksasi dalam bahasa Arab terdapat dalam beberapa pola kata kerja, yaitu pola yang mengalami penambahan satu, dua, dan tiga bunyi konsonan ataupun vokal. Dalam penelitian ini, yang dibahas adalah pola kata kerja yang mengalami penambahan dua huruf. Menurut Munawwir 1997: 253 pola َﻞَﻌَﻔْﻧِﺇ `infa’ala dan َﻞَﻌَﺘْﻓِﺇ `ifta’ala adalah bentuk kata yang dapat merubah huruf yang sejenis dan berurutan, sedangkan menurut Ar-Rodi dalam Asy-syamsani 2007: 104 mengatakan beberapa pola yang mengalami penambahan huruf yang dapat merubah huruf yang berdekatan terdapat dalam pola seperti ﻞﻌﻔﻧﺍ , ﻞﻌﺘﻓﺍ , ﻞّﻌﻔﺗ ﻭ , ﻞﻋﺎﻔﺗ ﻭ , ﻭ `ifta’ala, wa tafa’’ala, , wa tafā’ala, wa infa’ala. Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Fonologi

Penambahan bunyi yang dapat merubah bunyi yang sejenis dan berurutan dapat dilihat dari jenis bunyi tersebut yang berhubungan dengan fonetiknya. Betty 2009: 30 menjelaskan bahwasannya bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia bermakna sehingga dikatakan bunyi bahasa. Ilmu yang mempelajari bunyi bahasa dengan segala proses terjadinya disebut fonetik. Di dalam fonetik dibicarakan bunyi –bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap yang sama atau bunyi-bunyi yang homorgan. Misalnya bunyi p, b, m adalah bunyi bilabial, bunyi t, d, n adalah bunyi apikodental, bunyi k, g, dan ng adalah bunyi velar dan lain sebagainya Dari beberapa sumber, pengertian fonologi dapat dikemukakan sebagai berikut: Fonologi ialah bagian dari tata bahasa yang memperlajari bunyi-bunyi bahasa Keraf, 1984: 30, sedangkan Chaer, 2007: 102 menyatakan bahwa Fonologi ialah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa, yang secara etimologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi dan logi yaitu ilmu. Ilmu yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa itu lazim disebut dengan fonologi Chaer, 2007: 102. Dalam proses percakapan atau pengujaran yang wajar, sering terjadi saling pengaruh antara satu bunyi dan bunyi lain yang berdampingan. Dalam hal ini, setiap bunyi bahasa mempunyai ciri-ciri tersendiri yang mengakibatkannya mudah terpengaruh oleh atau mempengaruhi bunyi lainnya. Proses saling mempengaruhi antarbunyi itu dalam kajian fonologis disebut asimilasi. Menurut Laver dalam Kholisin 2005: 181 proses saling pengaruh antarbunyi mengakibatkan ciri-ciri bunyi yang dipengaruhi menjadi berubah untuk menyesuaikan dngan bunyi yang mmpengaruhi, dan pengaruh itu dapat terjadi antarsegmen dalam suatu kata atau antarkomponen dalam kata majemuk. Kholisin 2005: 181 proses asimilasi itu terjadi akibat adanya kesamaan atau kemiripan alam beberapa ciri antara bunyi yang mempengaruhi dan bunyi lain yang dipengaruhi. Kesamaan itu mungkin terletak pada cara artikulasi, darah artikulasi, sifat bunyi, atau ciri-ciri fonetis lainnya. Menurut Abercrombie 1974: 133-139 asimilasi dapat terjadi berdasarkan tiga faktor: getaran pita suara, pergerakan velum, dan perpindahan daerah artikulasi. Asimilasi yang berdasarkan getaran pita suara dapat mngakibatkan bunyi tak bersuara menjadi brsuara atau sebaliknya. Asimilasi yang mlibatkan pergerakan velum akan mngakibatkan bunyi non-nasal menjai berciri nasal. Asimilasi yang berdasarkan artikulator atau daerah artikulasi akan mengakibatkan suatu bunyi berubah menjadi bunyi lain yang berdekatan darah artikulasinya. Universitas Sumatera Utara Asimilasi dapat dibagi berdasarkan beberapa segi, yaitu berdasarkan tempat fonem yang dihasilkan , dan sifat asimilasi itu sendiri Keraf, 1984:37. 1 Penggolongan asimilasi berdasarkan tempat fonem yang diasimilasikan. Berdasarkan tempat fonem yang diasimilasikan, asimilasi dapat dibedakan menjadi asimilasi progresif dan asimilasi regresif. Berikut ini penjelasannya. a. Asimilasi progresif Suatu asimilasi dikatakan asimilasi progresif apabila bunyi yang diasimilasikan terletak sesudah bunyi yang mengasimilasikan. Contohnya: colnis latin kuno → collis lat in peN- + sabar → penyabar meN- + pugar → memugar b. Asimilasi regresif Suatu asimilasi dikategorikan asimilasi regresif apabila bunyi yang diasimilasikan mendahului bunyi yang mengasimilasikan. Contohnya: in- + possible → impossible en- + power → empower peN- + bela → pembela meN- + dengar → mendengar 2 Penggolongan asimilasi berdasarkan sifat asimilasi itu sendiri. Berdasarkan sifat asimilasi itu sendiri, asimilasi dapat dibedakan menjadi asimilasi total dan parsial. Universitas Sumatera Utara a. Asimilasi Total Yang dimaksud dengan asimilasi total yaitu penyamaan fonem yang diasimilasi benar-benar serupa, atau degnan perkataan lain dua buah fonem yang disamakan tersebut, dijadikan serupa betul. Contohnya: Proses Asimilasi Hasil Asimilasi Dalam Bahasa Indonesia ad + salam Arab in + moral Ingg. ad + similatino Lat meN- + periksa Ind Assalam Immoral assimilasi memeriksa Asalam imoral asimilasi memeriksa b. Asimilasi Parsial Suatu asimilasi dikategorikan asimilasi parsial bila kedua fonem yang disarnakan itu tidak persis melainkan hanya sejenis secara artikulatoris. Contohnya: in- + possible → impossible meN- + bawa → membawa en + bitter → embitter peN- + dengar → pendengar bentuk asimilasi yang menyebabkan dua buah fonem yang disamakan tersebut dijadikan serupa atau digandakan. Penggandaan atau pemanjangan bunyi konsonan atau disebut dengan geminasi. Khuli 1982: 105 menjelaskan gemination dengan ٌﻒْﻴْﻀَﺗ ta ḍ’ifu ‘penggandaan’ atau َﺮْﻜِﺗ َﺘْﻴِﻟﺎَﺘَﺘُﻣ ِﻦْﻴَﺗﱠﺮَﻣ ﻑﺮﺤﻟﺍﺭﺍ ٍﺔَﻤِﻠَﻛ ﻰِﻓ ِﻦْﻴ ٍﺓَﺪِﺣﺍﻭ , َﻡﱠﺪَﻗ ُﻞْﺜِﻣ , ﱠﺪَﺷ tikr āru l-ḥarfi marrataini mutat ālītaini fī kalimatin wāḥidatin, miṡlu qaddama, syadda ‘pengulangan bunyi sebanyak dua kali secara berurutan dalam satu kata, seperti [qad:dama, Sad:da]’. Universitas Sumatera Utara

2.3 Morfofonemik

Samsuri 1980: 201 mengatakan: apabila dua morfem berhubungan atau diucapkan yang satu sesudah yang lain, adakalanya terjadi perubahan pada fonem atau fonem-fonem yang bersinggungan. Studi tentang perubahan-perubahan pada fonem-fonem yang disebabkan oleh hubungan dua morfem atau lebih itu serta pemberian tanda-tandanya disebut morfofonemik. Ramlan 1987:83 menyatakan bahwa morfofonemik memperlajari perubahan- perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem. Arifin 2007:8, morfofonemik adalah proses berubahnya suatu fonem menjadi fonem lain sesuai dengan fonem awal kata yang bersangkutan. Morfofonemik, disebut juga morfonemik, morfofonologi, atau morfonologi atau peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologis, baik afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi Chaer, 2007:194. Dalam bahasa Arab asimilasi merupakan salah satu proses morfofonemis. Proses morfofonemis selain asimilasi antara lain adalah ibdal, qalab, tashil, waqaf, dan idgam. Husain 1983:124 menjelaskan: ﺕﺎﻤﻴﻧﻮﻔﻟﺍ ﻊﺑﺎﺘﺗ ﻦﻋ ﺔﺠﺗﺎﻨﻟﺍ ﺕﺍﺮﻴﻴﻐﺘﻟﺍ attagyīrātu nātijatu ‘an tatābu’il fūnimāti. ‘Perubahan- perubahan bunyi yang dikarenakan fonem’. ﺔﻨﻴﻌﻣ ﺔﻴﻓﺮﺻ ﺔﻐﻴﺼﺑ ﻂﺒﺗﺮﻣ ﻱﺍ ﺪﻴﻘﻣ `a ṡ-ṡānī muqīdun `ay murtabiṭun biṣīgatin ṣarfiyatin mu’ayyinatin. ‘terikat atau berhubungan dengan gaya morfologi yang disebutkan’ . Perubahan terikat tersebut dijelaskan Husain 1983: 131 sebagai berikut: ﻲﻠﻳ ﺎﻣ ﺓﺪﻴﻘﻤﻟﺍ ﺕﺍﺮﻴﻴﻐﺘﻟﺍ ﻞﻤﺸﺗ ﻭ : 1 . ﻥﻮﻜﺗ ﺎﻣﺪﻨﻋ ﺩﺮﺠﻤﻟﺍ ﻱﻭﺍﻮﻟﺍ ﻉﺭﺎﻀﻤﻟﺍ ﻲﻓ ﻭﺍﻮﻟﺍ ﻑﺬﺣ ﺓﺭﻮﺴﻜﻣ ﻪﻨﻴﻋ . 2 . ﺒﺷﺍ ﻦﻴﺑ ﻭﺍ ﺖﻣﻮﺼﻟﺍ ﻦﻴﺑ ﻲﻧﺎﻜﻤﻟﺍ ﺐﻠﻘﻟﺍ ﺖﻣﺍﻮﺼﻟﺍ ﻩﺎ . wa tasymilut tagyīrātul muqīdatu mā yalī: ḥażful wawi fil mudhara’il wawil mujarradi ‘indama takūnu ‘ainuhu maksūratun 2. Al-qalbul makāni baynaṣ ṣawāmiti `aw bayna asybāhuṣ ṣawāmiti. ‘Dan perubahan bunyi yang terikat mencakup sebagai berikut : 1. penghilangan bunyi waw pada fi’l mudhori’ waw mujarad ketika terdapat ain fi’l yang bertanda kasrah. 2. Pemindahan tempat diantara dua bunyi konsonan atau di antara bunyi yang serupa konsonan’.

2.4 Batasan Idgam