5 Kreditur 6 Debitur
Jadi dapat kita simpulkan bahwa unsur utama dari suatu proses pemberian kredit oleh kreditur kepada debitur harus dilandasi kepercayaan, dimana yang mendasari
kepercayaan adalah adanya keyakinan dari pihak bank bahwa sipeminjam memiliki moral, watak atau sifat-sifat pribadi yang positif dan koperatif serta rasa
tanggung jawab untuk menyelesaikan hutangnya.
b. Tujuan Kredit
Pada dasarnya alasan masyarakat untuk mendapatkan fasilitas kredit bank adalah untuk membeli barang, membuka usaha baru, pengembangan usaha baik
horizontal maupun vertikal, rehabilitasi, modernisasi ataupun untuk memenuhi
kebutuhan modal kerja darurat.
Adapun tujuan kegiatan kredit yang dijalankan oleh bank tidak terlepas dari misi bank tersebut yakni profitability dan safety. Menurut Kasmir 2008 tujuan
pemberian kreditadalah : 1. Mencari Keuntungan
Untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit berupa bunga kredit sebagai balas jasa yang diterima oleh bank dan juga biaya administrasi yang
dibebankan kepada nasabah. Kuntungan ini berguna untuk kelangsungan hidup bank agar tidak menderita kerugian serta untuk menghindari bank
tersebut dilikuidasi. 2. Membantu Usaha Nasabah
Universitas Sumatera Utara
Bertujuan untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja dalam rangka mengembangkan dan
memperluas usaha nasabah. 3. Membantu Pemerintah
Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan, maka semakin baik karena mencerminkan adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor.
Beberapa keuntungan yang diperoleh pemerintah dari pemberian kredit adalah a. Penerimaan pajak dari keuntungan yang diterima nasabah dan bank.
b. Membuka kesempatan kerja karena dengan adanya perluasan usaha maka membutuhkan banyak tenaga kerja.
c. Meningkatkan jumlah barang dan jasa yang beredar di masyarakat.
c. Resiko Kredit
Resiko merupakan suatu situasi atau kejadian yang akan terjadi masa yang akan datang yang bersifat merugikan sehingga sangat besar pengaruhnya
terhadap perolehan laba. Bisnis bank adalah bisnis kepercayaan yang tidak pernah lepas dari berbagai risiko yang melekat pada setiap kegiatan operasional
perbankannya. Demikian juga dalam penyaluran kreditnya akan selalu terkandung risiko risk, oleh karena itu Bank Indonesia telah mengeluarkan peraturan yang
berkaitan dengan risiko bagi bank berupa Peraturan Bank Indonesia No. 58PBI2003 Tanggal 19 Mei 2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi
Bank Umum. Pasal 2 ayat 1 menyebutkan bahwa Bank Wajib menerapkan Manajemen Risiko secara efektif; pasal 4 ayat 1 menyebutkan bahwa salah satu
Universitas Sumatera Utara
risiko tersebut adalah Risiko Kredit. Risiko Kredit merupakan risiko yang terjadi akibat ketidakmauan willingness danatau ketidakmampuan ability debitur
untuk memenuhi kewajibannya dalam rangka menyelesaikan kreditnya baik hutang pokok maupun bunga pinjamannya. Resiko yang timbul dalam pemberian
fasilitas kredit adalah apabila pinjaman yang disalurkan tidak dapat kembali sesuai dengan akad perjanjian kredit yang telah disepakati, sehingga pada
akhirnya akan menciptakan kredit macet. Resiko kredit terjadi jika counterparty pihak peminjam tidak bisa memenuhi
kewajibannya wanprestasi atau cidera janji. Resiko kredit semakin penting karena akhir-akhir ini banyak peristiwa gagal bayar yang dialami perusahaan-
perusahaan yang telah memperoleh fasilitas pinjaman dari perbankan. Hal ini dapat terjadi karena ketidakmampuan ability dan atau ketidakmauan
willingness dari nasabah debitur untuk mengembalikan jumlah pinjaman beserta bunganya sesuai jangka waktu yang telah disepakati bersama.
Pasal 8 UU No. 10 Tahun 1998 telah menegaskan bahwa dalam memberikan kredit bank umum wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan
kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan. Dalam setiap pemberian kredit ada terkandung resiko yang perlu terlebih dahulu
dipahami dalam menyusun rencana penyaluran kredit, karena resiko ini juga akan menjadi kendala bagi keberhasilan proses perkreditan tersebut. Berbagai bentuk
resiko Muljono, 2001 yang perlu dipahami dalam industri perbankan antara lain 1 Resiko dari Sifat Usaha
Universitas Sumatera Utara
2 Resiko Geographis 3 Resiko Politik
4 Resiko Ketidakpastian Uncertainty 5 Resiko Inflasi
6 Resiko Persaingan Perkreditan perbankan mempunyai sifat yang “kasuasistis” artinya masing-
masing calon debitur mempunyai permasalahan yang sangat spesifik berbeda secara materiil antara satu nasabah dengan nasabah lainnya. Para pemohon kredit
memiliki bentuk badan usaha dan bidang usaha yang berbeda-beda selalu mengandung resiko, walaupun satu sama lainnya memiliki bobot yang berbeda.
Kondisi ini menuntut petugas bank harus mempunyai kemampuan analisis yang tajam dan secara cepat harus mampu pula mengadakan identifikasi dari
permasalahan yang dihadapi nasabahnya. Oleh karena itu, sebelum bank memutuskan untuk memberikan kredit sebaiknya perlu dilakukan survey terhadap
usaha nasabah. Survey harus dilaksanakan dengan ketat dan akurat sehingga kemampuan nasabah dalam mengembalikan pinjaman dapat dijamin. Untuk
mengantisipasi terjadinya resiko kredit, perlu pembatasan dalam pemberian kredit apalagi terhadap kredit yang mempunyai resiko tinggi harus berlandaskan pada
prinsip kehati-hatian prudent banking sebagaimana yang ditetapkan Bank Indonesia. Perbankan harus tetap selektif didalam menyalurkan kreditnya
khususnya hanya kepada usahakegiatan yang layak untuk dibiayai. Karena itu perbankan tidak dibenarkan melakukan penyaluran dananya tanpa perhitungan
Universitas Sumatera Utara
dengan tujuan untuk memperoleh profitability yang tinggi, tetapi harus tetap menjagamemelihara safety keamanan aktiva produktifnya.
2.4 Jenis-jenis Kredit