Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Dan Kebijakan Moneter Terhadap Persetujuan Pemberian Kredit Modal Kerja Pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan

(1)

ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN DAN KEBIJAKAN

MONETER TERHADAP PERSETUJUAN PEMBERIAN

KREDIT MODAL KERJA PADA PT. BANK SUMUT

CABANG UTAMA MEDAN

TESIS

Oleh

HARTONO GINTING

087019022/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010

S E K

O L A H

P A

S C

A S A R JA N


(2)

ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN DAN KEBIJAKAN

MONETER TERHADAP PERSETUJUAN PEMBERIAN

KREDIT MODAL KERJA PADA PT. BANK SUMUT

CABANG UTAMA MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

HARTONO GINTING

087019022/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN DAN

KEBIJAKAN MONETER TERHADAP

PERSETUJUAN PEMBERIAN KREDIT MODAL KERJA PADA PT. BANK SUMUT CABANG UTAMA MEDAN

Nama Mahasiswa : Hartono Ginting Nomor Pokok : 087019022

Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui Komisi Pembimbing:

(Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Ak) Ketua

(Dr. Khaira Amalia F, SE. Ak, MBA) Anggota

Ketua Program Studi,

(Prof. Dr. Rismayani, SE., MS)

Direktur,

(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 10 Maret 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Ak Anggota : 1. Dr. Khaira Amalia F, SE.Ak, MBA

2. Prof. Dr. Rismayani, SE., MS 3. Dr. Isfenti Sadalia, ME 4. Drs. Syahyunan, M.Si


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul: “Analisis Pengaruh Rasio Keuangan dan Kebijakan Moneter terhadap Persetujuan Pemberian Kredit Modal Kerja pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan”.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya.

Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Februari 2010 Yang membuat pernyataan,

HARTONO GINTING NIM. 087019022/IM


(6)

ABSTRAK

PT. Bank Sumut adalah bank yang 59,95% sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan 40,05% dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten dan Kota se Provinsi Sumatera Utara dan mempunyai kantor cabang di setiap daerah tingkat II dan juga di Jakarta. PT Bank Sumut Cabang Utama Medan berada satu gedung dengan kantor pusat PT. Bank Sumut yaitu Jl. Imam Bonjol No. 18 Medan dan mempunyai 8 cabang pembantu. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1. Sejauhmana pengaruh Rasio Keuangan yang terdiri dari Current Ratio, Quick Ratio, Debt to Asset Ratio, Longterm Debt to Equity Ratio, Net Profit to Sales Ratio, Return on Investment, Return on Equity terhadap persetujuan pemberian kredit modal kerja pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan. 2. Sejauhmana Kebijakan Moneter yang terdiri dari BI Rate dan Tingkat Inflasi Kota Medan terhadap persetujuan pemberian kredit modal kerja pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh dari rasio keuangan dan kebijakan moneter terhadap persetujuan pemberian kredit modal kerja pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan. Teori yang digunakan adalah manajemen keuangan yang berkaitan dengan kredit dan ekonomi makro tentang kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan tingkat bunga dan inflasi.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh debitur yang kredit modal kerjanya disetujui selama bulan Januari sampai dengan Desember 2008 yang berjumlah 307 debitur. Sampel dipilih dengan menggunakan random sampling yang berjumlah 39 debitur. Alat uji statistik yang digunakan untuk menganalis data adalah analisis regresi linier berganda. Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen diuji dengan uji F dan uji t dengan tingkat kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi alpha 5%.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Rasio Keuangan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap rasio persetujuan pemberian kredit modal kerja, sedangkan secara parsial variabel yang berpengaruh signifikan adalah Return on Equity, Quick Ratio, Return on Investment, Longterm Debt to Equity Ratio dan Net Profit to Sales Ratio. Kebijakan moneter secara simultan berpengaruh signifikan terhadap persetujuan pemberian kredit modal kerja dan secara parsial yang berpengaruh signifikan adalah Tingkat Inflasi Kota Medan.


(7)

ABSTRACT

PT. Bank Sumut is a bank which 59.95% of its capital is owned by North Sumatra Province government, and 40.05% is owned by North Sumatera local government. The bank has a branch office in each of the local government area and also in Jakarta. The head office and Medan Main Branch of PT. Bank Sumut is at 18, Jl Imam Bonjol Medan. PT. Bank Sumut Medan main branch have 8 sub branches.

The formulation of the problems in this research are : 1. To which extent the effect of the financial ratios which consist of current ratio, quick ratio, dept to assets ratio, long term dept to equity ratio, net profit to sales ratio, return on Investment, return on equity to the agreement of working capital at PT. Bank Sumut Medan main branch. 2. To which entend the influence of monetary policy which consist of the BI Rate and the inflation of Medan city to the agreement of working capital at PT. Bank Sumut Medan main branch.

The aim of this research is to determine the effect of financial ratio and monetary policy, and the working capital approval at PT. Bank Sumut Medan main branch.

The population in this research are all debtors whose working capital loans approved during the month of January up to December 2008 which amounted to 307 debtors. The samples are selected using random sampling, amounting to 39 debitor. The types of this research is an associative or causal research. The hypothesis test is conducted by multiple linear regression. The statistical test equipment used to analyze the influence of independent variables on the dependent variables was tested with F test and t test at the 95% confidence level or significance level of 5% alpha.

The results of this research proved that the financial ratios simultaneously influence significantly to the approval ratio of working capital loans, and then partially variables which significantly effect them are return on equity, quick ratio, return on Investment, long term dept to equity ratio and net profit to sales ratio. The monetary policy simultaneously effected significantly to the approval ratio of working capital loan, and the inflation of Medan city partially affected it significantly.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur yang tiada habis-habisnya, penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan pertolongan-NYa sehingga pada akhirnya penulis berhasil menyelesaikan tesis ini.

Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Judul penelitian yang dilakukan penulis adalah: “Analisis Pengaruh Rasio Keuangan dan Kebijakan Moneter terhadap Persetujuan Pemberian Kredit Modal Kerja pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan”.

Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan moril dan materiil dari berbagai pihak dalam penyusunan tesis ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A.(K)., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B., M.Sc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Rismayani, SE., MS., selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus


(9)

sebagai Komisi Penguji yang telah memberikan saran dan masukan untuk perbaikan tesis ini.

4. Bapak Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Ak., selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak membantu dalam mengarahkan, membimbing dan memberikan saran-saran kepada penulis di dalam menyusun tesis ini. 5. Ibu Dr. Khaira Amalia F, SE. Ak, MBA., selaku Anggota Komisi

Pembimbing yang telah banyak membantu dalam mengarahkan, membimbing dan memberikan saran-saran kepada penulis di dalam menyusun tesis ini. 6. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Magister Ilmu

Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan sekaligus sebagai Komisi Penguji yang telah banyak memberikan saran-saran dan masukan untuk perbaikan tesis ini.

7. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME., selaku Komisi Penguji yang telah banyak memberikan saran-saran dan masukan untuk perbaikan tesis ini.

8. Bapak Direksi PT. Bank Sumut dan Pimpinan Cabang Utama Bank Sumut Jl. Imam Bonjol No. 18 Medan yang telah memberikan dispensasi kepada penulis untuk melakukan penelitian tesis ini.

9. Bapak Ir. Zulkifli Lubis, M.I.Komp., selaku Direktur Politeknik Negeri Medan yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk melanjutkan perkuliahan ke jenjang magister.

10.Bapak dan Ibu Dosen serta pegawai di Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.


(10)

11.Istri tercinta Dra. Suralit Brahmana dan anak tersayang Hendro S. Ginting, Harwandy Ginting dan Happy S. Ginting yang setia dan senantiasa memberikan semangat untuk terus berkarya dan berprestasi.

12.Kedua orang tua yang selalu memberikan dorongan moril sehingga dapat menyelesaikan Sekolah Pascasarjana ini.

13.Rekan-rekan mahasiswa Sekolah Pascasarjana USU khususnya angkatan XIV yang telah memberikan dukungan, perhatian, dan saran-saran yang sangat berarti bagi penulis.

14.Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan Sekolah Pascasarjana ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak keterbatasan yang dimiliki oleh penulis dalam menyelesaikan tesis ini, sehingga sangat diperlukan masukan-masukan dan saran yang sifatnya membangun. Namun demikian besar harapan penulis, tesis yang telah diselesaikan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Februari 2010


(11)

RIWAYAT HIDUP

Hartono Ginting dilahirkan di Barus Jahe pada tanggal 11 Agustus 1960 dari pasangan Bapak K. Ginting (Alm) dan Ibu K br Sitepu, sebagai anak kedua dari empat bersaudara menikah dengan Dra. Suralit Brahmana pada tanggal 30 November

1988 dan dikaruniai tiga orang anak yaitu Hendro S. Ginting, Harwandy Ginting dan Happy S. Ginting.

Pendidikan formal dimulai tahun 1967 di SD Negeri I Tiga Jumpa dan lulus tahun 1972, kemudian tahun 1973 dilanjutkan ke SMP Negeri Tiga Jumpa dan lulus tahun 1976 dan tahun 1977 sekolah di SMA Negeri III Medan dan lulus tahun 1980. Tahun 1980 di IKIP Negeri Medan pada jurusan Matematika dan lulus tahun 1994 dan tahun 1981 di Fakultas Ekonomi USU Program Studi Manajemen dan lulus tahun 1996. Pada tahun 2008 melanjutkan pendidikan di Program Studi Magister Ilmu Manjemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Pekerjaan sekarang adalah dosen pada Politeknik Negeri Medan mulai tahun 1989 sampai sekarang.

Medan, Februari 2010


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB I PENDAHULUAN... 1

I.1. Latar Belakang ... 1

I.2. Perumusan Masalah ... 7

I.3. Tujuan Penelitian ... 7

I.4. Manfaat Penelitian ... 7

I.5. Kerangka Berpikir... 8

I.6. Hipotesis ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 12

II.1. Penelitian Terdahulu... 12

II.2. Klasifikasi Kredit... 14

II.3. Prinsip-prinsip Pemberian Kredit ... 19

II.4. Analisis Pemberian Kredit... 21

II.5. Rasio Keuangan Sebagai Alat Manajemen ... 23

II.5.1. Rasio Kemampulabaan (Profitability Ratio) ... 24

II.5.2. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) ... 25


(13)

II.5.4. Rasio Efisiensi dan Efektivitas Penggunaan Dana

dan Biaya... 26

II.5.5. Rasio Solvabilitas ... 26

II.6. Penentuan Tingkat Bunga Kredit ... 27

II.7. Kondisi Ekonomi... 28

II.8. Risiko Inflasi pada kredit... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 32

III.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

III.2. Metode Penelitian... 32

III.3. Populasi dan Sampel ... 33

III.4. Metode Pengumpulan Data ... 34

III.5. Jenis dan Sumber Data ... 34

III.6. Identifikasi Variabel... 35

III.7. Definisi Operasional Variabel ... 35

III.7.1. Variabel Rasio Keuangan... 35

III.7.2. Variabel Kebijakan Moneter ... 40

III.7.3. Variabel Persetujuan Kredit ... 40

III.8. Metode Analisis Data... 41

III.9. Pengujian Hipotesis... 42

III.9.1. Uji F (Simultan) ... 42

III.9.2. Uji t (Parsial) ... 44

III.9.3. Koefisien Korelasi (R) dan Determinasi (R2) ... 45

III.10. Pengujian Asumsi Klasik ... 46

III.10.1. Uji Normalitas ... 46

III.10.2. Uji Multikolinieritas... 47

III.10.3. Uji Heteroskedastisitas... 48


(14)

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

IV.1 Hasil Penelitian ... 49

IV.1.1. Gambaran Umum PT. Bank Sumut ... 49

IV.1.2. Diskripsi Data Penelitian ... 51

IV.1.3. Pengujian Asumsi Klasik... 55

IV.1.3.1. Hasil Uji Normalitas ... 55

IV.1.3.2. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 57

IV.1.3.3. Hasil Uji Multikolinieritas ... 58

IV.1.3.4. Hasil Uji Autokorelasi ... 59

IV.1.4. Hasil Uji Hipotesis 1... 60

IV.1.5. Hasil Uji Hipotesis 2... 68

IV.2. Pembahasan... 73

IV.2.1. Pembahasan Hasil Uji Simultan Rasio Keuangan dengan Kredit Modal Kerja... 73

IV.2.2. Pembahasan Hasil Uji Parsial Rasio Keuangan dengan Kredit Modal Kerja... 75

IV.2.3. Pembahasan Hasil Uji Simultan Kebijakan Moneter dengan Rasio Kredit Modal Kerja... 78

IV.2.4. Pembahasan Hasil Uji Parsial Kebijakan Moneter dengan Rasio Kredit Modal Kerja... 78

BAB V. KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN... 80

V.1. Kesimpulan... 80

V.2. Keterbatasan Penelitian ... 80

V.3. Saran ... 81


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

III.1. Definisi Operasional Variabel ... 41

IV.1 Statistik Deskriptif Data Penelitian ... 52

IV.2 Hasil Uji Multikolinieritas ... 58

IV.3. Hasil Uji Autokorelasi... 59

IV.4. Hasil Uji Determinasi Rasio Keuangan dengan Kredit Modal Kerja... 60

IV.5. Hasil Uji F Rasio Keuangan dengan Kredit Modal Kerja... 61

IV.6 Hasil Uji t Rasio Keuangan dengan Kredit Modal Kerja... 62

IV.7. Hasil Uji Determinasi Kebijakan Moneter dengan Kredit Modal Kerja ... 68

IV.8. Hasil Uji F Kebijakan Moneter dengan Kredit Modal Kerja ... 69

IV.9. Hasil Uji t Rasio Kebijakan Moneter dengan Kredit Modal Kerja ... 70


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

I.1. Kerangka Berpikir ... 10

II.1. Arus Modal Kerja pada Perusahaan Dagang... 15

II.2. Arus Modal Kerja pada Perusahaan Produksi ... 15

II.3. Arus Modal Kerja pada Perusahaan Investasi ... 17

IV.1. Hasil Uji Normalitas... 55

IV.2. Hasil Uji Normalitas (P-P Plots) ... 56


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman 1. Data Penelitian pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan…. 85 2. Hasil Uji Asumsi Klasik dengan SPSS………. 86 3. Hasil Pengujian Hipotesis dengan SPSS………... 88 4. Surat-surat Penelitian………. 91


(18)

ABSTRAK

PT. Bank Sumut adalah bank yang 59,95% sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan 40,05% dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten dan Kota se Provinsi Sumatera Utara dan mempunyai kantor cabang di setiap daerah tingkat II dan juga di Jakarta. PT Bank Sumut Cabang Utama Medan berada satu gedung dengan kantor pusat PT. Bank Sumut yaitu Jl. Imam Bonjol No. 18 Medan dan mempunyai 8 cabang pembantu. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1. Sejauhmana pengaruh Rasio Keuangan yang terdiri dari Current Ratio, Quick Ratio, Debt to Asset Ratio, Longterm Debt to Equity Ratio, Net Profit to Sales Ratio, Return on Investment, Return on Equity terhadap persetujuan pemberian kredit modal kerja pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan. 2. Sejauhmana Kebijakan Moneter yang terdiri dari BI Rate dan Tingkat Inflasi Kota Medan terhadap persetujuan pemberian kredit modal kerja pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh dari rasio keuangan dan kebijakan moneter terhadap persetujuan pemberian kredit modal kerja pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan. Teori yang digunakan adalah manajemen keuangan yang berkaitan dengan kredit dan ekonomi makro tentang kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan tingkat bunga dan inflasi.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh debitur yang kredit modal kerjanya disetujui selama bulan Januari sampai dengan Desember 2008 yang berjumlah 307 debitur. Sampel dipilih dengan menggunakan random sampling yang berjumlah 39 debitur. Alat uji statistik yang digunakan untuk menganalis data adalah analisis regresi linier berganda. Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen diuji dengan uji F dan uji t dengan tingkat kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi alpha 5%.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Rasio Keuangan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap rasio persetujuan pemberian kredit modal kerja, sedangkan secara parsial variabel yang berpengaruh signifikan adalah Return on Equity, Quick Ratio, Return on Investment, Longterm Debt to Equity Ratio dan Net Profit to Sales Ratio. Kebijakan moneter secara simultan berpengaruh signifikan terhadap persetujuan pemberian kredit modal kerja dan secara parsial yang berpengaruh signifikan adalah Tingkat Inflasi Kota Medan.


(19)

ABSTRACT

PT. Bank Sumut is a bank which 59.95% of its capital is owned by North Sumatra Province government, and 40.05% is owned by North Sumatera local government. The bank has a branch office in each of the local government area and also in Jakarta. The head office and Medan Main Branch of PT. Bank Sumut is at 18, Jl Imam Bonjol Medan. PT. Bank Sumut Medan main branch have 8 sub branches.

The formulation of the problems in this research are : 1. To which extent the effect of the financial ratios which consist of current ratio, quick ratio, dept to assets ratio, long term dept to equity ratio, net profit to sales ratio, return on Investment, return on equity to the agreement of working capital at PT. Bank Sumut Medan main branch. 2. To which entend the influence of monetary policy which consist of the BI Rate and the inflation of Medan city to the agreement of working capital at PT. Bank Sumut Medan main branch.

The aim of this research is to determine the effect of financial ratio and monetary policy, and the working capital approval at PT. Bank Sumut Medan main branch.

The population in this research are all debtors whose working capital loans approved during the month of January up to December 2008 which amounted to 307 debtors. The samples are selected using random sampling, amounting to 39 debitor. The types of this research is an associative or causal research. The hypothesis test is conducted by multiple linear regression. The statistical test equipment used to analyze the influence of independent variables on the dependent variables was tested with F test and t test at the 95% confidence level or significance level of 5% alpha.

The results of this research proved that the financial ratios simultaneously influence significantly to the approval ratio of working capital loans, and then partially variables which significantly effect them are return on equity, quick ratio, return on Investment, long term dept to equity ratio and net profit to sales ratio. The monetary policy simultaneously effected significantly to the approval ratio of working capital loan, and the inflation of Medan city partially affected it significantly.


(20)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Dengan semakin berkembangnya suatu kegiatan perekonomian maka diperlukan sumber-sumber penyediaan dana guna membiayai kegiatan usaha yang semakin berkembang tersebut. Dengan demikian dana yang diperlukan untuk suatu kegiatan usaha dapatlah disebut juga sebagai faktor produksi yang sejajar dengan faktor-faktor produksi yang lainnya seperti tenaga kerja, peralatan mesin-mesin, bahan baku, kemampuan teknologi, manajemen dan lain-lain. Adapun sumber utama dari dana tersebut adalah Bank.

Aktivitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat luas yang dikenal dengan istilah perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana dari masyarakat luas. Setelah memperolah dana dalam bentuk simpanan dari masyarakat, maka oleh perbankan dana tersebut disalurkan kembali atau dijualkan kembali ke masyarakat dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan istilah kredit (lending). Dalam pemberian kredit juga dikenakan jasa pinjaman kepada penerima kredit (debitur) dalam bentuk bunga dan biaya administrasi. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah dapat berdasarkan bagi hasil atau penyertaan modal.


(21)

Besarnya bunga kredit sangat dipengaruhi oleh besarnya bunga simpanan. Semakin besar atau semakin mahal bunga simpanan, maka semakin besar pula bunga pinjaman dan demikian pula sebaliknya.

Di samping bunga simpanan pengaruh besar kecil bunga pinjaman juga dipengaruhi oleh keuntungan yang diambil, biaya operasi yang dikeluarkan, cadangan risiko kredit macet, pajak serta pengaruh lainnya. Jadi dapat dikatakan bahwa kegiatan menghimpun dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) ini merupakan kegiatan utama perbankan.

Keuntungan utama dari bisnis perbankan yang berdasarkan prinsip konvensional diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan kepada penyimpan dengan bunga pinjaman atau kredit yang disalurkan. Keuntungan dari selisih bunga ini di bank dikenal dengan istilah spread based. Apabila suatu bank mengalami suatu kerugian dari selisih bunga, di mana suku bunga simpanan lebih besar dari suku bunga kredit, maka istilah ini dikenal dengan nama negatif spread.

Bank Indonesia (BI) mengakui pendapatan bunga bersih (Net Interest Margin atau NIM) rata-rata perbankan nasional belum efisien dan dinilai masih tinggi dibandingkan dengan sebelum krisis tahun 1998. Menurut Deputi Gubernur Senior BI, Darmin Nasution sebelum krisis ditahun tersebut, NIM perbankan nasional rata-rata 350 basis poin atau sekitar 3,50%. Pada saat ini NIM perbankan nasional adalah di atas 600 basis poin atau di atas 6% sehingga jauh di atas NIM dari negara-negara tetangga kita yang rata-rata NIM nya di bawah 350 basis poin. Peningkatan NIM perbankan nasional saat ini disebabkan karena banyak sekali kredit yang macet


(22)

akibatnya resiko bertambah yang mendorong bunga kredit bertambah. Deputi Gubernur itu mengatakan, untuk menurunkan NIM perbankan diantaranya dengan mendorong pendapatan di luar bunga (fee base income) perbankan, saat ini fee base income perbankan masih kecil, maka porsi peningkatan fee base income harus dilakukan, agar tidak ada biaya membayar bunga”. Selain tingginya NIM, bunga kredit perbankan nasional masih tinggi yang disebabkan biaya dana (cost of fund bank) juga masih tinggi (Harian Analisa, Senin 31-8-2009).

Akibat krisis Moneter yang terjadi pada tahun 1998 masih terasa dampaknya pada kegiatan perekonomian Indonesia sampai saat ini dan pada tahun 2008 krisis kembali melanda bukan saja perekonomian Indonesia tapi seluruh dunia yang dikenal dengan krisis global. Akibat krisis tersebut banyak perusahaan mengalami kebangkrutan dan berdampak lebih lanjut kepada sektor perbankan, khususnya bidang perkreditan yaitu dalam bentuk kredit bermasalah atau kredit macet. Namun di sisi lain ternyata masih terdapat pula perusahaan-perusahaan yang mampu menjalankan usahanya serta mampu untuk menyelesaikan kewajibannya kepada Bank. Menurut data dari Bank Indonesia bahwa Non Performing Loan (NPL) perbankan nasional 2008 adalah sebesar 4% sedangkan tahun 2009 diprediksi mencapai 5% sedangkan NPL perbankan Sumut pada triwulan pertama 2009 dinilai masih cukup aman yaitu mencapai 3,63% di tengah terjadinya penurunan kinerja perusahaan akibat krisis global (Harian Analisa, Senin 11 Mei 2009).

Proses jangka perkreditan akan selalu dihadapkan hal-hal untuk masa yang akan datang yang serba tidak pasti, oleh karena itu pihak perbankan selalu dituntut


(23)

kemampuan untuk memperkirakan kejadian-kejadian yang akan berlangsung pada masa-masa yang akan datang, misalnya bagaimana kegiatan perekonomian yang akan datang, sebagai contoh bagaimana kebijakan moneter khususnya kebijakan bunga (BI Rate) yang berpengaruh terhadap bunga kredit maupun bunga simpanan. Demikian juga tentang kebijakan pemerintah mengenai tingkat inflasi dan nilai tukar rupiah, bagaimana perkembangan teknologi di masa akan datang dan seterusnya, semuanya itu harus dapat dirumuskan dan diperkirakan dengan cermat pada saat analisa kredit.

Untuk mengatasi resiko bisnis perbankan yang demikian kompleks, bank harus secara cermat dan akurat dalam memperhitungkan tentang kemungkinan terjadinya berbagai resiko. Perhitungan tersebut dapat berupa evaluasi terhadap setiap keputusan kredit yang diberikan kepada calon debitur, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif.

Evaluasi kredit secara kualitatif merupakan proses penilaian terhadap kualitas manajemen calon debitur tentang strategi pemasaran, rencana jangka pendek dan jangka panjang. Selain hal tersebut di atas, unsur ketaatan terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berlaku seperti: segala bentuk perizinan usaha yang dimiliki calon debitur dan perpajakan, serta referensi dari bank lain atau bank sebelumnya juga turut dievaluasi dalam prinsip kehati-hatian bisnis bank. Evaluasi kuantitatif merupakan proses penilaian terhadap laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut dapat berupa laporan masa lalu, sekarang maupun masa yang akan datang (proyeksi). Laporan keuangan calon debitur tersebut dianalisis dengan menggunakan teknik rasio keuangan.


(24)

Hal ini perlu dilakukan, karena dengan rasio keuangan pihak bank dapat memprediksi usaha calon debitur. Angka-angka rasio dari laporan keuangan calon debitur dapat digunakan oleh pihak bank untuk menilai kondisi keuangan perusahaan. Penilaian ini penting untuk mengetahui tentang kondisi perusahaan dari aspek keuangan, sebagai dasar dalam pengambilan keputusan kredit. Pada proses evaluasi ini para pejabat kredit dituntut untuk bertindak secara cermat dan hati-hati sebelum kredit diputuskan. Dengan demikian informasi laporan keuangan diperlukan oleh para analis kredit dan pengambilan keputusan kredit. Penilaian yang bersifat kuantitatif merupakan penilaian terhadap laporan keuangan dari calon debitur. Laporan keuangan calon debitur tersebut dianalisa dengan menggunakan rasio keuangan yaitu likuiditas, Solvabilitas dan Rentabilitas/Profitabilitas.

PT. Bank Sumut adalah bank pemerintah daerah yang kepemilikannya adalah 59,95% dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan 40,05% dimiliki oleh Pemerintah Kota dan Kabupaten. Pada rapat dengar pendapat dengan Komisi C DPRD Sumut Selasa 12 Mei 2009 Dirut Bank Sumut Gus Irawan Pasaribu melaporkan bahwa kinerja keuangan Bank Sumut yang cenderung menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan dari tahun ke tahun. Total asset per Desember 2007 tercatat sebesar Rp. 8,826 triliun dan meningkat menjadi Rp. 10,923 triliun pada Desember 2008, jauh meningkat dibanding aset tahun 2004 yang baru sebesar Rp. 3,568 triliun. Laba sebelum pajak tahun 2008 tercatat sebesar Rp. 375,616 miliar atau naik cukup besar dibanding posisi 2007 yang hanya Rp. 289,551 miliar, sementara laba bersih tercatat sebesar Rp. 236,950. Gus Irawan


(25)

juga mengungkapkan, Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Sumut yang pada tahun 2008 mencapai 84,13 persen, di mana dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun sebesar Rp. 7,651 triliun dengan total kredit yang disalurkan Rp. 6,399 triliun. NPL bank itu tahun 2008 juga terus membaik dengan besaran 0,99 persen dari sebesar 4,31 pada tahun 2004, 4,32 persen pada 2005; 2,62 persen pada 2006; 2,01 persen pada 2007. Secara keseluruhan kinerja Bank Sumut sangat menggembirakan dengan Capital Adequency Ratio (CAR) yang tercatat sebesar 16,82 persen.

Sementara periode 2004-2008 Bank Sumut juga melakukan “write off “ kredit macet sebesar Rp. 204,661 miliar dengan jumlah penagihan kredit macet selama periode yang sama sebesar Rp. 440,887 miliar, sementara total kredit macet sendiri tercatat sekitar dua persen dari kredit yang disalurkan (Harian Analisa, Rabu 13 Mei 2009).

Jadi walaupun sudah dilaksanakan prosedur pemberian kradit yang cukup ketat dan prudential ternyata tingkat kredit bermasalah masih ada, seperti dari data di atas bahwa kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) PT. Bank Sumut ada sebesar 3,315% angka ini dapat dikatakan baik karena masih di bawah NPL perbankan nasional yang sebesar 4%.


(26)

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Sejauhmana pengaruh Rasio Keuangan yang terdiri dari Current Ratio, Quick Ratio, Debt to Asset Ratio, Longterm Debt to Equity Ratio, Net Profit to Sales Ratio, Return on Investment, Return on Equity terhadap persetujuan pemberian kredit modal kerja pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan?

2. Sejauhmana Kebijakan Moneter yang terdiri dari BI Rate, Tingkat Inflasi Kota Medan terhadap persetujuan pemberian kredit modal kerja pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan?

I.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bukti empiris tentang:

1. Pengaruh Rasio Keuangan yang terdapat pada laporan keuangan calon debitur terhadap persetujuan pemberian kredit modal kerja yang diambil oleh bank.

2. Pengaruh Kebijakan Moneter terhadap persetujuan pemberian kedit modal kerja yang diambil oleh bank.

I.4. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi kepada bank dan calon debitur tentang variabel-variabel apa saja yang berpengaruh terhadap persetujuan pemberian kredit modal kerja


(27)

dan seberapa besar variabel-variabel tersebut berpengaruh terhadap persetujuan pemberian kredit modal kerja.

2. Memberikan bukti empiris bagi kepentingan akademik tentang penggunaan rasio keuangan sebagai informasi dalam persetujuan pemberian kredit modal kerja oleh bank.

3. Memberikan bukti empiris bagi kepentingan akademik tentang kebijakan moneter sebagai bahan pertimbangan dalam persetujuan pemberian kredit modal kerja oleh bank.

I.5. Kerangka Berpikir

Dalam setiap bentuk usaha selalu dihadapkan pada risiko, hal ini sudah merupakan suatu yang biasa di manapun selalu terdapat adanya risiko, walaupun satu sama lainnya mempunyai bobot yang berbeda. Begitu juga dalam pemberian kredit ada terkandung risiko kredit sehingga perlu dipahami tentang proses perencanaan kredit agar kredit yang diberikan kepada debitur akan memberikan risiko yang minimal. Muljono (2000) menyatakan bahwa ada enam bentuk resiko yang harus dipahami dalam manajemen kredit yaitu risiko dari sifat usaha, risiko geografis, risiko politik, risiko ketidakpastian (Uncertainty), risiko inflasi dan resiko persaingan.

Untuk meminimalkan risiko dalam pemberian kredit kepada debitur, maka pemberian kredit harus dilaksanakan secara prudential dan memperhatikan sepenuhnya prinsip-prinsip perkreditan yang sehat. Beberapa aspek yang perlu


(28)

diperhatikan dalam pemberian kredit seperti aspek yuridis, aspek pemasaran, aspek teknis, aspek keuangan, aspek manajemen dan aspek jaminan.

Dalam pemberian kredit, aspek keuangan adalah salah satu yang menjadi pusat perhatian pihak bank adalah menganalisa rasio-rasio keuangan yang terdapat pada laporan keuangan seperti neraca dan laporan laba rugi dari calon debitur, karena rasio-rasio keuangan merupakan indikator yang dapat digunakan untuk memprediksi keadaan suatu perusahaan. Untuk menghindari kredit macet, menurut Kasmir (2002) maka pihak bank harus selalu memperhatikan prinsip-prinsip pemberian fasilitas kredit yang meliputi penganalisisan terhadap character, capacity, capital, collateral and condition of economic.

Kondisi ekonomi suatu negara baik nasional maupun domestik dapat dilihat dari kebijakan moneter negara tersebut seperti tinggi rendahnya tingkat suku bunga yang dikeluarkan oleh bank sentralnya, kebijakan tentang jumlah uang yang beredar demikian juga tingkat inflasi, semakin tinggi inflasi menunjukan kondisi ekonomi semakin tidak stabil. Akibat kondisi ekonomi yang tidak stabil seperti krisis moneter dan krisis global mengakibatkan kredit macet.

Menurut Muljono (2000) bahwa kondisi ekonomi adalah situasi dan kondisi politik, sosial ekonomi, budaya dan lain-lain yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat maupun kurun waktu tertentu yang kemungkinannya akan dapat mempengaruhi kelancaran usaha dari perusahaan yang memperoleh kredit. Adapun maksud penilaian terhadap kondisi ekonomi adalah untuk mengetahui sampai sejauhmana kondisi-kondisi yang mempengaruhi perekonomian suatu negara/daerah yang akan memberikan dampak positif maupun negatif terhadap perusahaan yang memperoleh kredit tersebut.


(29)

Variabel penelitian terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas (Independent variable) dan satu variabel terikat (Dependet variable). Variabel bebas adalah Rasio Keuangan yang terdiri dari Current Ratio, Quick Ratio, Debt to Asset Ratio, Longterm Debt to Equity Ratio, Net Profit to Sales Ratio, Return on Invesment, Return On Equity dan Kebijakan Moneter yang terdiri dari BI Rate dan Tingkat Inflasi Kota Medan sedangkan variabel terikat adalah persetujuan pemberian kredit modal kerja yaitu perbandingan antara jumlah kredit modal kerja yang disetujui oleh bank dengan jumlah kredit modal kerja yang dimohon oleh calon krditur.

Hubungan antara variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

sebagai berikut :

Gambar I.1. Kerangka Berpikir Rasio Keuangan:

Current Ratio Quick Ratio

Debt to Asset Ratio Longterm Debt to Sales Net Profit to Sales Ratio Return On Investment Return On Equity

Kebijakan Moneter BI Rate

Tingkat Inflasi Kota Medan

Persetujuan Pemberian Kredit


(30)

I.6. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:

1. Rasio Keuangan yang terdiri dari Current Ratio, Quick Ratio, Debt to Asset Ratio, Longterm Debt to Equity Ratio, Net Profit to Sales Ratio, Return on Investment, Return On Equity berpengaruh terhadap persetujuan pemberian kredit modal kerja pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan.

2. Kebijakan Moneter yang terdiri dari BI Rate dan Tingkat Inflasi Kota Medan berpengaruh terhadap persetujuan pemberian kredit modal kerja pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan.


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah ilmu yang dalam cara berpikir menghasilkan kesimpulan berupa ilmu pengetahuan yang dapat diandalkan, dalam proses berfikir menurut langkah-langkah tertentu yang logis dan didukung oleh fakta empiris. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang telah dilakukan oleh:

Gulo (2005) dengan judul penelitian Pengaruh Informasi Akuntansi dan Bukan Akuntansi terhadap Persetujuan Kredit Yasa Griya pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Kantor Cabang Medan dengan variabel bebas Informasi Akuntansi yang terdiri dari Current Ratio, Quick Ratio, Cash Ratio, Debt To Equity Ratio, Current Liabilitas to Networth, Sales Margin, Net Operating Margin, Return on Investment, Return on Equity dan Informasi Bukan Akuntansi terdiri dari Jaminan, Porsi Pembiayaan, Calon Konsumen, Umur Perusahaan, Reputasi Bisnis, Pengalaman Manajemen, sedangkan variabel terikat adalah persetujuan kredit. Objek penelitian adalah permohonan fasilitas kredit Yasa Griya yang diterima dan disetujui Bank BTN Cabang Medan selama periode 2002-2004. Pengujian dilakukan dengan regresi linier berganda dan hasilnya adalah bahwa informasi akuntansi dan bukan akuntansi secara simultan berpengaruh terhadap persetujuan kredit Yasa Griya. Secara parsial tidak terdapat diantara variabel informasi akuntansi yang berpengaruh terhadap persetujuan


(32)

kredit Yasa Griya, sedangkan informasi bukan akuntansi yang berpengaruh terhadap persetujuan kredit Yasa Griya adalah porsi pembiayaan dan calon konsumen.

Suroso (2003) dengan judul penelitian Pengaruh Informasi Akuntansi terhadap Pengambilan Keputusan Kredit pada PT. Bank Mandiri Tbk Cabang Medan Imam Bonjol dan Variabel Bebas Informasi Akuntansi (X1) dan Informasi Non Akuntansi (X2) sedangkat Variabel Terikat adalah Keputusan Pemberian Kredit (Y) dan hasilnya adalah Informasi akuntansi secara parsial memiliki pengaruh di dalam pengambilan keputusan pemberian kredit pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Medan Imam Bonjol. Informasi non akuntansi secara parsial memiliki pengaruh di dalam pengambilan keputusan pemberian kredit pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk cabang Medan Imam Bonjol. Informasi akuntansi dan Informasi non Akuntansi secara simultan memiliki pengaruh di dalam pengambilan keputusan pemberian kredit pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Medan Imam Bonjol. Hasibuan (2003) dengan judul penelitian Pengaruh Informasi Akuntansi terhadap Keputusan pemberian Fasilitas Kredit Modal Kerja pada Bank Bumi Putera cabang Medan dan menggunakan variabel bebas Informasi Akuntansi (X1) dan Informasi Non Akuntansi (X2) sedangkan variabel kredit Modal Kerja (Y) dan hasilnya adalah informasi akuntansi dan non akuntansi secara simultan tidak berpengaruh terhadap pengambilan keputusan pemberian fasilitas kredit modal kerja pada Bank Bumi Putera cabang Medan. Secara parsial informasi yang berpengaruh terhadap tingkat kolektibilitas kredit modal kerja adalah likuiditas, struktur modal dan


(33)

skala usaha, sedangkan yang tidak berpengaruh adalah kelayakan usaha, perputaran piutang dan perputaran persediaan.

II.2. Klasifikasi Kredit

Sejalan dengan luasnya variasi dan jenis-jenis kegiatan usaha yang ada dalam sistem perekonomian di masyarakat, ternyata juga membawa pengaruh kepada variasi dari jenis-jenis kredit yang disediakan oleh perbankan. Dalam klasifikasi ini bentuk perkreditan dapat dilihat dari obyek yang dibiayai kredit tersebut antara lain (Muljono, 2000):

a. Kredit untuk modal kerja, yaitu kredit yang diberikan oleh bank kepada debiturnya untuk memenuhi kebutuhan modal kerjanya. Kriteria dari modal kerja yaitu kebutuhan kebutuhan modal yang habis dalam satu cyle usahanya, hal ini kalau dilihat dalam neraca satu perusahaan akan uang kas/bank ditambah dengan piutang dagang ditambah dengan persediaan baik persediaan barang jadi, persediaan bahan dalam proses, persediaan bahan baku. Arus modal kerja ini secara diagram dapat digambarkan sebagai berikut:


(34)

Sumber: Manajemen Perkreditan, Muljono (2000)

Gambar II.1. Arus Modal Kerja pada Perusahaan Dagang

Perputaran dari uang kas kemudian dibelikan bahan dan yang diperdagangkan kemudian menjadi piutang dagang dan akhirnya menjadi uang kas lagi disebut sebagai satu cycle usaha.

Sumber: Manajemen Perkreditan, Muljono (2000)

Gambar II.2. Arus Modal Kerja pada Perusahaan Produksi Barang-barang

yang diperdagangkan

Piutang Dagang Ditagih

Dijual

Piutang Dagang Ditagih

Uang Kas Bank

Uang Kas Bank

Bahan-bahan Baku Bahan Pembantu Tenaga Kerja Biaya

Tidak Langsung dan Lain-lain

Barang Jadi


(35)

Dalam proses untuk kegiatan industri tersebut jalurnya bertambah panjang yaitu adanya proses pabrikasi dari bahan baku dan bahan pembantu menjadi barang jadi. Secara lebih spesifik bentuk kredit modal kerja ini antara lain:

1. Untuk perdagangan, antara lain: Kredit leveransir.

Kredit ekspor.

Kredit untuk pertokoan dan seterusnya. 2. Untuk bidang industri:

Kredit modal kerja pabrik makanan.

Kredit modal kerja pabrik tekstil dan seterusnya. 3. Untuk bidang perkebunan:

Kredit untuk membeli pupuk.

Kredit untuk membeli obat-obatan anti hama dan seterusnya. 4. Kredit untuk kontraktor bangunan.

5. Kredit modal kerja untuk pembengkelan/service station dan seterusnya.

b. Kredit Investasi, yaitu kredit-kredit yang dikeluarkan oleh perbankan untuk pembelian barang-barang modal yaitu tidak habis dalam satu cycle, maksudnya proses dari satu pengeluaran uang kas dan kembali menjadi uang kas tersebut akan memakan jangka waktu yang cukup panjang setelah melalui beberapa kali perputaran. Misalnya seorang debitur mendapatkan kredit untuk mendirikan pabrik, atau mesin atau alat-alat angkutan ataupun barang modal lainnya. Uang kas yang dikeluarkan untuk membeli barang-barang modal tersebut akan baru


(36)

dapat terhimpun kembali setelah melalui proses depresiasi sesuai jangka jangka waktu ekonomisnya (economical useful life) yang mana dana depresiasi yang berupa out pocket tersebut dikumpulkan, mungkin akan memakan waktu 5 tahun sampai dengan 20 tahun atau lebih.

Proses ini dapat digambar sebagai berikut:

Sumber: Manajemen Perkreditan, Muljono (2000)

Gambar II.3. Arus Modal Kerja pada Perusahaan Investasi

Jadi ada dua ciri pokok dari kredit investasi yaitu: barang yang akan dibeli merupakan barang-barang modal dan jangka waktunya cukup lama. Ada berbagai kekhususan dari kredit investasi ini misalnya untuk sektor perkebunan. Jumlah uang kas yang dikeluarkan untuk pembangunan suatu perkebunan yaitu mulai pembibitan, pembuatan bedeng-bedeng, pananaman bibit, pemeliharaan sampai dengan tanaman tersebut siap dipanen hasilnya secara ekonomis dapat dikapitalisir sebagai kredit investasi. Sedangkan biaya-biaya yang dikeluarkan setelah itu diklasifikasikan pada kredit modal kerja. Jadi walaupun bentuk pengeluarannya sama persis tetapi

Uang

Kas Barang barang

Modal Depresiasi

Akkumulasi Depresiasi


(37)

diperlukan secara berbeda antara saat sebelum menghasilkan dan saat setelah menghasilkan secara ekonomis.

Bentuk-bentuk yang lebih spesifik dari kredit investasi ini antara lain kredit-kredit uang dikeluarkan untuk:

1. Membeli tanah baik tanah untuk industri, tanah untuk pertambangan, maupun tanah untuk perkebunan dan lain-lain.

2. Membeli mesin-mesin, alat-alat angkutan, peralatan-peralatan produksi dan lain-lain.

3. Mendirikan bangunan gedung pabrik, bangunan hotel, rumah sakit, gudang perkantoran, proyek pertokoan dan lain-lain.

4. Menanam tanaman-tanaman keras pada perkebunan sampai menghasilkan secara ekonomis.

5. Membangun sebuah kapal, pesawat terbang, peralatan-peralatan kerja yang akan dipakai sendiri.

Perlu berhati-hati di dalam mengklasifikasikan antara dua jenis pengeluaran yang bentuknya sama yaitu untuk pembelian barang modal tetapi yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai kredit investasi. Misal untuk perusahaan real estate, mereka membeli tanah puluhan hektar dan mendirikan bangunan-bangunan di atasnya, karena sifatnya tidak dipakai untuk sendiri maka keperluan pembelian barang barang modal di atas dapat diklasifikasikan untuk dibiayai dengan kredit modal kerja. Begitu juga untuk dealer mobil dan mesin-mesin maupun alat-alat berat. Walaupun bentuknya sama barang modal namun karena tidak dipakai untuk keperluan sendiri maka


(38)

pembiayaan ini dapat juga diberikan kredit modal kerja, seperti halnya juga untuk para kontraktor yang akan membangun gedung-gedung, jembatan, jalan seterusnya dapat juga dibiayai dengan kredit modal kerja. Baik pada kredit kerja maupun kredit investasi sasarannya adalah usaha-usaha yang bersifat mengejar laba (profit motive). Jadi fungsi kredit yang diberikan tersebut sesuai dengan sifat murni dari pengertian kredit di sini sebagai faktor produksi.

c. Personal Loan

Ada juga bentuk kredit yang diberikan kepada perorangan bukan dalam rangka untuk mendapatkan laba tetapi untuk pemenuhan kebutuhan konsumtif, yaitu disebut sebagai personal loan di atas. Kredit ini diberikan biasanya untuk pembelian alat-alat rumah tangga seperti televisi, kursi tamu, tempat tidur, alat-alat dapur, sampai dengan mobil bahkan untuk pembelian rumah.

II.3. Prinsip-prinsip Pemberian Kredit

Untuk menghindari fasilitas kredit modal kerja yang akan diberikan menjadi bermasalah, pihak bank harus selalu memperhatikan prinsip-prinsip pemberian fasilitas kredit modal kerja. Prinsip-prinsip pemberian fasilitas kredit modal kerja merupakan yang meliputi penganalisisan terhadap character, capacity, capital, collateral and condition of economic yang dikenal dengan prinsip 5’C. Kasmir (2002) menjelaskan sebagai berikut:

a. Character, adalah sifat atau watak seseorang dalam hal ini calon debitur. Tujuan benar-benar dapat dipercaya. Keyakinan ini tercermin dari latar belakang calon


(39)

debitur baik latar belakang usaha yang dikelola maupun pribadi seperti: ukuran untuk menilai kemauan debitur untuk mengembalikan fasilitas kredit yang telah diterima dengan cara yang wajar.

b. Capacity, untuk melihat kemampuan calon debitur dalam menyelesaikan fasilitas yang dikaitkan dengan kemampuan mengelola usaha dalam menghasilkan keuntungan sehingga pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam melunasi seluruh kewajiban sehubungan dengan penerimaan fasilitas kredit.

c. Capital, dalam pemberian fasilitas kredit, kreditur menuntut agar calon debitur menyediakan sejumlah dana sebagai modal sendiri untuk membiayai suatu proyek atau aktivitas usaha, dengan penyediaan dana sendiri berarti calon debitur akan merasa memiliki proyek atau usaha yang akan dibiayai sehingga timbul tanggung jawab untuk mengelola dengan baik dengan penyediaan dana sendiri bank dapat mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki calon debitur terhadap usaha.

d. Collateral, merupakan jaminan yang diberikan calon debitur baik bersifat fisik maupun bukan fisik jaminan hendaknya melebihi jumlah fasilitas yang diberikan jaminan yang diterima kreditur harus dilihat aspek legalitasnya, sehingga bila terjadi suatu masalah, jaminan dapat dengan mudah dicairkan fungsi jaminan merupakan the second way out. Terhadap fasilitas yang diberikan artinya jaminan akan dicairkan bila berbagai cara untuk penyelesaian kredit tidak berhasil dilakukan maka pencairan jaminan merupakan jalan terakhir yang tidak bisa dihindari.


(40)

e. Condition of Economic, dalam menilai pemberian fasilitas kredit hendaknya juga menilai kondisi ekonomi sekarang dan akan datang sesuai dengan sektor ekonomi yang akan dibiayai dalam kondisi ekonomi yang kurang stabil sebaiknya pemberian fasilitas kredit untuk sektor tertentu tidak diberikan terlebih dahulu dan kalaupun jadi diberikan sebaiknya memperhatikan prospek usaha pada masa akan datang dengan ketat.

II.4. Analisis Pemberian Kredit

Dalam pelaksanaan pemberian kredit kepada nasabahnya, bank dihadapkan pada masalah yang cukup kompleks seperti kepada siapa kredit diberikan, apakah calon nasabah debitur mampu mengembalikan utang pokoknya dengan bunga serta kewajiban lainnnya, berapa jumlah (plafond, kredit maksimum) yang layak untuk diberikan, apakah kredit yang akan diberikan cukup aman atau resikonya kecil. Selain masalah-masalah umum yang harus dipecahkan oleh perbankan dalam pemberian kredit, maka perbankan juga dihadapkan masalah-masalah yang sifatnya sangat khusus yang menyangkut kegiatan usaha dan karakter dari calon debitur. Perkreditan mempunyai masalah yang bersifat “kasuistis” yang artinya masing-masing debitur mempunyai permasalahan yang sangat spesifik, oleh karena itu diperlukan adanya pendekatan dan penanganan satu nasabah dengan nasabah lainnya. Menurut Muljono (2000) dalam pemberian kredit, pihak bank minimal mengadakan analisa beberapa aspek dari calon debiturnya, yaitu:


(41)

II.4.1. Aspek Yuridis

Dalam proses analisa suatu permohonan kredit, maka aspek yuridis (legal aspect) mempunyai kedudukan yang strategis dan merupakan aspek yang terpenting diantara aspek-aspek lainnya. Karena walaupun semua aspek yang ada cukup layak (feasiable) tetapi aspek yuridis tidak sah maka semua ikatan perjanjian kredit antara bank dengan debitur dapat gugur, dan pada akhirnya pihak bank akan mengalami kesulitan dalam kredit yang telah diberikan.

II.4.2. Aspek Pemasaran

Pemasaran bagi setiap kegiatan usaha merupakan faktor yang sangat penting untuk mencapai tujuannya dalam mendapatkan laba sesuai dengan yang direncanakan. Kemampuan untuk memproduksi suatu barang atau jasa tidak akan ada artinya jika tidak ada kemampuan untuk memasarkannya, jadi “costumer oriented” lebih menonjol dibandingkan dengan “production oriented”.

II.4.3. Aspek Jaminan

Jaminan kredit (collateral) merupakan aspek yang paling penting dalam analisa kredit, karena jaminan berfungsi untuk pengamanan apabila kredit yang diberikan mengalami kegagalan. Oleh karena para analis kredit harus mempunyai ketelitian dalam penilaian barang-barang yang dijaminkan kepada bank. Dalam penilaian ini ada dua sarana pokok yaitu nilai ekonomis dan nilai yuridis dari barang jaminan tersebut, dan biasanya suatu bank telah mempunyai aturan tersendiri tentang penilaian barang jaminan.


(42)

II.4.4. Aspek Teknis

Semua jenis usaha yang akan melaksanakan kegiatannya selalu dihadapkan pada suatu permasalahan yaitu kebutuhan akan serangkaian perangkat keras (hardware) yang beraneka ragam bentuk dan kegunaannya. Mengingat sangat bervariasinya perangkat keras yang dipakai untuk menunjang kegiatan usaha yang akan dilakukan calon debitur, sehingga dibutuhkan seseorang atau tim ahli untuk masing-masing bidang yang sering memerlukan keahlian dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan serta interdisplin profesi.

II.4.5. Aspek Keuangan

Analisa aspek keuangan dari calon debitur bertujuan untuk mengetahui struktur kebutuhan modal, posisi keuangan seperti berapa besarnya rentabilitas, solvabilitas, likuiditas dan prospek keuangan di waktu yang akan datang setelah calon debitur tersebut menerima kredit dari bank. Demikian juga analisa aspek keuangan digunakan untuk mengetahui estimasi cash flow serta rencana pelunasan kredit yang telah diterima. Untuk mengetahui berbagai informasi tentang keuangan maka analis kredit memerlukan berbagai data yang bersumber dari neraca dan laporan laba/rugi beberapa periode terakhir.

II.5. Rasio Keuangan sebagai Alat Manajemen

Analisis rasio adalah cara menganalisis dengan menggunakan perhitungan- perhitungan perbandingan atas data kuantitatif yang ditunjukkan dalam neraca atau Laporan Laba Rugi perusahaan. Rasio-rasio keuangan yang diperoleh dari laporan


(43)

keuangan adalah merupakan indikator dari perusahaan tersebut dan dapat digunakan untuk memprediksi tentang kemajuan perusahaan tersebut di masa akan datang. Rasio-rasio keuangan suatu perusahaan dapat dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis, yang mempunyai skala dan lingkungan yang kurang lebih sama. Kuswadi (2008), biasanya analisis rasio keuangan dapat digolongkan menjadi (digunakan untuk menilai):

1. Rasio Kemampulabaan (Profitability Ratio). 2. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio).

3. Rasio Aktivitas (Activity Ratio).

4. Rasio Efisiensi dan Efektivitas Penggunaan Dana dan Biaya. 5. Rasio Solvabilitas.

Sebenarnya, analisis rasio keuangan dapat didasarkan pada data dari catatan kegiatan operasional dan non-operasional. Namun, pada umumnya, data yang digunakan diambil hanya dari kegiatan operasional karena dianggap relatif lebih objektif dan adil untuk menilai kinerja perusahaan termasuk manajemennya.

II.5.1. Rasio Kemampulabaan (Profitability Ratio)

Rasio kemampulabaan (Profitability Ratio) menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba secara relatif. Relatif di sini artinya laba yang diukur dari besarnya secara mutlak, tetapi diperbandingkan dengan unsur-unsur atau tolok ukur lainnya, karena perolehan laba yang besar belum tentu menggambarkan kemampulabaan yang juga besar. Tolok ukur yang dipakai untuk menilai kemampulabaan biasanya adalah: Pendapatan, Dana, dan Modal.


(44)

Rasio kemampulabaan dapat dibagi menjadi: 1. Rasio Laba dan Penjualan.

2. Rasio Laba Sebelum Bunga dan Pajak atas Penjualan.

3. Rasio Laba Kotor atas Penjualan (Gross Profit Margin/Gross Margin in To Sales).

4. Rasio Laba Operasi atas Total Investasi (Return on Investment). 5. Rasio Laba atas Modal (Return on Equity/ROE).

II.5.2. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)

Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban-kewajiban jangka pendeknya (likuiditasnya). Oleh karena itu, rasio ini menjadi penting bagi pimpinan perusahaan, manajer keuangan, bank, atau para pemasok yang memberikan kredit penjualan kepada perusahaan.

Rasio Likuiditas dapat digolongkan menjadi: 1. Rasio Lancar (Current Ratio).

2. Rasio Cair (Quick Ratio/Acid Test Ratio). 3. Rasio Kas/Rasio Tunai (Cash Ratio). II.5.3. Rasio Aktivitas (Activity Ratio)

Rasio Aktivitas (Activity Ratio) dapat menggambarkan kinerja perusahaan dalam pengelolaan persediaan dan piutangnya. Rasio ini dapat dibagi menjadi:

1. Rasio Perputaran Persediaan (Invenory Turn Over). 2. Rasio Hari Persediaan (Inventory Period).


(45)

3. Rasio Perputaran Piutang (Account Receiable Turn Over).

4. Rasio Periode Pengumpulan Piutang (Average Collection Period). II.5.4. Rasio Efisiensi dan Efektivitas Penggunaan Dana dan Biaya

Rasio ini untuk melihat sampai seberapa jauh efisiensi dan efektivitas penggunaan dana dan biaya. Biasanya, biaya tersebut diperbandingkan dengan hasil penjualan. Rasio ini tidak lain adalah besarnya laba atau rugi yang diperoleh perusahaan yang dinyatakan dalam persen (%).

1. Rasio Harga Pokok Penjualan atas Penjualan.

2. Rasio Harga Pokok Penjualan dan Beban Operasi atas Penjualan. 3. Rasio Beban Penjualan atas Penjualan.

4. Rasio Beban Administrasi. 5. Rasio Beban Keuangan. II.5.5. Rasio Solvabilitas

Tujuan analisis atas rasio ini memberikan gambaran mengenai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang. Rasio Solvabilitas dapat digolongkan menjadi:

1. Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Harta (Debt To Asset Ratio).

2. Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Modal (Long Term Debt to Equity Ratio).


(46)

II.6. Penentuan Tingkat Bunga Kredit

Menentukan berapa besarnya tingkat bunga kredit yang dikenakan kepada nasabah debitur (loan pricing) sangat dipengaruhi oleh berbagai variabel, yaitu: berapa besar biaya dana bank (cost of loanable funds), spread, biaya overhead, pajak dan premi risiko yang diperkirakan yang semuanya dinyatakan dalam persentase tertentu.

Cost of Loanable funds, Perhitungan cost of loanable funds adalah biaya dana yang dikeluarkan bank setelah diperhitungkan ketentuan cadangan likuiditas wajib (reserve requirement). Perhitungan ini memperlihatkan berapa besar sesungguhnya biaya dana bank atas dana yang dihimpun setelah dikeluarkan bagian untuk cadangan likuiditas wajib untuk selanjutnya disalurkan dalam bentuk kredit. Semakin besar jumlah cadangan yang ditahan semakin meningkat jumlah biaya dana bank karena semakin kecil jumlah dana yang dapat disalurkan.

Spread, Istilah spread sering disamakan penggunaannya dengan margin meskipun kedua istilah ini sebenarnya memiliki pengertian yang lebih spesifik. Spread dalam pengertian umum adalah selisih antara biaya dana (borrowing rate) dengan tingkat bunga kredit (lending rate) atau selisih antara bidding rate dan offering rate yang sering digunakan dalam transaksi pasar uang. Sementara istilah margin sering dikaitkan dengan perbedaan tingkat risiko antara kedua jenis suatu investasi atau surat berharga.

Biaya Overhead, Komponen biaya yang diperhitungkan dalam biaya overhead ini adalah semua biaya yang dikeluarkan bank dalam kegiatan


(47)

penghimpunan dana dari berbagai sumber yang menjadi beban rugi laba antara lain adalah: beban personalia, administrasi dan umum, dan beban lainnya.

Premi Risiko, Penanaman dana dalam aktiva produktif terutama dalam bentuk kredit memiliki potensi risiko yang dapat menimbulkan kerugian bagi bank. Oleh karena itu dalam menentukan besarnya tingkar bunga kredit yang dikenakan bank kepada nasabah debiturnya, faktor risiko di samping biaya-biaya yang telah dijelaskan perlu dimasukkan sebagai komponen penentu terhadap bunga kredit yang nantinya dibebankan kepada debitur.

Premi risiko dapat diketahui dari pengalaman bank dalam pengolahan kredit yaitu dengan melakukan penilaian atas kualitas kredit. Semakin besar jumlah kredit yang masuk dalam kelompok kredit bermasalah semakin tinggi risiko yang dihadapi bank.

II.7. Kondisi Ekonomi

Keadaan politik suatu negara dapat mempengaruhi kondisi perekonomian negara tersebut, jika suatu negara dalam kondisi politik yang stabil dapat dilihat dari kebijakan ekonominya. Adapun maksud penilaian terhadap kondisi ekonomi adalah untuk mengetahui sampai sejauhmana kondisi-kondisi yang mempengaruhi perekonomian seperti kebijakan tentang jumlah uang yang beredar, kebijakan tentang jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan kebijakan lainnya yang akan memberikan dampak positif maupun negatif terhadap perusahaan yang memperoleh kredit tersebut.


(48)

Untuk memungkinkan penilaian terhadap kondisi ekonomi ini perlu dipelajari masalah-masalah politik budaya, kebijakan-kebijakan pemerintah setempat, peraturan-peraturan moneter, perpajakan, anggaran belanja negara don konjungtur perekonomian lainnya. Kebijakan Moneter adalah kebijakan pemerintah (melalui Bank Sentral) dalam mengatur keuangan dan perkreditan (jumlah uang yang beredar, batas-batas pemberian kredit, tinggi rendahnya tingkat bunga, dan sebagainya (Siamat, 2001).

Kebijakan moneter sebagai salah satu bagian dari kebijakan ekonomi makro pada dasarnya merupakan kebijakan pengendalian jumlah uang beredar agar sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan dalam suatu sistem perekonomian. Melalui pengendalian jumlah uang beredar tersebut diharapkan dapat dicapai suatu tingkat pertumbuhan ekonomi tanpa menyebabkan terjadinya inflasi akibat bertambahnya jumlah uang beredar yang mendorong permintaan akan barang-barang atau disebut demand pull inflation.

Menurut Mankiw (2007) mengatakan bahwa pertumbuhan jumlah uang akan menentukan tingkat inflasi, jadi teori kuantitas uang menyatakan bahwa bank sentral, yang mengawasi jumlah uang yang beredar, memiliki kendali tertinggi atas tingkat inflasi. Jika bank sentral mempertahankan jumlah uang yang beredar tetap stabil, tingkat harga akan stabil. Jika bank sentral meningkatkan jumlah uang yang beredar dengan cepat, tingkat harga akan meningkat dengan cepat.

Sasaran kebijakaan moneter yang ingin dicapai oleh otoritas moneter di Indonesia pada prinsipnya adalah pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga dan tingkat bunga, dan keseimbangan neraca pembayaran serta untuk mencapai pemenuhan kesempatan kerja untuk mencapai sasaran kebijakan moneter tersebut


(49)

Bank Indonesia sebagai otoritas moneter melakukan tugas pengendalian moneter yang meliputi perencanaan, pemantauan, dan pengambilan kebijakan. Dalam aspek perencanaan, Bank Indonesia melakukan penelitian mengenai hubungan-hubungan yang terkait sehingga dapat diketahui berapa sesungguhnya jumlah uang yang dibutuhkan dalam perekonomian untuk suatu periode tertentu.

II.8. Risiko Inflasi pada Kredit

Mankiw (2007) mengatakan “Inflasi selalu dan di manapun merupakan fenomena moneter”. Inflasi merupakan salah satu masalah ekonomi yang banyak mendapatkan perhatian para pemikir ekonomi. Pada asasnya inflasi merupakan gejala ekonomi yang berupa naiknya tingkat harga. Risiko yang diakibatkan oleh inflasi adalah merupakan risiko yang sifatnya abstrak, karena walaupun utang pokok dan bunga telah dibayar lunas oleh nasabah, tetapi pada inflasi yang tinggi bank telah menderita kerugian penurunan terhadap daya beli dari uang yang telah dipinjamkan kepada nasabah.

Menurut Mulyono (2000) Inflasi yang tinggi merupakan suatu ancaman terhadap modal bank karena dengan adanya inflasi laba bank akan over stated. Laba yang over stated akan mengakibatkan pembayaran pajak dan pembagian laba yang semakin tinggi akibatnya terjadi kanibalisme modal.

Demikian juga menurut Helfert (2006) Dampak inflasi terhadap persediaan pada umumnya adalah meningkatkan secara terus menerus biaya persediaan terakhir sehingga mengakibatkan peningkatan biaya yang pada gilirannya mengurangi keuntungan.

Sedangkan Mankiw (2007) mengatakan bahwa kesepakatan utang biasanya merinci tingkat bunga nominal, yang didasarkan pada tingkat inflasi yang diharapkan pada saat kesepakatan dibuat. Jika inflasi ternyata berbeda dari


(50)

yang diharapkan, pembayaran riil yang dibayar debitur kepada kreditur berbeda dari yang telah diantisipasi keduanya. Di satu sisi, jika inflasi lebih tinggi dari yang diharapkan, debitur untung dan kreditur rugi karena debitur membayar utang dengan nilai yang lebih kecil dan jika inflasi lebih rendah dari yang diharapkan, kreditur untung dan debitur rugi karena pembayaran utang menjadi lebih tinggi nilainya.

Dengan demikian pada masa-masa inflasi yang tidak stabil ada suatu kebijakan yang harus ditempuh, agar bank tersebut tetap dapat mempertahankan real capitalnya sesuai dengan purchasing power pada saat pemberian kredit pada nasabah. Untuk mengatasi masalah ini maka time value of money perlu diperhitungkan dalam cost of fund agar bank tidak mengalami kerugian penurunan daya beli assetnya yang disalurkan dalam bidang perkreditan.


(51)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan yang beralamat Jl. Imam Bonjol No. 18 Medan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai dengan bulan Januari 2010.

III.2. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif atau kausalitas yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Menurut Sugiyono (2003) bahwa penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih, dengan penelitian ini dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Rasio Keuangan yang terdiri dari Current Ratio, Quick Ratio, Debt to Asset Ratio, Longterm Debt to Equity Ratio, Net Profit to Sales Ratio, Return on Investment, Return on Equity dan Kebijakan Moneter yang terdiri dari BI Rate dan Tingkat Inflasi Kota Medan sebagai variabel bebas dan perbandingan antara jumlah kredit yang disetujui bank dengan jumlah yang dimohon debitur sebagai variabel terikat.


(52)

III.3. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah seluruh permohonan kredit modal kerja yang diterima dan disetujui PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan. Berdasarkan data yang diperoleh dari PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan, dapat diketahui jumlah permohonan kredit dan disetujui selama periode Januari - Desember 2008 berjumlah 307 debitur. Dengan pertimbangan keterbatasan waktu dan biaya, sehingga peneliti tidak melakukan penelitian terhadap seluruh populasi tetapi dilakukan terhadap sampel dari populasi. Besarnya sampel yang akan diteliti adalah menggunakan rumus Slovin (Umar, 2001) sebagai berikut:

n = 2

1 Ne N

Di mana n = Ukuran sampel N = Ukuran Populasi

e = Kelonggaran, ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir.

Sehingga sampel yang diambil dengan tingkat presisi atau kepercayaan 15% adalah

sebagai berikut: n = 2 15 , 0 . 307 1

307

n = 38,9

Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 39 debitur kredit modal kerja tahun 2008 pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan.


(53)

III.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan studi dokumentasi yang dilakukan dengan mengumpulkan data melalui dokumen-dokumen berupa laporan keuangan dari debitur yang kredit modal kerjanya telah disetujui oleh PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan. Laporan keuangan dari debitur diperoleh dengan random sampling yaitu dengan cara kepala bagian kredit pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan memilih secara acak nama-nama perusahaan debitur kredit modal kerja dari daftar nasabah debitur pada tahun 2008 dan kemudian berkasnya diambil dari bagian arsip oleh pegawai bagian arsip. Untuk data tentang kebijakan moneter yaitu variabel BI rate dan Tingkat Inflasi Kota Medan diperoleh dari laporan tahunan Biro Pusat Stastik (BPS) Provinsi Sumatera Utara tahun 2008.

III.5. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pengumpulan data yang bersumber dari laporan keuangan debitur yang kredit modal kerjanya telah disetujui oleh PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan dan hasil analisis yang dilakukan oleh bagian kredit dari PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan. Untuk data BI rate dan tingkat inflasi Kota Medan diperoleh dari Laporan tahunan Biro Pusat Statitik (BPS) Provinsi Sumatera Utara tahun 2008.


(54)

III.6. Identifikasi Variabel

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari variabel-variabel yang akan diuji adalah:

1. Variabel independen (X) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab timbulnya perubahan pada variabel terikat atau variabel bebas yang terdiri dari Rasio keuangan yang terdiri dari Current Ratio (X1), Quick

Ratio (X2), Debt to Asset Ratio (X3), Longterm Debt to Equity Ratio (X4), Net

Profit to Sales Ratio (X5), Return on Investment (X6), Return on Equity (X7)

dan Kebijakan Moneter yang terdiri dari BI Rate (X8), Tingkat Inflasi Kota

Medan (X9).

2. Variabel dependen (Y) atau varibel terikat adalah variabel persetujuan pemberian kredit modal kerja. Pengukuran variabel dependen mempergunakan skala rasio yaitu melalui perbandingan jumlah keputusan kredit yang disetujui dengan jumlah kredit yang dimohon calon debitur kepada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan.

III.7. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut: III.7.1. Variabel Rasio Keuangan

Laporan keuangan yang diserahkan calon debitur, meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan ekuitas, catatan dan materi penjelasan yang merupakan bagian yang integral dari laporan keuangan.


(55)

Variabel rasio keuangan yang dimaksudkan dalam penelitian ini meliputi: a. Variabel Rasio Lancar (Current Ratio)

Posisi likuiditas perusahaan calon debitur menjadi perhatian bank. Hal ini dikarenakan melalui analisis current ratio akan diketahui kemampuan perusahaan untuk dapat menyelesaikan kewajiban segera jatuh tempo. Dalam hal ini tidak terbatas hanya kewajiban untuk membayar bunga dan pokok kredit, tetapi juga termasuk kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban lainnya kepada para kreditur perusahaan. Kondisi current ratio yang baik akan merupakan kredit point bagi perusahaan dimata para krediturnya. Demikian sebaliknya, bila kondisi current ratio perusahaan buruk akan menimbulkan kesulitan bagi perusahaan untuk berhubungan dengan para krediturnya. Menurut Helfert (1996) bahwa Current Ratio adalah rasio yang paling umum digunakan untuk menaksir risiko hutang yang memperlihatkan klaim pemberi hutang jika terjadi kegagalan. Semakin tinggi nilai rasio lancar, maka akan semakin baik posisi pemberi pinjaman. Sedangkan menurut Walsh (2003) Current Ratio atau rasio lancar merupakan rasio favorit dari institusi-institusi pemberi pinjaman. Current ratio adalah perbandingan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Skala pengukuran yang digunakan adalah rasio.

Current Ratio=

lancar Hutang

lancar Aktiva

x 100%

b. Variabel Rasio Cair (Quick Ratio)

Menurut Helfert (1996) bahwa konsep utama dari Quick Ratio adalah untuk menguji kemampuan membayar (kolektibilitas) kewajiban lancar lancar bilamana


(56)

terjadi krisis yang nyata sehingga perlu kemampuan untuk membayar dalam keadaan mendesak. Bank melakukan analisa terhadap quick ratio, untuk melihat ketersediaan kas atau asset setara kas guna memenuhi kewajiban yang segera dibayar dengan kas. Kemampuan perusahaan untuk menjaga alat likuid untuk mendukung operasional harian, quick ratio yaitu membandingkan aktiva lancar kecuali persediaan dengan kewajiban lancar. Skala pengukuran yang digunakan adalah rasio.

Quick Ratio =

lancar Hutang

Persediaan

-lancar Aktiva

x 100%

c. Variabel Rasio Total Kewajiban atas Total Harta (Debt to Asset Ratio)

Rasio ini merupakan gambaran tentang berapa banyak (%) dana perusahaan yang berasal dari utang jangka panjang dibandingkan dengan harta perusahaan. Angka rasio yang rendah mengidentifikasikan adanya perlindungan lebih sedikit kepada kreditur jangka panjang. Oleh karena semua pinjaman mengandung resiko, semakin besar persentasinya, semakin besar pula resiko yang ditanggung oleh perusahaan. Helfert (1996) menyatakan dari sudut pandang pemberi pinjaman, berbagai rasio yang berhubungan dengan hutang jangka panjang adalah mengukur kemungkinan risiko pemberi pinjaman dalam hubungannya dengan ketersediaan nilai aktiva yang menjadi jaminan. Rasio ini menunjukkan besarnya utang jangka panjang (%) yang berasal dari kreditor dibandingkan dengan harta yang dimiliki oleh perusahaan. Apabila terlalu banyak berutang, perusahaan dapat mengalami masalah dalam pembayaran angsuran. Skala pengukuran yang digunakan adalah rasio.


(57)

Debt to Asset Ratio=

Harta

ng angkaPanja KewajibanJ

x100%

d. Variabel Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Modal (Debt to Equity Ratio) Sama halnya dengan rasio hutang jangka panjang atas harta yang dimiliki oleh perusahaan, rasio ini bertujuan untuk melihat berapa besar (%) utang jangka panjang operasi dibandingkan dengan modal perusahaan. Menurut Helfert (1996) rasio hutang terhadap ekuitas adalah suatu upaya untuk memperlihatkan, dalam format lain, proporsi relatif dari klaim pemberi pinjaman terhadap hak kepemilikan, dan digunakan sebagai ukuran peranan hutang. Semakin kecil angka rasio, semakin baik solvabilitas perusahaan. Besarnya utang yang terdapat pada struktur modal sangat penting untuk memahami perimbangan antara risiko dan laba yang diperoleh. Utang membawa risiko karena setiap hutang akan menimbulkan keterikatan yang tetap bagi perusahaan dalam bentuk kewajiban untuk membayar beban bunga dan angsuran pokok (principle) secara periodik. Skala pengukuran yang digunakan adalah rasio.

Debt to Asset Ratio=

Modal

ng angkaPanja KewajibanJ

x100%

e. Variabel Rasio Laba Bersih atas Penjualan (Net Profit Margin)

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih operasi terhadap total penjualan. Semakin besar rasio semakin baik karena semakin besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Skala pengukuran yang digunakan adalah rasio.

Net Profit Margin=

Penjualan LabaBersih


(58)

f. Variabel Rasio Laba Operasi atas Total Investasi (Return on Investment) Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih operasi terhadap total investasi. Semakin besar rasio semakin baik karena semakin besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Return On Investment (ROI) adalah salah satu rasio kunci yang biasa digunakan dalam bisnis. Menurut Walsh (2003). “Jika pengembalian atas investasi ini sama dengan atau lebih besar dari biaya ekuitas, maka perusahaan dapat terus beroperasi. Namun jika tingkat ROI jangka panjangnya ternyata lebih kecil, maka perusahaan tidak memiliki masa depan yang baik”. Skala pengukuran yang digunakan adalah rasio.

Return On Investment=

tasi TotalInves

LabaBersih

x 100%

g. Variabel Rasio Laba atas Modal (Return on Equity)

Rasio laba atas modal sangat berguna bagi para penanam modal atau pemilik perusahaan. Rasio ini membuat manajemen dapat melihat secara fokus besarnya laba bersih yang dapat dihasilkan dari jumlah modal yang ditanam para pemegang saham.

Menurut Walsh (2003), rasio ini dapat dikatakan rasio yang paling penting dalam keuangan perusahaan yang mengukur pengembalian absolut yang akan diberikan perusahaan kepada pemegang saham. Suatu angka ROE yang bagus akan gunakan membawa keberhasilan bagi perusahaan yang mengkibatkan tingginya harga saham dan membuat perusahaan dengan mudah menarik dana baru. Hal itu juga akan memungkinkan perusahaan untuk berkembang, menciptakan kondisi pasar yang sesuai, dan pada gilirannya akan memberikan laba yang besar, semua hal tersebut dapat menciptakan nilai yang tinggi dan pertumbuhan yang berkelanjutan atas kekayaan para pemiliknya.


(59)

Rasio ini adalah perbandingan laba bersih dengan modal dari perusahaan sehingga pengukuran yang digunakan adalah rasio.

Return On Equity=

Modal LabaBersih

x 100%

III.7.2. Variabel Kebijakan Moneter

Kebijakan Moneter dalam penelitian ini yang dianalisa sebagai variabel independen adalah tingkat bunga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yang dikenal dengan BI Rate dan tingkat inflasi yang terjadi di Kota Medan pada bulan persetujuan kredit modal kerja kepada debitur, jadi kedua variabel tersebut dengan skala pengukuran rasio.

III.7.3. Variabel Persetujuan Kredit

Variabel persetujuan kredit merupakan variabel dependen atau variabel terikat yang merupakan fungsi dari variabel independen atau bebas. Pengukuran variabel dependen mempergunakan skala rasio yaitu melalui perbandingan jumlah keputusan kredit yang disetujui dengan jumlah kredit yang dimohon calon debitur kepada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan.

Berdasarkan variabel-variabel di atas dapat dibuat suatu tabel identifikasi dan pengukuran sebagai berikut ini:


(1)

modal kerja adalah prinsip character, capacity, capital, collateral demikian juga prinsip condition of economic telah digunakan sebagai pedoman dalam analisis pemberian kredit modal kerja pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan dan menurut para analis kredit yang paling penting untuk dianalisis adalah jaminan (collateral) yang berdasarkan ketentuan bank adalah minimal 125%.

Kondisi ekonomi dalam suatu negara sebaiknya harus mendapat perhatian bagi para analis kredit yang biasanya kondisi ekonomi yang tidak stabil ditandai dengan inflasi yang tinggi, suku bunga yang tinggi dan lain-lain, karena akibat kondisi ekonomi yang tidak stabil seperti krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1998 dan juga krisis Global tahun 2008 yang berakibat banyak perusahaan mengalami kesulitan keuangan yang pada akhirnya menimbulkan kredit macet pada bank atau Non Performing Loan (NPL) yang tinggi.


(2)

BAB V

KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan atas hasil penelitian yang diperoleh melalui uji hipotesis, maka kesimpulan yang dapat dipeoleh adalah sebagai berikut:

1. Rasio Keuangan yang terdiri dari Current Ratio, Quick Ratio, Debt to Asset Ratio, Longterm Debt to Equity Ratio, Net Profit to Sales Ratio, Return on Investment, Return on Equity secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rasio persetujuan pemberian kredit modal kerja, sedangkan secara parsial variabel yang berpengaruh signifikan adalah Return on Equity, Quick Ratio, Return on Investment, Longterm Debt to Equity Ratio dan Net Profit to Sales Ratio.

2. Kebijakan Moneter yang terdiri dari BI Rate dan Tingkat Inflasi Kota Medan secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rasio persetujuan pemberian kredit modal kerja, sedangkan secara parsial variabel yang berpengaruh signifikan adalah Tingkat Inflasi Kota Medan.

V.2. Keterbatasan Penelitian

Penelitian yang dilakukan tidak terlepas dari keterbatasan seperti:

1. Tidak semua variabel rasio keuangan dan kebijakan moneter yang diduga mempengaruhi persetujuan pemberian kredit modal kerja dimasukkan dalam


(3)

model penelitian ini dan hanya dilakukan pada satu bank saja sehingga hasilnya tidak dapat dijadikan suatu model yang bersifat umum.

2. Penelitian ini hanya menganalisis persetujuan pemberian kredit modal kerja, sedangkan jenis kredit masih banyak di sektor perbankan dan penelitian ini hanya menggunakan beberapa variabel rasio keuangan dan kebijakan moneter tapi masih banyak variabel yang diduga dapat mempengaruhi kredit macet pada sektor perbankan.

V.3. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan penelitian yang dikemukakan di atas, maka disarankan:

1. Untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan sampel bukan saja pada satu bank tapi berbagai bank dan juga menambah variabelnya agar hasil penelitian dapat lebih bersifat umum.

2. Untuk mengurangi risiko kemacetan kredit, maka disarankan kepada analis kredit bukan saja memperhatikan aspek-aspek keuangan, tapi perlu juga memperhatikan aspek lainnya seperti kebijakan ekonomi pemerintah, perkembangan politik dalam dan luar negeri karena seperti krisis ekonomi dan krisis global yang terjadi beberapa waktu yang lalu ternyata banyak membuat perusahaan mengalami kesulitan keuangan sehingga menimbulkan kredit macet pada sektor perbankan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Budi Santoso, Purbayu. 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Gulo, Sinar Abadi. 2005. Pengaruh Informasi Akuntansi dan Bukan Akuntansi terhadap Persetujuan Kredit Yasa Griya pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Kantor Cabang Medan. Tesis. Program Studi Akuntansi. USU. Medan.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Edisi Ketiga. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Hasibuan, H. Takiyuddin. 2003. Pengaruh Informasi Akuntansi terhadap Keputusan Pembiayaan Kredit Modal Kerja pada Bank Bumi Putra Cabang Medan. Tesis. Program Studi Akuntansi. USU. Medan.

Helfert, Erich A. 1996. Teknik Analisis Keuangan Petunjuk Praktis untuk Mengelola dan Mengukur Kinerja Perusahaan. Alih Bahasa Herman Wibowo. Edisi Kedelapan. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Husnan, Suad., E. Pujiastuti. 1997. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta.

Kasmir. 2002. Manajemen Perbankan. Edisi Pertama. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Kuswadi. 2008. Memahami Rasio-Rasio Keungan Bagi Orang Awam. Cetakan Kedua. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Lubis, Ade Fatma dkk. 2007. Aplikasi SPSS untuk Penyusunan Skripsi & Tesis. USU Press. Medan.

Mankiw, N Gregory. 2007. Makro Ekonomi. Edisi Keenam. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Pudjo Muljono, Teguh. 2000. Manjemen Perkreditan Bagi Bank Komersil. Edisi Keempat. Penerbit BPFE. Yogyakarta.


(5)

Reksoprayitno, Soediyono. 2000. Ekonomi Makro. Edisi Milenium. Penerbit BPFE. Yogyakarta.

Riduan. 2002. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Edisi Kedua. CV Alfabeta. Bandung.

Riyanto, Bambang. 1999. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. BPFE. Yogyakarta.

Sarwono, Jonathan. 2008. Panduan Lengkap untuk Belajar Komputasi Statistik Menggunakan SPSS 16. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Sutojo, Siswanto. 1997. Analisa Kredit Bank Umum. Edisi Kedua. PT. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Adminitrasi. Edisi Kelimabelas. CV. Alfabeta. Bandung.

Suroso. 2003. Pengaruh Informasi Akuntansi dan Bukan Akuntansi terhadap Keputusan Kredit pada PT. Bank Mandiri Tbk Cabang Imam Bonjol Medan. Tesis. Program Studi Akuntansi. USU. Medan.

Siamat, Dahlan. 2001. Manajemen Lembaga Keuangan. Edisi Ketiga. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Jakarta.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta.

Umar, Husein. 2001. Riset Sumber Daya Manusia. PT. SUN. Jakarta.

Van Horne, James C dan Wachowicz, John M Jr. 1997. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan. Alih Bahasa Heru Sutojo. Edisi Kesembilan. Salemba Empat. Jakarta.

Walsh, Ciaran. 2003. Rasio-rasio Manajemen Penting Penggerak dan Pengendali Bisnis Key Manajement Ratios. Alih Bahasa Shalahuddin Haikal. Edisi Ketiga. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Wild, John J; Subramanyam, K.R. 2005. Analisa Laporan Keuangan. Penerjemah Yanivi S. Bachtiar. Edisi Kedelapan. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.


(6)

Laporan Tahunan 2008 PT. Bank Sumut.

Harian Analisa Medan terbitan tanggal 31 Agustus 2009, 11 Mei 2009 dan 13 Mei 2009.