HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Karakteristik Sampel
Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah sampel tanaman kelapa sawit dengan sistem pengambilan sampel menggunakan sistem diagonal. Jumlah
sampel pada penelitian ini adalah 286 sampel untuk masing-masing blok. Di perkebunan PT Socfin Indonesia Kebun Matapao, terdapat 20 blok
pertanaman dimana sampel yang diambil hanya 10 blok pertanaman yang dipilih, dengan 5 blok tanaman yang belum menghasilkan TBM dan 5 blok tanaman
yang sudah menghasilkan TM. Pada Tanaman belum menghasilkan TBM diambil tanaman dengan tahun tanam 2011-2009, sedangkan untuk tanaman
menghasilkan TM diambil tanaman dengan tahun tanam 2008-2004.
2. Jumlah Hama, Tingkat Serangan dan Kerusakan Hama pada
Masing-Masing Tahun Tanam
Pengamatan untuk tingkat serangan ulat kantong mulai tahun tanam 2011, 2010, 2009, 2008, 2006 dan 2004 dapat dilihat dalam Tabel 1-6.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1 . Data Hasil Pengamatan Sampel Pada Tahun Tanam 2011
Tabel 2. Data Hasil Pengamatan Sampel Pada Tahun Tanam 2010 Tahun
TanamBlok Sampel
Sampel yang
Terserang Jumlah
Pelepah yang
Terserang Jumlah
Hama Tingkat
Serangan Hama
ekorpelepah Tingkat
Kerusakan Tanaman
201033286 5
1 1
0.12 2.5
6 1
1 0.12
2.5 9
1 1
0.12 2.5
27 1
1 0.12
2.5 30
1 13
1.62 5.0
40 1
5.0 65
2 1
0.12 5.0
72 1
2.5 74
1 4
0.5 5.0
82 1
1 0.12
5.0 86
1 1
0.12 2.5
172 1
1 0.12
2.5 177
1 5
0.62 5.0
211 1
2 0.25
2.5
Tahun TanamBlok
Sampel Sampel
yang Terserang
Jumlah Pelepah
yang Terserang
Jumlah Hama
Tingkat Serangan
Hama ekorpelepah
Tingkat Kerusakan
Tanaman
201127286 16
2 2
0.25 5
38 4
19 2.37
15 46
1 2
0.25 5
50 8
119 14.87
50 51
1 1
0.12 2.5
53 1
15 1.87
7.5 64
2 2
0.25 10
79 3
11 1.37
10 81
3 40
5 15
139 1
7.5 145
1 5
154 1
7 0.87
2.5 172
3 51
6.37 15
173 2
3 0.37
7.5 181
1 2
0.25 5
201134286 35
1 1
0.12 2.5
42 3
10 1.25
12.5 108
1 2
0.25 2.5
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3. Data Hasil Pengamatan Sampel Pada Tahun Tanam 2009 Tahun
TanamBlok Sampel
Sampel yang
Terserang Jumlah
Pelepah yang
Terserang Jumlah
Hama Tingkat
Serangan Hama
ekorpelepah Tingkat
Kerusakan Tanaman
200928286 9
1 2
0.25 2.5
21 1
2 0.25
2.5 29
1 6
0.75 2.5
30 2
1 0.12
5.0 35
4 8
1 17.5
46 3
21 2.62
10.0 47
2 4
0.5 5.0
49 2
2 0.25
5.0 51
2 7.5
65 3
1 0.12
7.5 66
1 2
0.25 2.5
68 2
3 0.37
7.5 69
3 11
1.37 10.0
70 2
1 0.12
5.0 71
5 35
4.37 27.5
72 1
24 3
7.5 74
1 2
0.25 2.5
75 3
10 1.25
12.5 77
1 1
0.12 5.0
80 1
1 0.12
2.5 100
5 18
2.25 35
101 3
4 0.5
10.0 105
1 1
0.12 2.5
115 2
36 4.5
5.0 116
1 2
0.25 2.5
122 3
1 0.12
7.5 129
2 78
9.75 17.5
131 1
3 0.37
2.5 133
1 1
0.12 5.0
134 5
58 7.25
37.5 135
1 1
0.12 5.0
137 3
1 0.12
12.5 139
1 1
0.12 2.5
141 2
1 0.12
5.0 142
2 2
0.25 5.0
143 3
11 1.37
10.0 146
2 33
4.12 10.0
147 1
1 0.12
5.0 148
7 12
1.5 45.0
149 3
3 0.37
17.5 161
3 4
0.5 17.5
Universitas Sumatera Utara
164 1
15 1.87
7.5 167
2 23
2.87 12.5
179 1
3 0.37
7.5 182
3 9
1.12 22.5
213 2
1 0.12
5.0 228
3 3
0.37 10.0
231 1
15 1.87
5.0 200929286
20 1
2 0.25
2.5 26
1 1
0.12 2.5
27 3
2 0.25
7.5 28
1 2
0.25 2.5
29 2
52 6.5
10.0 30
1 1
0.12 5.0
31 3
2 0.25
10.0 32
2 2
0.25 10.0
36 3
1 0.12
12.5 42
2 20
2.5 12.5
45 1
1 0.12
5.0 51
1 1
0.12 2.5
58 2
1 0.12
7.5 59
1 2
0.25 2.5
64 2
2 0.25
5.0 66
2 27
3.37 12.5
68 1
4 0.5
2.5 76
1 12
1.5 7.5
79 1
1 0.12
5.0 89
3 1
0.12 7.5
90 1
1 0.12
2.5 142
2 29
3.62 7.5
178 2
2 0.25
5.0 202
2 1
0.12 7.5
204 1
1 0.12
2.5
Tabel 4. Data Hasil Pengamatan Sampel Pada Tahun Tanam 2008 Tahun
TanamBlok Sampel
Sampel yang
Terserang Jumlah
Pelepah yang
Terserang Jumlah
Hama Tingkat
Serangan Hama
ekorpelepah Tingkat
Kerusakan Tanaman
200836286 1
2 6.66
23 1
3 0.17
2.22 25
5 4
0.22 7.78
26 4
4 0.22
7.78 43
2 3.33
46 2
1 0.06
2.22 47
2 3.33
48 1
93 5.17
3.33
Universitas Sumatera Utara
49 2
2 0.11
3.33 50
2 1
0.06 3.33
114 2
2 0.11
2.22 124
1 20
1.11 4.44
127 2
2 0.11
5.56 129
1 34
1.89 3.33
130 1
68 3.78
3.33 131
2 2
0.11 4.44
132 1
2 0.11
1.11 141
3 4
0.22 5.56
151 1
1 0.06
2.22 152
2 1
0.06 4.44
161 2
1 0.06
5.56 169
3 24
1.33 6.67
173 5
28 1.56
16.67 188
7 13
0.72 20.0
189 1
1 0.06
2.22 190
1 1
0.06 2.22
191 1
3 0.17
3.33 193
1 2.22
231 5
5 0.28
12.22
Tabel 5. Data Hasil Pengamatan Sampel Pada Tahun Tanam 2006 Tahun
TanamBlok Sampel
Sampel yang
Terserang Jumlah
Pelepah yang
Terserang Jumlah
Hama Tingkat
Serangan Hama
ekorpelepah Tingkat
Kerusakan Tanaman
200618286 18
5 22
1.22 10
33 3
12 0.67
3.33 46
4 10
0.56 6.67
57 1
3 0.17
2.22 63
1 1
0.06 2.22
200619286 5
2 11
0.61 6.67
7 2
3 0.17
5.56 8
2 6
0.33 3.33
10 2
5 0.28
3.33 13
3 3
0.17 4.44
14 2
3 0.17
2.22
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6. Data Hasil Pengamatan Sampel Pada Tahun Tanam 2004
Tahun Tanam 2011
Untuk tahun tanam 2011 dilakukan pengamatan pada blok 27 dan 34 dengan jumlah tanaman sampel masing-masing blok sebesar 286 tanaman.
Berdasarkan dari Tabel 1 di atas dapat dikemukakan bahwa jumlah hama, tingkat serangan dan tingkat kerusakan tanaman yang tertinggi pada tahun tanam 2011
terdapat pada sampel ke 50 pada blok 27 yaitu masing-masing 119 ekortanaman, 14.87 ekorpelepah dan tingkat kerusakan tanaman sebesar 50. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat serangan ulat kantong termasuk ke dalam kategori berat 5 ekorpelepahtingkat kerusakan tanaman pada sampel ke50 pada blok 27
termasuk kategori sedang dengan kriteria skala 3 41-60. Ini kemungkinan diakibatkan oleh penanganan yang lambat dan kontrol yang kurang baik.
Untuk jumlah hama, tingkat serangan dan tingkat kerusakan hama yang terendah terdapat pada sampel-sampel yang tidak tertera pada Tabel 1. Artinya
dalam sampel yang tidak termasuk dalam Tabel 1, sampel tersebut tidak mengalami serangan hama ulat kantong.
Tahun TanamBlok
Sampel Sampel
yang Terserang
Jumlah Pelepah
yang Terserang
Jumlah Hama
Tingkat Serangan
Hama ekorpelepah
Tingkat Kerusakan
Tanaman
200420286 145
2 5
0.28 2.22
146 3
2 0.11
5.56 148
2 5
0.28 2.22
151 3
4 0.22
6.67 152
1 2
0.11 1.11
153 1
1 0.06
2.22 200421286
90 5
28 1.56
7.78 92
5 18
1 7.78
93 2
9 0.5
3.33 95
4 17
0.94 7. 78
98 4
13 0.72
7.78 100
3 4
0.22 5.56
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa walaupun tahun tanamnya sama, namun jumlah tanaman yang terserang cukup jauh berbeda pada masing-masing
blok. Jika pada blok 27 terdapat 15 tanaman yang terserang maka pada blok 34 hanya 3 tanaman yang terserang. Hal ini dikarenakan jarak antar blok pertanaman
yang cukup jauh, sehingga penyebaran ulat kantong jauh berbeda. Perbedaan jumlah tanaman yang terserang ini juga disebabkan oleh faktor angin dan
ketersediaan nutrisi pada tanaman. Rhainds et al., 2009 mengemukakan tentang berkurangnya jumlah hama ketika adanya pengurangan nutrisi pada tanaman .
Pengurangan nutrisi tanaman yang mengakibatkan tanaman mengalami stress juga berpengaruh pada perkembangan ulat.
Tahun Tanam 2010
Untuk tahun tanam 2010 dilakukan pengamatan pada blok 33 dengan jumlah sampel 286 tanaman. Berdasarkan dari Tabel 2 dapat dikemukakan bahwa
jumlah hama, dan tingkat serangan yang tertinggi pada tahun tanam 2010 terdapat pada sampel ke 30 dengan jumlah hama 13 ekor dan tingkat serangan 1.62
2 ekorpelepah. Ini menunjukkan bahwa sampel termasuk pada kategori ringan 2 ekorpelepah Kok et al., 2011. Sedangkan untuk tingkat kerusakan tertinggi
terdapat pada sampel ke 30, 40, 65. 74, 82, dan 177 yaitu sebesar 5 . Tingkat serangan ini tergolong pada tingkat serangan yang sangat ringan dengan kriteria
skala 1 1-20 Kilmaskossu dan Nerokouw, 1993 dan belum membutuhkan pengendalian, hanya diperlukan kontrol yang baik. Ini artinya kondisi pertanaman
dalan 1 blok tanam ini cukup baik. Hal ini bisa dikarenakan pengendalian yang baik dan adanya pemantauan keberadaan hama.
Universitas Sumatera Utara
Jumlah pelepah dan hama yang menyerang tanaman sangatlah sedikit. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor. Pengendalian yang baik dan adanya musuh-
musuh alami sangat berpengaruh terhadap keberadaan ulat kantong. Syed dan Sankaran 1972 mengemukakan mengenai adanya pengaruh musuh alami
terhadap perkembangan ulat kantong. Musuh alami ulat kantong dapat berupa predator maupun padasitoid yang menyerang larva dan pupa seperti Sycanus sp.
sebagai predaor dan Apanteles metesau sebagai parasitoid.
Tahun Tanam 2009
Untuk tahun tanam 2009 dilakukan pengamatan pada blok 28 dan 29 dengan jumlah sampel pada masing-masing blok sebesar 286 tanaman.
Berdasarkan dari Tabel 3 dapat dikemukakan bahwa jumlah hama dan tingkat serangan yang tertinggi pada tahun tanam 2009 terdapat pada sampel 129 blok 18
dengan jumlah hama 78 ekor dan tingkat serangan 9.75 ekorpelepah. Tingkat serangan ini termasuk pada kategori berat 5ekorpelepah Kok et al., 2011.
dan membutuhkan penanganan. Untuk tingkat kerusakan yang tertinggi terdapat pada sampel 148 blok 28 sebesar 45. Ini termasuk pada kategori sedang dengan
kriteria skala 3 41-60 Kilmaskossu dan Nerokouw, 1993 dan ini sudah memerlukan penanganan. Hal ini dikarenakan banyaknya jumlah pelepah yang
sudah terserang. Artinya sudah adanya pengendalian yang dilakukan sebelumnya karena banyaknya pelepah tanaman yang terserang, namun hama yang sedikit.
Jumlah tanaman yang terserang pada blok 28 dan 29 dengan tahun tanam 2009 tidaklah terpaut cukup jauh. Pada blok 28 terdapat 49 tanaman yang
terserang dan pada blok 29 terdapat 26 tanaman yang terserang. Pada kondisi ini sebenarnya blok ini memerlukan penanganan dan perhatian yang lebih. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
dapat disebabkan oleh letak blok yang berdekatan dan kontrol yang kurang baik, sehingga terdapat banyak hama yang mampu berkembang baik pada arel
pertanaman ini. Ketersediaan nutrisi yang cukup pada tanaman juga sangat mempengaruhi dalam perkembangan ulat kantong. Tingginya kadar nitrogen
dalam tanaman dapat menyuplai nutrisi yang cukup besar pada ulat kantong. Rhainds et al., 2009 mengemukakan mengenai pengaruh nitrogen dalam
tanaman terhadap perkembangan hama. Daun tanaman sebagai sumber makanan ulat kantong yang memuliki banyak nitrogen akan sangat membantu dalam
perkembangan ulat kantong. Daun yang segar akan memberikan nutrisi yang baik untuk ulat kantong.
Tahun tanam 2008
Untuk tahun tanam 2008 dilakukan pengamatan pada blok 36 dengan jumlah sampel sebesar 286 tanaman. Berdasarkan dari Tabel 4 dapat dikemukakan
bahwa jumlah hama dan tingkat serangan hama yang tertinggi pada tahun tanam 2008 terdapat pada sampel 48 dengan jumlah hama sebesar 93 ekortanaman dan
tingkat serangan hama sebesar 5,17 ekorpelepah. Ini termasuk dalam kategori berat 5 ekorpelepah Kok et al., 2011. Sedangkan untuk tingkat kerusakan
yang tertinggi terdapat pada sampel ke 188 yaitu sebesar 20. Ini termasuk dalam kategori sangat ringan dengan skala 1 1-20 Kilmaskossu dan Nerokouw,
1993. Pada kategori ini tanaman kelapa sawit belum membutuhkan pengendalian namun memerlukan kontrol yang baik.
Dalam pengendalian hama kontrol tanaman terhadap hama merupakan tahap awal yang paling baik guna mencegah kerusakan tanaman oleh hama. Oleh
karena itu, rendahnya tingkat serangan yang terjadi di lapangan tidak terlepas
Universitas Sumatera Utara
pada pengaruh perhatian dan kontrol yang baik dalam usaha pengendalian hama. Pahan 2006 mengemukakan kontrol yang baik dan penanganan yang tepat dapat
menurunkan populasi hama ulat kantong. Selain kontrol tanaman musuh alami juga sangat membantu dalam menekan perkembangan hama. Syed dan Sankaran
1972 mengemukakan bahwa banyak sekali parasitoid alami yang mampu menekan perkembangan ulat kantong, baik itu parasitoid larva maupun pupa.
Beberapa parasitoid yang menyerang ulat kantong adalah Apanteles metesae, E. catoxanthae dan Eozenillia psychidarum.
Tahun Tanam 2006
Untuk tahun tanam 2006 dilakukan pengamatan pada blok 18 dan 19
dengan jumlah sampel pada masing-masing blok sebesar 286 tanaman.
Berdasarkan dari Tabel 5 dapat dikemukakan bahwa jumlah hama, tingkat serangan dan tingkat kerusakan hama yang tertinggi pada tahun tanam 2006
terdapat pada sampel 18 blok 18 dengan jumlah hama sebesar 22 ekortanaman, tingkat serangan sebesar 1.22 ekorpelepah dan tingkat kerusakan sebesar 10.
Untuk tingkat serangan ini termasuk ke dalam tingkat serangan yang ringan 2 ekorpelepah Kok et al., 2011 dan untuk tingkat kerusakan ini termasuk
pada tingkat kerusakan yang sangat ringan dengan skala 1 1-20 Kilmaskossu dan Nerokouw, 1993. Hal ini menunjukkan keadaan blok yang cukup baik
dengan penanganan dan kontrol yang baik pula dari pihak pengelola. Di tahun tanam 2006 terdapat 2 blok yaitu blok 18 dan blok 19. Jumlah
tanaman yang terserang tidaklah terpaut cukup jauh yaitu sebesar 5 tanaman pada blok 18 dan 6 tanaman pada blok 19. Hal ini dikarenakan letak blok yang
berdekatan sehingga kondisi lingkungan yang sama dapat pmempengaruhi jumlah
Universitas Sumatera Utara
hama. Kondisi angin yang sedikit juga mempengaruhi dalam mengurangi penyebaran hama. Selain itu penanganan dan pengendalian yang terpadu sangar
dibutuhkan dalam menekan pertumbuhan ulat kantong pada tanaman yang lebih tua. Pahan 2006 mengemukakan kontrol yang baik akan sangat memudahkan
dalam pengendalian. Pengendalian yang dilakukan biasanya dengan menyemprotkan agen hayati yang berperan sebagai agen antaganis seperti
Bacillus thuringensis. Keberadaan tanaman yang berdekatan meminimalkan kontak dengan tanaman lain yang mengalami serangan hama yang tinggi sehingga
penyebaran hama juga berkurang
Tahun Tanam 2004
Untuk tahun tanam 2004 dilakukan pengamatan pada blok 20 dan 21 dengan jumlah sampel pada masing-masing blok sebesar 286 tanaman.
Berdasarkan dari Tabel 6 dapat dikemukakan bahwa jumlah hama dan tingkat serangan hama yang tertinggi pada tahun tanam 2004 terdapat pada sampel ke 90
blok 21 dengan jumlah hama sebesar 28 ekortanaman dengan tingkat serangan sebesar 1.56 ekorpelepah Tingkat serangan ini termasuk ke dalam tingkat
serangan yang ringan 2 ekorpelepah Kok et al., 2011. Sedangkan untuk tingkat kerusakan tertinggi terdapat pada sampel ke 90, 92, 95, dan 98 yaitu
sebesar 7.78 untuk tingkat kerusakan ini termasuk pada tingkat kerusakan yang sangat ringan dengan skala 1 1-20 Kilmaskossu dan Nerokouw, 1993. Ini
menunjukkan bahwa kondisi blok pertanaman yang baik dengan tingkat serangan yang ringan. Disamping itu areal pertanaman yang kurang baik dalam
perkembangan ulat kantong sangat berpengaruh terhadap keberadaan hama.
Universitas Sumatera Utara
Di tahun tanam 2004 terdapat 2 blok yaitu blok 20 dan blok 21. Jumlah tanaman yang terserang sama besar yaitu 6 tanaman. Hal ini dikarenakan letak
blok yang berdekatan sehingga kondisi lingkungan yang sama dapat pmempengaruhi jumlah hama. Melihat keadaan tanaman yang juga kurang
ternutrisi akan sangat berpengaruh dalam perkembangan ulat kantong. Rhainds et al., 2009 mengemukakan bahwa tanaman inang yang kurang
ternutrisi akan berpengaruh pada pertumbuhan hama. Jumlah hama dan besarnya ukuran ulat dipengaruhi oleh nutrisi makanannya. Keadaan tanaman yang kurang
ternutrisi sangat memungkinkan menjadi penyebab kurangnya serangan hama.
3. Kejadian Serangan Hama