sebagai laki-laki. Bidang kerja yang identik dengan waria adalah bekerja atau membuka salom kecantikan atau menjadi PSK Putri
Sutarmanto, 2007; Yuliani, 2006.
C. Resiliensi Pada Waria
1.
Pengertian Resiliensi
Resiliensi dapat dilihat dalam beberapa perspektif, yaitu perkembangan dan klinis. Dalam perspektif perkembangan, Ann Masten
2001 menyatakan bahwa resiliensi merupakan sekelompok fenomena yang memberikan hasil yang baik meskipun terdapat ancaman dalam
adaptasi dan berkembang. Ryff dan Singer 2003 mendefinisikan resiliensi sebagai bentuk pemeliharaan, penyembuhan atau peningkatan
dalam kesehatan mental dan fisik dalam menghadapi tantangan. Dalam pandangan klinis, Bonano 2004 menyatakan bahwa resiliensi sebagai
kemampuan individu membalikkan keadaan yang dianggap tidak menyenangkan, seperti kematian, kekerasan atau situasi yang mengancam
dalam hidup menjadi relatif stabil untuk mempertahankan kesehatan secara psikis maupun psikologis Baumgardner Crothers, 2009.
Newman 2005 menyatakan bahwa resiliensi merupakan kemampuan adaptasi individu saat menghadapi tragedi, trauma, kesulitan,
serta stressor dalam kehidupan yang bersifat signifikan dalam Rosyani, 2012. Sama halnya dengan pengertian yang terdapat dalam Oxford
Handbook of Positive Psychology, resiliensi dianggap sebagai adaptasi positif dalam konteks tantangan yang signifikan, merujuk pada kapasitas,
proses dan hasil dari hidup yang sukses selama atau setelah terdapat pengalaman yang dapat mengubah hidup individu. Pendapat lain yang juga
mendukung adalah pengertian menurut Masten, Cutuli, Herbers dan Reed 2009, yang menyatakan bahwa resiliensi merupakan sekelompok
fenomena yang memiliki pola adaptasi positif dalam keadaan yang malangsengsara atau beresiko dalm hidupnya Snyder, Lopez Pedrotti,
2011. Resiliensi juga dikatakan sebagai kemampuan individu, kelompok atau komunitas untuk mencegah, meminimalkan atau mengatasi efek
negatif dari suatu pengalaman negatif Gortberg, 1996. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa resiliensi merupakan
kemampuan individu untuk beradaptasi secara positif terhadap suatu pengalaman atau keadaan yang dianggap tidak menyenangkan traumatis
dan sulit sehingga membantu mempertahankan kesehatan psikis individu. 2.
Sumber Resiliensi Menurut Gortberg 1996 terdapat tiga sumber pembentukan resiliensi,
yaitu: a.
I am Di dalam I am, terdapat beberapa kualitas pribadi yang berasal dari diri
sendiri, yakni: 1.
Merada disayang dan disukai banyak orang 2.
Senang membantu dan peduliterhadap orang lain 3.
Bangga pada dirinya sendiri dan orang lain 4.
Bertanggung jawab terhadap perilaku sendiri PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Percaya diri, optimis dan penuh harap
b. I have
Kualitas pribadi yang dalam kategori ini diperoleh dari luar diri individu, diantaranya:
1. Hubungan yang dilandasi kepercayaan dan cinta secara utuh
2. Terdapat struktur dan peraturan
3. Model untuk mengetahui cara melakukan sesuatu dengan benar
4. Dorongan untuk mandiri dan melakukan sesuatu sendiri
5. Akses terhadap layanan kesehatan, pendidikan, keamanan dan
kesejahteraan c.
I can Kategori ini memiliki beberapa kualitas dalam membentuk resiliensi
dalam diri individu terutama berkaitan dengan kompetensi sosial dan interpersonalnya, yakni:
1. Berkomunikasi bahkan mengenai masalah yang mengganggu
2. Memecahkan masalah yang dihadapi
3. Mengontrol diri terhadap dorongan yang salah atau berbahaya
4. Mengukur temperamen sendiri dan orang lain
5. Memiliki relasi dengan orang yang dapat membantu ketika
dibutuhkan 3.
Ciri orang Resilien Penelitian menunjukkan bahwa terdapat enam dimensi yang dapat
dijadikan acuan mengenai respon yang resilien ketika individu mengalami PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kesusahan dan mempertahankan kesehatan mental. Baumgardner Crothers, 2009; Schultz, 1991.
Enam dimensi tersebut adalah: a.
Penerimaan diri Penerimaan diri adalah sikap positif terhadap diri sendiri dan
menerima diri sebagaimana dirinya sendiri dalam segala hal, baik kekuatan maupun kelemahannya. Orang yang dapat menerima diri,
tidak merasa malu atau bersalah terhadap kelemahan yang dimilikinya namun menerima kodrat mereka sebagaimana adanya. Mereka tidak
mengubah, memalsukan atau bersembunyi untuk sesuai dengan peranan-peranan sosial.
b. Personal growth
Personal growth merujuk pada perasaan individu terhadap perkembangan, dan keterbukaan terhadap pengalaman dan tantangan.
Dengan terbuka terhadap pengalaman, individu dapat memiliki kepribadian yang fleksibel karena mau membuka diri terhadap persepsi
dan ungkapan baru. Hal ini ditunjukkan dengan individu yang bahagia terhadap hidupnya dan belajar hal-hal baru.
c. Memiliki tujuan hidup
Hal ini berkaitan dengan tujuan dan keinginan yang ingin dicapai dalam hidup dan yang mengarahkan hidup individu terhadap masa
depannya. Tujuan hidup juga mengarahkan individu terhadap kebahagiaan dan pertumbuhan. Hidup akan lebih bermakna dan
memiliki tujuan karena dengan begitu, individu merasa bahwa ia memberi perubahan positif terhadap dunia dan hidupnya lebih
bermakna secara personal. Tujuan hidup juga berakar dari nilai-nilai yang dianutnya dengan cukup kuat sehingga mengarahkan kehidupan
individu kepada tanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain. d.
Environmental mastery Hal ini merujuk pada kompetensi dan kemampuan untuk mengatur
lingkungan untuk membuat dirinya nyaman dengan lingkungan yang dihadapinya hari ini. Individu dapat memanfaatkan kesempatan-
kesempatan yang diperolehnya dari lingkungan secara efektif. Ia juga dapat memilih konteks dalam lingkungan yang sesuai dengan nilai dan
kebutuhannya. Dengan
kata lain,
individu yang
memiliki environmental mastery dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan,
tanpa kehilangan identitas dan nilai yang dianutnya. e.
Otonomi Otonomi mengarah pada individu yang memiliki inisiatif, self-
direction, dan mandiri. Mereka memiliki aturan dalam dirinya yang mengarahkan hidupnya dari dampak negatif yang ada di lingkungan.
Dengan kata lain, mereka menjadi dirinya sendiri dan mengikuti nilai yang dianutnya. Orang yang memiliki kemampuan otonomi, tidak
menganggap ‘tanpa orang lain’ sebagai malapetaka atau sesuatu yang mengancam. Mereka tetap dapat berfungsi dengan baik terhadap
lingkungan secara independen. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
f. Relasi positif dengan orang lain
Orang yang memiliki relasi yang positif dengan orang lain, memiliki interaksi yang baik, hangat, dan percaya terhadap orang lain serta
mampu untuk berempati dan menjalin relasi yang intim. Mereka cenderung memiliki sikap persaudaraan terhadap individu lain. Mereka
juga dapat membangun relasi yang lebih intim namun dengan jumlah yang relatif sedikit karena cenderung membangun persahabatan dan
cinta yang lebih dalam. 4.
Proses Resiliensi pada Waria terhadap Penolakan Lingkungan
Sebagaimana individu pada umumnya, waria memiliki keinginan untuk dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat umum. Namun
demikian, yang sering diterima oleh waria adalah penolakan berupa cemoohan, pengucilan bahkan tak jarang kekerasan verbal maupun fisik.
Penolakan yang dialami oleh para waria ini tentunya akan mempengaruhi kondisi psikologis waria yang umumnya berupa distress. Dalam
menghadapi bentuk penolakan dari lingkungan, waria umumnya mengalami kecemasan, penarikan diri, rendah diri, depresi bahkan
keinginan untuk bunuh diri. Tidak hanya secara psikologis, penolakan yang dialami waria membuat komunikasi sosialnya menjadi terbatas
Yuliani, 2006; Herdiansyah, 2007.
Selama mengalami
penolakan dari
masyarakat, waria
membutuhkan kemampuan adaptasi dengan lingkungannya. Dalam hal ini, kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan resiliensi. Resiliensi
merupakan kemampuan individu untuk beradaptasi secara positif terhadap suatu pengalaman atau keadaan yang dianggap tidak menyenangkan
traumatis dan sulit. Dalam diri waria, masalah yang sering dihadapi adalah penolakan dalam masyarakat. Kemampuan ini dibutuhkan agar
waria dapat melihat hal-hal positif dalam dirinya sendiri, terlepas dari penilaian negatif yang diberikan lingkungan terhadapnya.
Dalam prosesnya mengembangkan kemampuan resiliensi, waria dapat melakukannya dengan melihat kualitas pribadi yang positif, baik
yang bersumber dari dalam dirinya sendiri maupun yang diperolehnya dari lingkungan. Kualitas pribadi positif yang bersumber dari diri sendiri
terutama berkaitan dengan penilaian yang positif terhadap diri sendiri. Perasaan tersebut antara lain rasa bangga, perasaan dicintai dan mencintai,
bertanggung jawab, percaya diri dan peduli terhadap orang lain. Ketika dapat menyadari kemampuan-kemampuan tersebut, individu cenderung
akan merasa bahwa dirinya berarti dan tidak lagi memandang rendah dirinya. Kualitas lain dalam proses waria mengembangkan kemampuan
resilien dapat pula bersumber dari orang lain, yakni adanya hubungan yang dilandasi kepercayaan, terdapat struktur dan aturan yang mengontrol
tindakannya, serta dorongan untuk mandiri. Ada pula kualitas yang berkaitan dengan kompetensi sosial dan interpersonal, yakni kemampuan
berkomunikasi, memecahkan masalah, mengelola dan mengukur perasaan serta temperamen diri dan orang lain, serta menjalin hubungan dengan
orang yang dipercaya dapat membantunya ketika dibutuhkan. Kualitas PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang baik dalam suatu relasi juga membuat waria cenderunf mau membaur dengan masyarakat umum karena memiliki landasan rasa aman dalam
dirinya. Dalam prosesnya memperoleh kemampuan resiliensi, tidak
menutup kemungkinan bahwa waria memiliki lingkungan yang suportif sehingga membantunya mengatasi masalah yang dihadapi. Misalnya,
ketika ditolak oleh keluarga, waria cenderung bergabung dengan komunitas waria sehingga merasa keberadaannya diakui. Semakin
memiliki lingkungan yang suportif, waria dapat lebih mengembangkan kemampuan positif dalam diri. Dukungan sosial dirasa sebagai salah satu
factor yang dapat membantu waria untuk lebih percaya diri dalam lingkungan sosialnya.
Individu dengan kemampuan resiliensi yang baik, pada umumnya memiliki penerimaan diri, personal growth, memiliki tujuan hidup,
otonomi, kemampuan untuk membuat dirinya merasa nyaman dengan lingkungan, serta relasi yang positif dengan orang lain. Dengan memiliki
kemampuan resiliensi, waria dapat mengembangkan sikap yang lebih positif terhadap dirinya maupun orang lain.
Kemampuan-kemampuan yang ada pada orang resilien tersebut diperoleh dalam proses hidupnya ketika mendapat pengalaman buruk atau
traumatin. Dalam hal ini, waria dengan oengalaman mendapat penolakan dari lingkungan. Ketika dapat menerima diri, waria cenderung nyaman
untuk berbaur dengan lingkungan sekitar. Hal ini juga dapat mendorong PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
waria untuk dapat membangun relasi yang positif. Berbeda dengan waria yang menolak kondisi diri yang cenderung akan bersembunyi karena takut
akan pandangan dan penilaian masyarakat umum. Waria yang resilien cenderung dapat menerima pengalaman-pengalaman, yang buruk
sekalipun, karena dianggap sebagai resiko terhadap pilihan-pilihan hidupnya. Selain itu, waria yang resilien juga mandiri dan memiliki tujuan
yang positif dan berakar pada nilai-nilai hidupnya dan mengarah pada kebahagiaan. Hal ini tentunya dapat dikatakan menjadi pegangan untuk
para waria dalam mencapai resiliensi dan tetap memperoleh kenyamanan dalam hidupnya meskipun terdapat penolakan dari lingkungan.
Penelitian ini menggunakan metode naratif dengan tujuan agar dapat memberikan keteraturan dari pengalaman-pengalaman yang
dituturkan oleh partisipan sehingga dapat memperoleh makna dari cerita partisipan tersebut Smith, 2008. Selain itu, menurut Ricoeur 1984
dalam Smith, 2008, menegaskan bahwa penelitian naratif dapat membantu membuat koneksi antara awal hingga akhir, dengan membuat
keteraturan order, partisipan tidak dapat langsung menuju pada akhir cerita.
Skema 1. Kerangka Pikir Proses Resiliensi pada Waria Terhadap Penolakan Lingkungan
WARIA
Penolakan dan diskriminasi dari lingkungan karena dianggap abnormal
Mengalami rendah diri, penarikan diri, kecemasan, depresi bahkan bunuh diri. Relasi dan komunikasi sosial
menjadi terbatas
Mengatasi dengan kualitas pribadi yang positif, yakni: -
Menerima diri -
Personal growth -
Memiliki tujuan hidup -
Otonomi -
Nyaman dengan lingkungan -
Relasi positif dengan orang lain
INDIVIDU RESILIEN PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN