2.6 Kerangka Konsep
Celah mikro Restorasi resin komposit klas I
Sistem adhesif total etch two step + Stress Decreasing Resin
SDR sebagai intermediate layer
Sistem adhesif total etch two step
+ RK flowable konvensional sebagai
intermediate layer Sistem adhesif total etch two
step tanpa intermediate layer
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini dilakukan pada restorasi Klas I. Dalam penelitian ini kavitas akan dibentuk sesuai dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Al-Boni dan
Raja yaitu dengan panjang 4 mm, lebar 3 mm dan kedalaman 4 mm. Desain kavitas yang dibentuk mengikuti desain restorasi Klas I biasanya dengan menggunakan high
speed handpiece dan pear shape bur. Beberapa penelitian mengindikasikan penggunaan Stress Decreasing Resin
SDR sebagai intermediate layer restorasi klas I jauh lebih bagus daripada resin komposit flowable konvensional karena dapat mengurangi shrinkage polimerisasi
secara signifikan, yaitu 3,5 dan stress yang dihasilkan SDR selama polimerisasi hanya 1,4 MPa, sedangkan resin komposit flowable konvensional menghasilkan
stress selama polimerisasi 4 MPa. SDR terdiri dari kombinasi unik dengan struktur molekul besar dengan bagian
kimia yang disebut modulator polimerisasi dan secara kimia tertanam di tengah pusat monomer resin SDR yang berpolimerisasi. Berat molekul yang tinggi di sekitar pusat
modulator memberikan fleksibilitas dan struktur jaringan resin SDR yang baik. SDR menunjukkan perbedaan secara kontras walaupun berada di posisi yang sama dengan
resin komposit flowable konvensional, yaitu stress polimerisasi yang sangat berkurang hampir mencapai 80 dan pengurangan volumetric shrinkage sekitar 20.
Pada penelitian ini sistem adhesif yang digunakan adalah total etch two step dan berdasarkan penelitian Yesilyurt et al. bahwa sistem adhesif total etch two step
mempunyai kekuatan perlekatan yang lebih tinggi dibandingkan sistem adhesif self etch. Setelah aplikasi sistem adhesif total etch two step, dilakukan aplikasi SDR
dengan menggunakan teknik insersi sistem bulk. Bahan restorasi yang digunakan sebagai lapisan penutup adalah resin komposit packable yang memiliki karakteristik
shrinkage yang rendah, lebih kuat, lebih tahan terhadap pemakaian, dan konsistensi resin yang kaku serta penggunaan ekstra sistem adhesif atau resin komposit flowable
selapis tipis pada preparasi dinding kavitas dapat meningkatkan adaptasi dan perlekatan resin komposit packable.
Penelitian ini menggunakan tiga kelompok perlakuan, yaitu kelompok I dengan aplikasi Stress Decreasing Resin SDR sebagai intermediate layer, kelompok
Universitas Sumatera Utara
II dengan aplikasi resin komposit flowable konvensional sebagai intermediate layer, dan kelompok III tanpa aplikasi intermediate layer, sehingga dapat dilihat stress dan
shrinkage yang terjadi pada setiap kelompok selama polimerisasi. Polimerisasi komposit dapat dibagi kedalam dua fase, yaitu pre dan post gel.
Pada fase pre-gel yaitu dimana resin komposit masih berbentuk pasta, polimer reaktif resin mampu mengimbangi shrinkage tanpa menimbulkan stress. Setelah derajat
konversi mencapai 10-20 polimer resin berubah dari bentuk pasta menjadi gel. Pada tahap ini shrinkage polimerisasi terus berlanjut dan menimbulkan stress di dalam
material resin komposit yang kemudian disalurkan pada interface restorasi dan gigi serta di dalam struktur gigi. Stress yang timbul dapat melebihi perlekatan adhesif dan
cohesive strength gigi atau komposit sehingga mengakibatkan kerusakan pada tepi restorasi. Stress dan shrinkage polimerisasi merupakan faktor utama terjadinya celah
mikro pada tepi restorasi dan menyebabkan kegagalan bahan resin komposit di rongga mulut.
Hingga saat ini belum ada penelitian yang membandingkan penggunaan bahan intermediate layer pada restorasi klas I terhadap celah mikro menggunakan
sistem adhesif total etch two step. Dengan demikian penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh Stress Decreasing Resin SDR sebagai intermediate layer restorasi
klas I dengan sistem adhesif total etch two step terhadap celah mikro in vitro.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian