Dampak Penerimaan Diri PENERIMAAN DIRI

21 yang disebabkan oleh kuman Micobacterium leprae M.Leprae. Kuman ini pertama kali menyerang susunan saraf tepi, selanjutnya menyerang kulit, mukosa mulut, saluran pernafasan bagian atas, sistem retikulo endotelial, mata, otot, tulang dan testis Amirudin, 2000.

2. Penyebab Penyakit Kusta

Penyakit kusta sebagaimana dijelaskan oleh Zulkifli 2003 disebabkan oleh kuman yang dinamakan sebagai micobakterium, dimana micobacterium ini adalah kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang yang tidak mudah diwarnai namun jika diwarnai akan tahan terhadap dekolorisasi oleh asam atau alkohol sehingga oleh karena itu dinamakan sebagai basil “tahan asam”. Selain banyak membentuk safrifit, terdapat juga golongan organism patogen misalnya ”Micobacterium tubercolose ”, ”mycobakterium leprae” yang menyebabkan penyakit menahun dengan menimbulkan lesi jenis granuloma infeksion.

3. Bentuk-bentuk Penyakit Kusta

Penyakit kusta sebagaimana dijelaskan oleh Zulkifli 2003 terdapat dalam bermacam-macam bentuk, yakni bentuk leproma mempunyai kelainan kulit yang tersebar secara simetris pada tubuh. Bentuk ini menular karena kelainan kulitnya mengandung banyak kuman. Bentuk tuber kuloid mempunyai kelainan pada jaringan syaraf, yang mengakibatkan cacat pada tubuh. Bentuk ini tidak menular karena kelainan kulitnya mengandung 22 sedikit kuman. Diantara bentuk leproma dan tuber koloid ada bentuk peralihan yang bersifat tidak stabil dan mudah berubah-ubah.

4. Dampak Penyakit Kusta

Sub Direktorat Kusta dan Frambusia 2007 menyatakan bahwa seseorang yang merasakan dirinya menderita penyakit kusta akan mengalami trauma psikis, sebagai akibat dari trauma psikis ini, si penderita akan bereaksi sebagai berikut:  Mencari pertolongan pengobatan  Mengulur-ulur waktu karena ketidaktahuan atau malu bahwa ia dan keluarganya menderita penyakit kusta  Menyembunyikan mengasingkan diri dari masyarakat sekelilingnya, termasuk keluarganya. Oleh karena berbagai masalah, pada akhirnya penderita bersifat masa bodoh terhadap penyakitnya. Sebagai akibat dari hal-hal tersebut diatas, maka timbullah berbagai masalah baru antara lain:  Masalah Terhadap Diri Penderita Pada umumnya penderita kusta merasa rendah diri,merasa tekan batin, takut terhadap penyakitnya dan terjadinya kecacatan, takut menghadapi keluarga dan masyarakat karena sikap penerimaan mereka yang kurang wajar.  Masalah Terhadap Keluarga 23 Keluarga menjadi panik, berubah mencari pertolongan termasuk dukun dan pengobatan tradisional,keluarga takut di asingkan oleh masyarakat di sekitarnya.  Masalah Terhadap Masyarakat. Pada umumnya masyarakat mengenal penyakit kusta dari tradisi kebudayaan dan agama sehingga pendapat tentang kusta merupakan penyakit yang menular dan tidak dapat diobati.

5. Penanganan Penyakit Kusta

Salah satu cara penanganan penyakit kusta yang telah lama dilaksanakan adalah melalui program MDT Multi Drug Therapy. Program MDT ini dimulai pada tahun 1981, yaitu ketika Kelompok Studi Kemoterapi WHO secara resmi mengeluarkan rekomendasi pengobatan kusta dengan rejimen kombinasi yang selanjutnya dikenal sebagai rejimen MDT-WHO. Rejimen ini terdiri atas kombinasi obat-obat dapson, rifampisin, dan klofazimin. Selain untuk mengatasi resistensi dapson yang semakin meningkat, penggunaan MDT dimaksudkan juga untuk mengurangi ketidaktaatan penderita dan menurunkan angka putus-obat drop-out rate yang cukup tinggi pada masa monoterapi dapson. Di samping itu diharapkan juga MDT dapat mengeliminasi persistensi kuman kusta dalam jaringan http:id.wikipedia.orgwikiKusta