Mengidentifikasi Ciri-ciri Kritik dan Esai

73 Pelaksanaan Program-program Sekolah Pelatihan Aku tersadar dari keharuanku ketika bus kota yang lama kunanti telah berhenti di hadapanku. Segera kusandarkan tubuhku nan lesu pada jok bus kota yang terasa sangat nyaman. Dari balik jendela bus kota, kusaksikan di sepanjang perjalanan beraneka ragam warna bendera berkibar menghiasi keramaian di jalan raya. Kulihat bayangan bocah lusuh itu di setiap lambaian bendera-bendera itu. Oleh : Siti Mukaromah Sumber: harian Solopos, edisi Minggu, 22 Agustus 2007

2. Menceritakan Kembali Isi Cerpen

Berdasarkan catatan pada format 4.2, Anda dapat membuat kembali cerita yang berjudul Bendera dengan bahasa yang disusun sendiri. Selanjutnya, ceritakan cerpen tersebut kepada teman di kelas dan guru akan memberikan komentar. Anda sudah mengerti cara menjelaskan unsur-unsur intrinsik cerpen, menceritakan kembali isi cerpen, agar lebih terasah kemampuan Anda dalam memahami materi di atas, maka kerjakan perintah-perintah di bawah ini Tugas dikerjakan di rumah 1. Cari sebuah cerpen dalam buku kumpulan cerpen di perpusta-kaan, persewaan buku, atau beli di toko buku 2. Baca cerpen yang Anda pilih dan analisislah unsur-unsur pem- bangun sastra, yang meliputi tema, latar, alur, penokohan, amanat, dan lain-lain. Jangan lupa sertakan data pendukung dari cerpen tersebut Kerjakan di buku tugas masing-masing dan serahkan kepada guru untuk dinilai

D. Menulis Kritik dan Esai

Tujuan Pembelajaran Anda diharapkan mampu mengidentifikasi ciri-ciri kritik dan esai serta mengemuka- kan pendapat di dalamnya.

1. Mengidentifikasi Ciri-ciri Kritik dan Esai

Kritik sastra dan esai merupakan suatu cabang dari ilmu sastra dalam pengadaan analisis, penafsiran, serta penilaian sebuah teks sastra. Orang yang melakukannya disebut kritikus sastra. Dia diharapkan memahami terlebih dahulu tentang ilmu sastra sebelum membuat sebuah kritik sastra. HB. Jassin Di unduh dari : Bukupaket.com 74 Bahasa dan Sastra Indonesia SMA dan MA Kelas XII Program IPA – IPS pernah berpendapat bahwa kritik sastra adalah pertimbangan baik atau buruk suatu hasil karya sastra. Oleh karena itu, seorang kritikus sastra akan dianggap sebagai juru obat. Jika karya sastra telah diresensi oleh seorang kritikus terkenal, maka karyanya dianggap bermutu dan bernilai sastra tinggi. Ciri-ciri kritik sastra dan esai yang baik adalah selalu mempertimbangkan empat komponen berikut ini. a. Data atau fakta b. Inference atau kesimpulan c. Evaluasi atau judgment d. Penilaian Selain itu, juga harus didukung oleh intuisi penulis secara tajam dan kritis. Perhatikan contoh kritik sastra dan esai berikut ini.

a. Contoh kritik sastra

Kebangkitan Tradisi Sastra Kaum Bersarung Penulis: Purwana Adi Saputra Selama ini, entah karena dinafikan atau justru karena menafikan fungsinya sendiri, kaum pesantren seolah tersisih dari pergulatan sastra yang penuh gerak, dinamika, juga anomali. Bahkan, di tengah-tengah gelanggang sastra lahir mereka yang menganggap bahwa kaum santrilah yang mematikan sastra dari budaya bangsa. Di setiap pesantren, kedangkalan pandangan membuat mereka menarik kesimpulan picik bahwa santri itu hanya percaya pada dogma dan jumud. Mereka melihat tradisi hafalan yang sebenarnyalah merupakan tradisi Arab yang disinkretisasikan sebagai bagian dari budaya belajarnya, telah membuat kaum bersarung ini kehilangan daya khayal dari dalam dirinya. Dengan kapasitasnya sebagai sosok yang paling berpengaruh bagi transfusi budaya bangsa ini, dengan seenaknya ditarik hipotesis bahwa pesantrenlah musuh pembudayaan sastra yang sebenarnya. Kaum bersarung adalah kaum intelektualis yang memarjinalkan sisi imaji dari alam pikirnya sendiri. Pesantren adalah tempat yang pas buat mematikan khayal. Pesantren adalah institut tempat para kiai dengan dibantu para ustadnya menempa kepala para santri dengan palu godam paksa. Dikutip seperlunya dari Solopos, 5 Desember 2006 Di unduh dari : Bukupaket.com 75 Pelaksanaan Program-program Sekolah

b. Contoh esai:

Perda Kesenian dan Rumah Hantu Oleh: Teguh W. Sastro Beberapa waktu lalu Dewan Kesenian Surabaya DKS melontar- kan keinginan agar Pemkot Surabaya memiliki Perda Peraturan Daerah Kesenian. Namanya juga peraturan, dibuat pasti untuk mengatur. Tetapi peraturan belum tentu tidak ada jeleknya. Tetap ada jeleknya. Yakni, misalnya, jika peraturan itu justru potensial destruktif. Contohnya jika dilahirkan secara prematur. Selain itu, seniman kan banyak ragamnya. Ada yang pinter pandai dan ada juga yang keminter sok tahu. Oleh karenanya, pertentangan di antara mereka pun akan meruncing, misalnya, soal siapa yang paling berhak mengusulkan dan kemudian memasukkan pasal-pasal ke dalam rancangan Perda itu. Sejauhmana keterlibatan seniman di dalam proses pembuatan Perda itu, dan seterusnya. Itu hanya salah satu contoh persoalan yang potensial muncul pada proses pembuatan Perda itu, belum sampai pada tataran pelaksanaan- nya. Hal ini bukannya menganggap bahwa adanya peraturan itu tidak baik, terutama menyangkut Perda Kesenian di Surabaya. Menyangkut sarana dan prasarana, misalnya, bolehlah dianggap tidak ada persoalan yang signifikan di Surabaya. Akan tetapi, bagaimana halnya jika menyangkut mental dan visi para seniman dan birokrat kesenian sendiri? Dikutip seperlunya dari Jawa Pos, 30 Januari 2007 Setelah membaca dan memahami contoh kritik dan esai di atas, tentunya Anda dapat mengidentifikasi unsur-unsur dan ciri-ciri kritik dan esai tersebut.

2. Menulis Kritik Sastra