9
masyarakat. Semua bahan makanan yang berasal dari tanaman melinjo memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi, selain karbohidrat juga mengandung lemak,
protein, mineral, dan vitamin-vitamin Sunanta, 1994. Bagian daun muda, buah yang masih muda, dan bunga dimanfaatkan sebagai bahan sayuran oleh masyarakat. Daun
melinjo yang masih muda sangat baik untuk kesahtan mata karena memiliki kandungan vitamin A yang sangat tinggi, yakni 10.000 S.I tiap 100 g bahan. Jumlah
tersebut sedikit dibawah kandungan vitamin A pada wortel 12000 S.I Haryoto, 1998.
Selain itu, melinjo juga memiliki manfaat dalam bidang pengobatan tradisional. Kulit buah, buah, biji dan daun melinjo diketahui berkhasiat untuk
meluruhkan air seni, menyembuhkan penyakit pada mata, anemia, dan busung lapar Winarto, 2004. Tanaman melinjo juga dipercaya dapat digunakan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh dan sebagai antimikroba alami Anonim, 2010.
B. Senyawa Fenolik
Senyawa fenolik merupakan suatu substansi organik yang terdiri dari senyawa aromatik yang terikat dengan satu atau lebih substituen hidroksil OH.
Senyawa induknya adalah fenol, tetapi kebanyakan senyawa fenolik merupakan polifenol. Sumber senyawa fenolik sangat mudah dijumpai pada berbagai tanaman
tetapi sangat jarang dijumpai pada hewan. Diantara berbagai golongan senyawa polifenol yang terdapat pada tubuhan, yang paling banyak ditemukan adalah
10
golongan senyawa flavonoid Mann, Davidson, Hobbs, Banthorpe, dan Harbone, 1994.
Senyawa fenolik merupakan sumber antioksidan alami yang aman digunakan sehingga dapat berpotensi sebagai antioksidan alami bagi tubuh manusia.
Aktivitas antioksidan dari senyawa fenolik didapatkan dengan cara mereduksi radikal untuk mencegah terjadinya reaksi samping yang merugikan. Mekanisme kerjanya
yaitu melalui kemampuan gugus fenol menangkap radikal bebas dengan berperan sebagai donor hidrogen melalui proses transfer elektron, sehingga senyawa fenolik
berubah menjadi radikal fenoksil. Radikal fenoksil ini terstabilkan oleh adanya efek resonansi Bruneton, 1999; Marxen, Vanselow, Lippemeier, Hintze, Ruser, dan
Hansen, 2007. Senyawa fenolik dalam tumbuhan dapat berupa fenol sederhana, antrakuinon, asam fenolat, kumarin, flavonoid, lignin, dan tanin Harbone, 1987.
Flavonoid merupakan golongan terbanyak dari senyawa fenolik. Hal ini karena flavonoid mempunyai sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih, atau suatu
gula, flavonoid bersifat polar. Pada umumnya flavonoid larut dalam pelarut polar seperti etanol, butanol, aseton, dimetilsulfoksida, dimetilformamida, air dan lain-lain
Markham, 1988. Salah satu senyawa fenolik yang sering diteliti adalah rutin, oleh karena itu
rutin sering digunakan sebagai pembanding dalam pengujian aktivitas antioksidan bahan alam karena telah banyak diteliti mengenai aktivitas antioksidannya Armala,
2009; Sunardi, 2007. Rutin 3’,4’,5,7-tetrahidroksiflavon- 3β-D-rutinosida atau
vitamin P merupakan senyawa fenolik yang termasuk dalam golongan flavonoid.
11
Gugus O-dihidroksi pada cincin B, diasosiasikan dengan aktivitas antioksidan rutin Lopez, Martinez, Del-Valle, Ferrit, dan Luque, 2003.
Gambar 1. Struktur kimia rutin Dos Santos, Mazo, Cavalheiro, 2008
C. Antioksidan