Pembuatan serbuk simplisia bunga melinjo

51 partikel debu maupun tanah yang masih menempel pada tanaman. Bunga melinjo dikumpulkan sebanyak 3 kg basah. Selanjutnya bunga melinjo segar ini harus segera diolah untuk menghindari terjadinya fenomena phenolic browning, yaitu terjadinya perubahan warna tanaman menjadi kecoklatan atau bahkan menghitam, hal ini terjadi karena oksidasi senyawa fenolik yang terdapat dalam tanaman Galati, Angie, McKay, Allan, Tan, dan Soon Chye, 2005. Peristiwa browning terjadi karena adanya respon polifenol oksidase terhadap luka pada tumbuhan. Polifenol oksidase akan mengoksidasi senyawa fenolik menjadi bentuk radikal dan kemudian menjadi bentuk polimer yang digunakan untuk menutup luka. Dengan adanya oksidasi pada senyawa fenolik maka aktivitas antioksidan senyawa fenolik itu akan berkurang. Peristiwa browning akan terjadi secara maksimal satu jam setelah terjadi luka. Dalam peneitian ini, preparasi sampel dilakukan kurang dari satu jam setelah tanaman dipanen, sehingga diharapkan fenomena browning dapat dihindari Cheng, dan Crisosto, 1995.

C. Hasil Preparasi Sampel

1. Pembuatan serbuk simplisia bunga melinjo

Bunga melinjo yang telah diperoleh dicuci dengan air mengalir untuk membersihkan sampel dari pengotor-pengotor yang menempel. Sampel bunga melinjo yang telah dicuci kemudian dilakukan perajangan dengan cara dipotong kecil-kecil, tujuan dari proses perajangan ini adalah untuk mempermudah proses pengeringan. Perajangan dilakukan jangan terlalu tebal maupun terlalu tipis. Ukuran 52 perajangan sangat berpengaruh pada kualitas bahan simplisia, jika perajangan terlalu tipis, maka dapat meningkatkan kemungkinan berkurangnya zat yang terkandung di dalam sampel. Namun jika perajangan terlalu tebal maka kandungan air dalam simplisia akan sulit dihilangkan. Langkah selanjutnya adalah sampel diangin- anginkan untuk kemudian dilakukan pengeringan dengan menggunakan oven. Tujuan dilakukannya pengeringan adalah untuk mengurangi jumlah kadar air yang terdapat di dalam sampel sehingga sampel menjadi lebih awet dan tidak mengalami pembusukan sehingga kandungan kimia yang terdapat di dalam sampel dapat tetap terjaga kualitasnya. Suhu pengeringan bergantung pada bahan simplisia yang akan digunakan. Bahan simplisia umumnya dapat dikeringkan pada suhu 30-90 C, tetapi suhu yang baik tidak melebihi dari 60 C. Untuk simplisia yang mengandung senyawa aktif yang tidak tahan panas, simplisia harus dikeringkan pada suhu 30-45 C, dengan alat pengering yang memiliki vakum atau aliran udara Depkes RI, 1985. Karena senyawa aktif dalam sampel belum diketahui maka digunakan suhu pengeringan 40 C. Suhu ini sesuai dengan suhu yang digunakan untuk mengeringkan simplisia yang memliki senyawa aktif yang tidak tahan panas. Tidak dipilih suhu yang lebih tinggi karena ditakutkan dalam sampel bunga melinjo terdapat senyawa aktif yang tidak tahan panas sehingga dapat merusak senyawa aktif tersebut. Setelah sampel tanaman benar-benar kering, Sampel kemudian diblender untuk memperkecil ukuran partikel sehingga didapatkan partikel-partikel yang kecil sehingga luas permukaannya lebih besar. Semakin besar luas permukaan sampel maka kesempatan untuk bersentuhan dengan cairan penyari akan semakin besar yang 53 menyebabkan proses penyarian lebih efektif. Hal ini disebabkan adanya kemudahan cairan penyari menembus sampel dan menyari senyawa kimia yang terdapat di dalam bunga melinjo.

2. Pembuatan ekstrak etanolik bunga melinjo