38
160P
, waterbath labo-tech,Heraceus, alat pendingin balik, vortex junke kunkel,
spektrofotometer UV-VIS Perkin Elmer Lamda 20, tabung reaksi tertutup, pelat dan chamber KLT, aluminium foil, kertas saring berlipat, kapas, almari asam,dan alat-alat
gelas yang lazim digunakan di laboratorium analisis Pyrex-Germany dan Iwaki.
E. Tata Cara Penelitian 1. Determinasi tanaman
Determinasi tanaman melinjo dilakukan di Laboratorium Farmakognosi - Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Pengumpulan bahan
Bunga melinjo diperoleh dari petani melinjo di Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen. Pengumpulan dilakukan pada musim penghujan bulan Januari
2013. Pemanenan dilakukan pada saat tanaman sedang berbunga di saat pagi hari.
3. Pembuatan serbuk simplisia
Bunga melinjo yang telah dikumpulkan, dicuci hingga bersih dengan air mengalir, kemudian diiris kecil-kecil. Setelah dilakukan pengirisan, bunga melinjo
dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 40 C - 60
C untuk proses pengeringan. Bunga melinjo yang telah kering dikatakan kering jika bunga melinjo sudah dapat
dipatahkan dengan tangan dan sudah tidak lembab, dihaluskan dengan menggunakan blender hingga menjadi serbuk simplisia bunga melinjo.
39
4. Pembuatan ekstrak etanolik bunga melinjo
Serbuk simplisia yang telah siap dimasukkan dalam bejana maserasi, ditambah etanol 70 hingga terendam sempurna, kemudian diaduk homogen.
Campuran tersebut kemudian dimaserasi pada suhu ruang selama dua hari. Kemudian dilakukan penyaringan dengan corong Buchner dan diambil filtratnya filtrat 1.
Residu ampas hasil penyaringan kemudian diremaserasi dengan etanol 70 selama 2 hari dan kemudian dilakukan penyaringan dengan corong Buchner dan diambil
filtratnya filtrat 2. Filtrat pertama kemudian dicampur dengan filtrat kedua dan disaring kembali dengan corong Buchner. Keseluruhan filtrat yang diperoleh
diuapkan pelarutnya melalui proses evaporasi dengan vacuum rotary evaporator hingga didapatkan ekstrak etanolik bunga melinjo. Proses evaporasi dihentikan jika
jumlah filtrat yang dievaporasi sudah mengalami penyusutan hingga tersisa filtrat dengan jumlah yang kecil.
5. Pembuatan larutan DPPH, pembanding, dan uji
a. Pembuatan larutan DPPH. Sebanyak 15,8 mg DPPH dilarutkan ke dalam 100 mL metanol p.a sehingga diperoleh larutan DPPH dengan konsentrasi 0,4 mM.
Larutan tersebut ditutup dengan alumunium foil dan harus dibuat baru. b. Pembuatan larutan pembanding rutin. Sebanyak 2,5 mg rutin ditambah
metanol hingga 10,0 mL sebagai larutan stok.
Dari larutan stok diambil sebanyak 0,5; 1,0; 1,5; 2,0, dan 2,5 mL larutan, kemudian ditambahkan metanol p.a sampai 10,0 mL,
sehingga diperoleh konsentrasi larutan pembanding rutin sebesar 12,5; 25; 37,5; 50; dan 62,5 µ gmL.
40
c. Pembuatan larutan uji. Sebanyak 100,0 mg ekstrak etanolik bunga melinjo ditimbang dan ditambah metanol hingga 25,0 mL. Larutan tersebut diambil sebanyak
1,0; 2,0; 3,0; 4,0; dan 5,0 mL dan ditambah metanol hingga 10 mL, sehingga diperoleh larutan uji 400,0; 800,0; 1200,0; 1600,0; dan 2000,0 µgmL.
6. Skrining fitokimia