2 orang bahwa belajar bahasa asing tidak lain adalah mempelajari kosakatanya. Tidak
dapat dipungkiri bahwa mufradât itu sangat penting dalam pembelajaran bahasa asing, namun jika tidak digunakan dalam struktur kalimat dan dikontekstualisasikan,
maka mufradât menjadi tidak bermakna
2
. Ibarat pasir, ia baru berfungsi dengan baik jika diaduk dengan semen dan air lalu digunakan dalam menyusun batu-batu atau
bata-bata menjadi dinding dari sebuah bangunan yang utuh. Pembelajaran mufradât tampaknya kurang mendapat perhatian yang
memadai
3
, sehingga sejauh ini masih dianggap belum jelas: bagaimana mengembangkan pembelajaran mufradât bagi peserta didik kita? Dalam rangka
revitalisasi mufradât sebagai bagian integral dari sistem bahasa Arab, penulis berpendapat bahwa pembelajaran mufradât perlu dijadikan sebagai basis
pengembangan kemahiran berbahasa Arab maharât al-lughah al-Arabiyyah, karena memahami dan memahamkan al-fahm wa al-ifhâm sebagai inti dari tujuan
pembelajaran bahasa Arab tidak mungkin tercapai jika tidak ditopang oleh penguasaan mufradât dan kemampuan mengembangkannya. Oleh karena itu, tulisan
ini dimaksudkan untuk mendiskusikan permasalahan: Bagaimana pembelajaran mufradât di lembaga pendidikan kita dapat diorientasikan kepada revitalisasi
pengembangan kemahiran berbahasa Arab? Jawaban terhadap permasalahan ini tidak hanya didekati melalui pemahaman sistem bahasa Arab, melainkan juga
dianalisis dari aspek linguistik aplikatif.
B. Tujuan Pembelajaran Mufradât
Salah satu orientasi modern dalam pembelajaran bahasa adalah tamhîr, yaitu: pembentukan keterampilan dan kebiasaan berbahasa takwîn al-mahârât wa al-âdât
al-lughawiyyah.
4
Orientasi ini tampaknya dipengaruhi oleh aliran Behaviorisme al- madrasah al-sulûkiyyah yang menyerukan pentingnya pembiasaan berbahasa
melalui pengulangan dan latihan-latihan berbahasa
5
dan juga oleh pendekatan
2
Muhammad Hâj Hasan , ―Tadrîs al-Mufradât‖, dalam Jurnal al-Muwajjih, Jakarta: LIPIA,
1988, Edisi II, h. 42.
3
Pembelajaran mufradât seringkali diposisikan inheren dalam pembelajaran bahasa Arab tanpa ada penekanan khusus. Misalnya saja, menurut pengamatan penulis, ketika belajar
muthâla’ah atau qirâ’ah, pembelajar kurang diorientasikan kepada kemampuan mengeksplorasi dan merevitalisasi
kamus, sehingga pengetahuan dan pemahaman pembelajar terhadap kosakata lebih banyak bergantung pada gurudosen. Demikian pula, ketika mendapati kosakata baru, pembelajar kurang diarahkan
kepada kemampuan untuk mengembangkan ungkapan atau kalimat dengan menggunakan kosakata baru tersebut, sehingga kosakata itu menjadi tidak fungsional bermakna dan mudah dilupakan.
4
Hasan Jafar al-Khalîfah, Fushûl f
î
Tadrîs al-Lughah al-Arabiyyah, Riyâdh: Maktabah al- Rusyd, 2003, Cet. II, h. 72.
5
Menurut Behaviorisme, seperti perilaku manusia lainnya, bahasa merupakan serangkaian kebiasaan set of habits. Kebiasaan itu, termasuk kebiasaan berbahasa, terbentuk melalui peniruan
taqlîd, muhâkat, pengulangan, tardîd, latihan tadrîb terus-menerus, dan penguatan tazîz. Jadi,
3 komunikatif al-madkhal al-ittishâlî. Namun demikian, spirit utama yang dapat
dipahami dari orientasi ini adalah bahwa pembelajaran bahasa, termasuk bahasa Arab, haruslah fungsional al-ittijâh al-wazhîfî: memfungsikan bahasa sebagai
media komunikasi dan ekspresi, bukan sebagai ―unit analisis gramatikal‖ yang cenderung filosofis dan tidak realistis.
Oleh karena itu, pembelajaran mufradât juga harus diorientasikan kepada fungsionalisasi bahasa Arab itu sendiri sebagai media untuk memahami dan
berkomunikasi, baik dalam konteks pemahiran keterampilan pasif mendengar dan membaca maupun keterampilan aktif berbicara dan menulis. Mufradât yang
dibelajarkan bukanlah sekedar untuk dihafal di luar kepala, tetapi harus digunakan untuk memahami teks, berbicara danatau mengekspresikan ide-ide secara tertulis
insyâ. Mufradât merupakan kekayaan bahasa tsarawât lughawiyyah yang mutlak difungsikan dalam berbahasa Arab, baik pasif maupun aktif.
Atas dasar itu, tujuan utama pembelajaran mufradât adalah: 1 memper- kenalkan kosakata baru kepada siswamahasiswa, baik melalui bahan bacaan maupun
fahm al-masmû; 2 melatih siswamahasiswa untuk dapat melafalkan kosakata itu dengan baik dan benar karena pelafalan yang baik dan benar mengantarkan kepada
kemahiran berbicara dan membaca secara baik dan benar pula; dan 3 memahami makna kosakata, baik secara denotatif atau leksikal berdiri sendiri maupun ketika
digunakan dalam konteks kalimat tertentu makna konotatif dan gramatikal; dan 4 mampu mengapresiasi dan memfungsikan mufradât itu dalam berekspresi lisan
berbicara maupun tulisan mengarang sesuai dengan konteksnya yang benar.
6
Tujuan tersebut mencerminkan integrasi kompetensi kognitif [mengenal, megetahui, menyebutkan], afektif [mengapresiasi, menilai bermanfaat] dan sekaligus psiko-
motorik [melafalkan, menggunakan, memfungsikan]. Karena itu, indikator penguasaan mufradât siswamahasiswa bukanlah terletak
pada kemampuannya untuk menghafal dan mereproduksi mufradât itu, melainkan pada keterampilannya menggunakan mufradât secara tepat, baik sebagai sarana
memahami teks, maupun sebagai sarana berekspresi ta’bîr syafawî maupun tahrîrî
tersebut. Dengan kata lain, pembelajaran mufradât berfungsi sebagai media untuk
belajar bahasa berarti belajar membiasakan diri dalam menggunakan bahasa yang dipelajari dan perlu didukung oleh motivasi ekstrinsik. Lihat Abd al-Azîz ibn Ibrâhîm al-Ushailî, al-Nazhariyyât al-
Lughawiyyah wa al-Nafsiyyah wa Talim al-Lughah al-Arabiyyah, Riyâdh: Maktabah al-Malik Fahd al-Wathaniyyah, 2000, Cet. I, h. 24. Lihat pula Shalâh Abd al-Majîd al-Arabî, Taallum al-Lughât
al-Hayyah wa Talîmuhâ: Baina al-Nazhariyyah wa al-Tathbîq, Beirut: Maktabah Lubnân, 1981, Cet. I, h. 11.
6
Perumusan tujuan tersebut diadaptasi dan direformulasikan dari fungsi bahasa sebagai sistem bunyi, sebagai alat komunikasi, dan bahasa merupakan konteks. Lihat Rusydî Ahmad Thuaimah,
Talîm al-Arabiyyah li Ghair al-Nâthiqîna bihâ: Manâhijuhu wa Asâlîbuhu, Rabâth: Isisco, 1989, Cet. I, h. 22-24.
4 mengembangkan kemahiran siswa mahasiswa dalam berkomunikasi dalam bahasa
Arab, baik aktif maupun pasif dan dalam memahami pembicaraan maupun bacaan.
C. Posisi Mufradât dalam Sistem Bahasa Arab