7 menjelaskan makna kata yang pertama dengan menyebut kata kedua sebagai
sinonimnya, sehingga pemahaman siswa menjadi lebih cepat dan mantap. Demikian pula, kata-kata
اّاوجلا ، اوواالا ، ايذوملا
harus lebih diprioritaskan daripada kata-kata:
ليباملا ، تايبماكلا ،ايدا لا
.
11
Selain itu pembelajaran mufradât juga harus didasarkan pada prinsip al- tanâsub wa al-tawâzun relevansi dan proporsionalitas. Mufradât yang diberikan
hendaknya relevan dengan tujuan pembelajaran bahasa Arab dan proporsional antara mufradât syâiah kosa kata yang banyak dipakai, mufradât nâfiah kosakata yang
bermanfaat, mufradât wadzîfiyyah kosakata yang fungsional, dan mufradât khâshshah kosakata khusus, seperti: anggota badan, nama tumbuh-tumbuhan, dan
anggota keluarga.
12
Prinsip lain yang juga perlu dipertimbangkan dalam pembelajaran mufradât adalah variasi dan konteks mufradât itu sendiri. Dari segi fungsinya, mufradât dapat
diklasifikasikan menjadi mufradât mujamiyyah dan mufradât wazhîfiyyah seperti: hurûf al-jarr, athf, ism isyârah, asmâ al-maushûl, zharf
…. Sedangkan dari segi maknanya, mufradât dapat dibedakan antara mufradât yang mengandung al-mana
al-ashlî dan al-mana al-idhâfî al-majâzî. Dari segi cara pemilihannya, mufradât juga dapat dibedakan antara mufradât mufîdah dan mufradât ghair mufîdah
13
. Dan dari segi gradasinya, mufradât dapat dikelompokkan menjadi mufradât sahlah
kosakata yang mudah dan mufradât shabah kosakata yang sulit.
14
Kategori mudah mencakup: mudah diucapkan, mudah diingat, mudah dipahami, dan mudah
digunakan, seperti kata
ويبك
dan
مْْوَض
yang keduanya mengandung arti besar, tetapi
kata yang pertama tentu lebih mudah diucapkan dan diingat daripada yang kedua.
E. Model Pembelajaran Mufradât
Tidak jarang orang bertanya: ―Berapa jumlah mufradât yang harus dikuasai tidak harus dihafal agar seseorang dapat lancar berkomunikasi lisan atau tulisan
dengan bahasa Arab?‖ Sebagian pakar berpendapat bahwa pelajar tingkat dasar pemula cukup menguasai 750-1.000 kosakata; tingkat menengah 1.000-1.500
kosakata, dan tingkat advance 1.500-2.000 kosakata. Pakar lain menyatakan bahwa mengajar anak dengan 2.000-2.500 kosakata pada tingkat dasar cukup untuk
membuatnya mampu berkomunikasi dan memenuhi kebutuhan hidupnya, dengan syarat mereka menguasai struktur kata dan cara menggunakan kamus. Ada lagi yang
11
Rusydî Ahmad Thuaimah, Talîm al-Arabiyyah … h. 195-6.
12
Harlord Palmer, Usus Talîm al-Lughah al-Ajnabiyyah terj. dari Principles of Language Study oleh Kamâl Ibrâhîm Badrî dan Shâlih Muhammad Nâshir, Jakarta: LIPIA, tt., h. 44-45.
13
Hasan, Muhammad H âj, ―Tadrîs al-Mufradât‖… h. 47.
14
Basyîr al-Nîrânî, Mudzakkirah fî Tharîqah Tadrîs al-Mufradât, Jakarta: LIPIA, tt., h. 4.
8 berpendapat bahwa penguasaan 3.000 hingga 5.000 kosakata cukup untuk menjamin
kelancaran dalam membaca berbagai karya tulis dalam berbagai bidang. Terlepas dari perbedaan tersebut, proses pembelajaran bahasa Arab, antara
lain, harus diarahkan kepada pengembangan kosakata tanmiyat al-mufradât agar siswamahasiswa memiliki perbendaharaan modal kebahasaan yang memadai,
sehingga timbul dan memiliki keberanian untuk berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan. Kelemahan siswamahasiswa pada umumnya adalah kekurangan penguasaan
kosakata dan sekaligus kurang keberanian untuk berekspresi.. Ada dua metode yang biasanya digunakan dalam pembelajaran mufradât,
khususnya dalam memperjelas makna kosakata, yaitu: al-tharîqah al-siyâqiyyah metode kontekstual dan al-tharîqah ghair al-siyâqiyyah metode non-kontekstual.
Metode pertama kontekstual dimaksudkan sebagai cara menjelaskan makna kosakata melalui kontekstualisasi kata dalam struktur kalimat. Asumsinya adalah
bahwa satu kata dalam bahasa Arab terkadang mempunyai banyak makna, sehingga agar makna dipahami, maka kata itu harus diletakkan dalam struktur kalimat secara
kontekstual. Misalnya kata
َََتوف
, maknanya tidak sekedar: membuka secara fisik semata, melainkan dapat juga berkonotasi: mendirikan, memperoleh kemenangan,
memudar, dan sebagainya. Perhatikan contoh kalimat di bawah ini:
1 .
. اتكلا بلاطلا َتف 2
كيلع ها َتف . 3
ا يبم ااتف كل ا اتف انإ . 4
ا جتم دمحو َتف . . فصو اك و دعب ضيبو راصف صيمقلا ال َتف
Demikian pula, ketika menjelaskan makna harf min, guru perlu melakukan kontekstualisasi agar ragam makna min dapat dipahami dari konteks kalimatnya, baik
yang berarti: dari, sebagiantermasuk, maupun yang bermakna: di dan karena. Adapun prosedur yang dapat ditempuh guru dalam menjelaskan makna
mufradât , menurut Thu‘aimah, adalah sebagai berikut:
1. Menunjukmemperlihatkan
ءايشو زا بإ و ةراشإ
benda atau sesuatu yang langsung berhubungan dengan kosakata yang sedang diperkenalkan atau
diajarkan, seperti:
يو ك
dengan menunjuk kursi yang ada di samping guru atau yang sedang diduduki siswa; dan
ملق
sambil memperlihatkan pena sang guru; atau memegang dan mengangkat pena siswa. Jika bendanya tidak
mungkin dihadirkan, guru dapat menggunakan gambar, membuat sketsa, ilustrasi, dan sebagainya.
2. Dramatisasi
ى عملا ليثمت
. Dalam hal ini guru memperagakan: ―membuka pintu‖ untuk menjelaskan makna kata kerja
َتف -
َتفي
atau menulis pelajaran pada papan tulis untuk menjelaskan makna
بتكي
;
9 3.
Bermain peranan
ر دلا بعل
. Dalam hal ini guru dapat memainkan peran sesuai dengan kosakata yang hendak diajarkan. Misalnya, guru memerankan
orang sakit yang sedang merasa kesakitan, untuk menjelaskan kata
ملأب ّساي
atau menjelaskan ungkapan:
ضي م انو
.
4. Menyebutkan antonim
تاداضتملا كذ
. Misalnya ketika menjelaskan kata
نخاو
, guru dapat menyebutkan lawannya, yaitu:
دراب
. 5.
Menyebutkan sinonim
تملا كذ تافد
. Misalnya, ketika menjelaskan kata
ماصمص
, guru dapat menyebutkan sinonimnya, yaitu:
يو
. 6.
Memberikan asosiasi makna
يناعملا يعادت
. Ketika menjelaskan kata
لئاع
, guru dapat meberikan asosiasi dengan menyebutkan kata-kata seperti:
،ج ز ا و ، ج ز
....،،يقش و ،د
. Hal ini penting dilakukan agar pikiran siswa tertuju
kepada suatu pengertian, yaitu keluarga. 7.
Menyebut akar kata dan derivasinya
اهوتاقتشم ملكلا لصو كذ
. Ketika
menjelaskan kata
بتاكرم
, guru dapat menunjukkan akar kata berikut beberapa derivasi atau yang menjadi turunannya, seperti:
... ، اتكم ،بتاك ، اتك ،َبَتك
, sehingga siswa berusaha memahaminya sesuai dengan konteks kalimatnya.
8. Menjelaskan maksud atau pengertian kata melalui definisi, ciri-ciri, dan
sebagainya. Misalnya, ketika berusaha memahamkan makna
سي ك
, guru dapat, misalnya, menyatakan:
راص لا يف يلصي دبعي اكم
. Guru dapat juga menyebut nama yang bagi siswa langsung dapat dipahami, seperti:
ةدي ج ....ر داب راب دبعم ،سانام ج رب ،اكيلبافير
. 9.
Meminta siswa membaca berulang kali, terutama ketika mendapat kosakata baru dalam sebuah teks. Dengan beberapa kali membaca dan menerka kata
tertentu dalam teks itu, niscaya maknanya dapat dimengerti. 10.
Membuka dan mencari makna kata dalam kamus
ساماقلا يف ثابلا
. 11.
Menerjemahkan langsung ke dalam bahasa ibu. Ini merupakan jalan pintas dan cara terakhir bila seluruh cara tidak dapat dilakukan dan siswa tidak juga
memahaminya dengan baik. Guru diharapkan tidak ―memanjakan‖ siswanya dengan cara terakhir ini, karena hal ini dapat berdampak negatif terhadap
perkembangan kebahasaan siswa, seperti: malas berpikir, malas mencari dalam kamus, malas berasosiasi, dan sebagainya.
15
Secara teknis, pembelajaran mufradât dapat diklasifikasikan menjadi dua orientasi, yaitu: unplanned vocabulary teaching pembelajaran mufradât
takterencana dan planned vocabulary teaching pembelajaran mufradât yang terencana. Yang pertama, ketika berada dalam kelas, gurudosen membelajarkan
15
Rusydî Ahmad Thuaimah, Talîm al-Arabiyyah … h. 198-9
10 bahasa tanpa mempersiapkan daftar kosakata tertentu yang akan diajarkan,
melainkan pembelajaran mufradât berlangsung secara spontan dan bergantung pada situasi dan sumber belajar yang ada. Sedangkan yang kedua, sebelum masuk kelas,
gurudosen sudah merencanakan dan membuat daftar kosa-kata tertentu yang akan dibelajarkan.
16
Ketika gurudosen membawa koran ke dalam kelas, lalu membaca headline yang berisi mengenai terorisme, kemudian ia mengenalkan kata
وويبا رإ
terorisme kepada siswamahasiswa karena sangat aktual, meski sebelumnya ia
tidak berniat mengenalkan kata itu, maka ia pada dasarnya membelajarkan mufradât secara tidak terencana.
F. Metode Pengembangan Pembelajaran Mufradât