Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian tentang kepuasan perawat dalam pelaksanaan kolaborasi perawat-dokter menunjukkan bahwa perawat mayoritas puas pada keterampilan komunikasi efektif sebesar 84,1, lebih dari setengahnya perawat puas pada saling menghargai dan rasa percaya sebesar 57,1, perawat paling banyak puas pada memberi dan menerima umpan balik sebesar 63,5, perawat paling banyak puas pada pengambilan keputusan sebesar 74,6, dan perawat paling banyak puas pada manajemen konflik sebesar 63,5. Tabel 5.1.3 Distribusi Frekuensi Kepuasan Perawat Dalam Pelaksanaan Kolaborasi. Kepuasa Perawat Frekuensi Puas 47 74,6 Tidak Puas 16 25,4 Total 63 100 Berdasarkan Tabel 5.1.3 menunjukkan bahwa kepuasan perawat pada pelaksanaan kolaborasi perawat-dokter menunjukkan paling banyak puas sebesar 74,6 dan perawat tidak puas sebesar 25,4.

5.2 Pembahasan

Kolaborasi adalah suatu hubungan kerjasama antara sejawat dengan kesehatan lain dalam pemberian perawatan dan pelaksanaan kepada klien Blais,2006. Asosiasi Perawat Amerika ANA,1992 juga menyatakan bahwa kolaborasi adalah hubungan kerjasama antara tenaga kesehatan dalam memberikan Universitas Sumatera Utara pelayanan kepada klien. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan kolaborasi perawat-dokter paling banyak perawat menyatakan puas 74,6. Sejalan dengan hasil penelitian Paryanto 2006, didapatkan bahwa lebih banyak kepuasan kerja yang baik dalam pelaksanaan kolaborasi dengan dokter. Dilihat dari salah satu manfaat kolaborasi bahwa salah satu tujuan kolaborasi memberikan kualitas pelayanan terbaik bagi klien Kemenkes RI, 2012. Hal ini mungkin terjadi karena karakteristik lama kerja perawat, mayoritas 5 tahun. Mustar 1995, dan Muchlas 1997 berpendapat bahwa karyawan baru cenderung kurang puas dibandingkan dengan karyawan yang lebih senior dan akan lebih produktif daripada karyawan yang belum lama bekerja. Pendapat ini sesuai dengan pernyataan Robbins Judge 2008, bahwa kepuasan kerja berhubungan dengan produktivitas, bila karyawan puas maka karyawan akan produktif. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan lama kerja perawat memberikan pengaruh kepada kepuasan perawat dalam pelaksaan kolaborasi ini. Berbeda dengan hasil penelitian Polohindang, Umboh, Rattu, Tilaar 2012, didapat dari hasil observasi bahwa sebagian besar proses kolaborasi belum diaplikasikan dalam pelayanan kesehatan. Hasil penelitian ini juga didapatkan bahwa pelaksanaan kolaborasi sebagian terdapat pada kategori tidak puas. Universitas Sumatera Utara Menurut Basuki dan Endang 2008, kecenderungan terjadi hambatan dalam hubungan dokter dan perawat dapat mempengaruhi suatu proses kolaborasi, dipelayanan kesehatan. Menurut Sumijatun 2010, dalam pelayanan kesehatan terjalin interaksi, diataranya perawat dengan dokter yang merupakan salah satu tingkat kepuasan perawat. Hal ini mungkin terjadi, dilihat dari beberapa karakteristik responden antara lain usia perawat yang lebih dari setengahnya perawat berusia 20-39 tahun. Menurut Gibson 1997, perilaku individu berkaitan dengan usia individu tersebut dan hubungan usia dengan kepuasan kerja menunjukkan hubungan yang positif, dimana semakin tua usia karyawan semakin tinggi tingkat kepuasan kerjanya. Berbeda dengan hasil penelitian ini yang menunjukkan karakteristik responden dari segi usia mendapatkan lebih banyak yang berusia mudah daripada yang tua. Segi usia ini mungkin memberi pengaruh terhadap kepuasan perawat untuk pelaksanaan kolaborasi. Dokter dan perawat memiliki tujuan bersama yaitu dalam upaya keberhasilan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Ketidakpuasan perawat dalam pelaksanaan kolaborasi ini dapat mempengaruhi keberhasilan pelayanan pada klien. Hal ini sesuai pendapat Wendati 2007 profesi kedokteran dan keperawatan harus bekerja bersama-sama, serasi, selaras dan seimbang, saling menghargai dan saling membina pengertian. Penelitian ini paling banyak pada kategori puas, untuk itu bahwa kerjasama antara dokter dan perawat sudah terlaksana dengan baik, dan lebih di tingkatkan untuk mendapat kepuasan yang lebih optimal. Pada penelitian ini, peneliti melakukan penelitian tentang kepuasan Universitas Sumatera Utara perawat dalam pelaksanaan kolaborasi berdasarkan dari beberapa komponen kolaborasi. Berdasarkan komponen keterampilan komunikasi yang efektif didapatkan perawat mayoritas puas sebesar 84,1. Menurut Potter Perry 1993 komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Zuraidah 2005, menyatakan bahwa salah satu faktor yang berhubungan dengan kolaborasi adalah komunikasi. Demikian juga dengan penelitian oleh Rahmawati Purwanti 2008, menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara komunikasi perawat-dokter dengan stress kerja perawat. Hal ini berdasarkan hasil penelitian pada item kuesioner didapatkan bahwa lebih dari setengahnya perawat merasa puas dengan sikap penerimaan dokter pada setiap informasi yang diberikan perawat tentang kondisi dan pengobatan pasien sebesar 55,6, dan sebagian komunikasi perawat menunjukkan adanya saling perhatian dalam berkolaborasi tentang pengobatan pasien sebesar 49,2. Menurut Blais 2006 menggunakan komunikasi penuh perhatian dan menghindari suka berdebat memberikan hasil akhir yang positif pada pasien dan kepuasan perawat. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Reni, Yudianto, Somantri 2010 menyatakan bahwa pelaksanaan komunikasi kolaboratif antara perawat dan dokter belum efektif. Hal ini sejalan dengan item kuesioner tentang kenyamanan berkomunikasi antara perawat dengan dokter menunjukkan tidak puas. Cara berkomunikasi diantara keduanya dapat menunculkan konflik yang Universitas Sumatera Utara mempengaruhi proses pelayanan kesehatan pada pasien Siegler, 2000. Penelitian ini menunjukkan perawat mayoritas puas, dimana pelaksanaan kolaborasi antara perawat dengan dokter dalam keterampilan komunikasi efektif perlu dipertahankan untuk mendapatkan kepuasan yang lebih baik lagi dalam pelaksanaan kolaborasi. Menurut Kemenkes 2012, komunikasi sangat penting dalam meningkatkan kolaborasi karena memfasilitasi berbagai pengertian individu. Hasil penelitian berdasarkan komponen tentang saling menghargai dan rasa percaya menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya perawat merasa puas 57,1. Sesuai dengan hasil penelitian Rahmawati Purwati 2008, menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat kepercayaan perawat-dokter dengan hubungan interpersonal. Sejalan dengan penelitian Rumanti 2009, menunjukkan bahwa kepentingan bersama pada kategori baik dimana dokter dan perawat saling memberi informasi terkait dengan kegiatan yang akan dilakukan pada pasien. Hal ini sejalan dengan item kuesioner tentang kebebasan antara dokter dengan perawat dalam bertukar informasi dimana sebagian perawat merasa puas 38,1. Demikian juga dengan item kuesioner tentang kepercayaan dokter, dan pelimpahan tugas kepada perawat menunjukkan sebagian merasa perawat merasa puas 44,4. Demikian menurut Norsen 2005, dengan saling menghargai dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja. Hasil penelitian berdasarkan memberi dan menerima umpan balik menunjukkan bahwa paling banyak perawat dalam kategori puas 63,5. Menurut Blais, 2006 memberi dan menerima umpan balik, membantu tim Universitas Sumatera Utara kolaboratif untuk membangun pemahaman dan hubungan kerja yang efektif. Didukung dengan item kuesioner tentang pertimbangan pendapat antara dokter dengan perawat, dan dokter memberi tanggapan dengan positif sebagaian besar perawat dalam kategori puas 46. Sebagian besar juga puas pada item kuesioner tentang respon yang diberikan dokter dan perawat menunjukkan kepedulian 42,9. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan perawat dalam pelaksanaan kolaborasi perawat-dokter dengan pengambilan keputusan menunjukkan paling banyak pada kategori puas 74,6. Hal ini sesuai dengan penelitian Wahyuingsih 2013, menunjukkan bahwa pengambilan keputusan memiliki pengaruh positif terhadap kinerja perawat. Berkaitan dengan item kuesioner bahwa separuhnya dalam kategori puas tentang kebebasan memberikan pendapat antara dokter dengan perawat 50,8. Selain itu item kuesioner tentang pemecahan masalah yang dilakukan dokter dan perawat paling banyak dalam kategori 58,7. Sejalan dengan menurut Blais 2006, menyatakan bahwa proses pengambilan keputusan mencakup pembagian tanggung jawab,untuk menciptakan suatu solusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan perawat dalam pelaksanaan kolaborasi tentang manajemen konflik menunjukkan paling banyak perawat merasa puas 63,5. Menurut Siegler, Eugenia L 2000, melakukan kolaborasi juga akan melakukan manajemen konflik, konflik peran umumnya akan muncul dalam proses. Untuk menurunkan konflik maka masing-masing anggota harus memahami peran dan fungsinya, melakukan klarifikasi persepsi dan Universitas Sumatera Utara harapan, mengidentifikasi kompetensi, mengidentifikasi tumpang tindih peran serta melakukan negosiasi peran dan tanggung jawabnya. Sejalan dengan item kuesioner tentang sikap dokter dan perawat saat terjadi kesalahpahaman lebih dari setengahnya menyatakan puas 50,8 dan keputusan yang terbaik diambil dokter dan perawat sebagian besar menunjukkan perawat merasa puas dengan 36,5. Hasil penelitian tersebut bahwa kepuasan perawat dalam pelaksanaan kolaborasi perawat-dokter menunjukkan paling banyak puas, dengan mayoritas pada komponen keterampilan komunikasi yang efektif. Hal ini menunjukkan bahwa perawat di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi tersebut lebih memahami keterampilan komunikasi efektif dalam pelaksaan kolaborasi, dan untuk komponen kolaborasi yang lain perawat dapat diberi kesempatan dalam menambah pengetahuan dan keterampilan dalam menciptakan saling menghargai dan rasa percaya, memberi dan menerima umpan balik, melakukan pengambilan keputusan dan manajemen konflik. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN