Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan dan perubahan kehidupan masyarakat saat ini tidak terlepas dari pengaruh perkembangan global yang holistis, seperti perkembangan komunikasi, ilmu pengetahuan, teknologi, serta seni dan budaya. Perubahan yang terus menerus ini menuntut adanya perbaikan disegala lapisan yang melingkupinya. Hal ini yang paling mendasar dan sebagai titik pangkal dalam perubahan tersebut adalah pendidikan. Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan peran dari semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan, baik dari pemerintah, guru atau pendidik, lingkungan masyarakat, orang tua, dan dari faktor anak didik itu sendiri. Pendidikan merupakan dasar segala bidang untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar SD dan Madrasah Ibtidaiyahb MI atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama SMP dan Madrasah Tsanawiyah MTs, atau bentuk lain yang sederajat, Sisdiknas, 2008: 13. 2 Sekolah Dasar SD merupakan jenjang pertama pendidikan dasar yang menyelenggarakan pendidikan umum bagi anak-anak usia 6-12 tahun, Wardhani, dkk., 2009: 2.27. Oleh karena itu, penanaman konsep harus tepat sesuai dengan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa sampai setinggi yang dia bisa Maslow dan Rogers dalam Asma, 2006: 3. Tujuan pendidikan dapat diwujudkan dengan melaksanakan kegiatan pendidikan. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 di atas mengandung makna filosofis yang tinggiluhur serta memiliki kesejalanan dengan tujuan yang dikembangkan dalam berbagai komponen bidang pengajaran yang ada di sekolah dasar, yang salah satunya dapat dijumpai dalam Ilmu Pengetahuan Sosial IPS. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Permendiknas No. 23 Tahun 2006 Supriatna, dkk., 2007: 22 menyebutkan tujuan pembelajaran IPS bagi siswa adalah 1 mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, 2 memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial, 3 memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, 4 memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, tingkat lokal, nasional dan global. Jadi tujuan akhir dari proses pendidikan IPS pada tingkat sekolah dasar adalah untuk mengarahkan siswa agar dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggungjawab, serta warga dunia yang cinta damai. Sejalan dengan tujuan pendidikan IPS harus didukung oleh iklim pembelajaran yang kondusif yang diciptakan oleh guru agar siswa merasa nyaman dan mudah menerima materi pembelajaran yang disampaikan. 3 Suasana kondusif juga dapat didukung dari ketepatan pemilihan metode, strategi, pendekatan, model, maupun media pembelajarannya. Ketepatan guru dalam memilih metode, model, ataupun media pembelajaran dapat menciptakan pembelajaran yang menarik serta dapat memotivasi siswa agar lebih bersemangat lagi dalam belajar. Maka dari itu metode, model, ataupun media pembelajaran merupakan sarana interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran. Berdasarkan pengamatan proses pembelajaran yang dilakukan di kelas V A SDN 1 Metro Utara pada tanggal 21 dan 22 November 2011, aktivitas dan hasil belajar dalam mata pelajaran IPS masih rendah, karena disebabkan pembelajaran masih berpusat pada guru teacher centerd, dan pengajaran masih menggunakan teknik pembelajaran yang menitik beratkan pada metode konvensional seperti ceramah sehingga, 1 siswa kurang tertarik belajar IPS, 2 siswa tidak aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran, 3 pembelajarannya kurang menyenangkan, 4 siswa kurang berani bertanya dan mengemukakan pendapat. Akibatnya proses pembelajaran berlangsung monoton. Kecenderungan pembelajaran demikian mengakibatkan lemahnya pengembangan potensi diri siswa dalam pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa belum sesuai dengan yang diharapkan. Nilai yang diperoleh siswa dari setiap ulangan rata-rata masih rendah dan belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yaitu 65, seperti yang terjadi pada nilai mid semester kelas V A SDN 1 Metro Utara, dari 25 siswa terdapat 18 siswa 72 yang belum mencapai KKM yaitu dengan rata-rata nilai siswa 40, dan hanya 7 siswa 28 4 yang telah mencapai KKM yaitu dengan nilai tertinggi 80. Yang jadi masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V A SDN 1 Metro Utara. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan adanya perbaikan model pembelajaran yang menjadikan siswa lebih aktif, kreatif serta berada dalam suasana belajar yang menyenangkan. Hal ini dilakukan agar siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan aktivitas belajar siswa untuk mencapai hasil belajar yang optimal yaitu model cooperative learning tipe jigsaw. Model cooperative learning tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya Novi . dalam . http:akhmadsudrajat.wordpress.com. Dengan penggunaan model ini, aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V A SDN 1 Metro Utara dapat meningkat. Dengan demikian, melalui Penelitian Tindakan Kelas PTK dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw merupakan usaha memperbaiki kinerja guru, aktivitas siswa maupun hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas V A SDN 1 Metro Utara.

1.2 Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIVEMENT DIVISION (STAV) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS

0 5 44

Pengunaan Model Cooperative Learning tipe student team achivement division (STAD) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas IV B SDN 08 Metro TImur tahun pelajaran 2011/2012

0 6 44

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IVA SDN 08 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 60

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IVA SD NEGERI 10 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 5 61

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS 1B SDN 1 METRO UTARA KOTA METRO

0 5 77

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS 1B SDN 1 METRO UTARA KOTA METRO

1 15 164

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP RESUME PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VA SDN 2 METRO UTARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

24 216 38

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V A SD ISLAM TERPADU AL MUHSIN METRO SELATAN

0 5 87

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE LISTENING TEAM UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 3 METRO BARAT TP 2015/ 2016

0 7 81

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw pada pelajaran IPS kelas IV dalam materi sumber daya alam di MI Annuriyah Depok

0 21 128